Sampah plastik tingkatkan ekonomi dan kuatkan bhineka tunggal ika
Semarang (ANTARA) - "Semula berawal dari kerinduan kami," cerita Yosmina Yahya.
Yosmina Yahya merupakan salah satu pengurus gereja yang kemudian bersama jemaat yang lain memberanikan diri untuk membuat bank sampah setelah studi banding ke Solo. Yosmina lantas meminta izin kepada lurah serta melakukan sosialisasi mengenai bank sampah kepada warga setempat.
Bersama 9 pengurus gereja yang lain, Yosmina memanfaatkan ruang serba guna Mitra Graha di Jalan Ki Mangunsarkoro Semarang yang merupakan milik gereja untuk disulap menjadi Bank Sampah Mulyo Sedoyo yang beralamat di Kelurahan Brumbungan, Semarang Tengah.
Tidak butuh waktu lama, sejak didirikan 31 Agustus dua tahun yang lalu, kini nasabah Bank Sampah Mulyo Sedoyo berjumlah 336 keluarga yang berasal dari Kelurahan Brumbungan, juga ada yang berasal dari luar kelurahan.
Dari para nasabah, sampah plastik yang terkumpul mencapai 1,5 ton sampai 2 ton sampah setiap bulannya dan separohnya merupakan sampah plastik, seperti; botol, gelas, plastik kemasan minuman, plastik kemasan kopi gunting, plastik kemasan minyak goreng, dan barang-barang rumah tangga seperti ember, kursi, dan lainnya yang berbahan plastik termasuk kresek plastik.
Baca juga: Musuh bersama itu bernama sampah plastik
Meningkatkan Pendapatan Keluarga
"Jika dulu gelas minuman plastik, botol minuman plastik, plastik kemasan kopi dan minyak goreng selalu saya buang ke tempat sampah, sekarang saya kumpulkan. Apalagi kalau di rumah ada acara, bisa lumayan terkumpul banyak sampah plastiknya," kata Romdonah (48) warga Kelurahan Brumbungan yang menjadi salah satu nasabah Bank Sampah Mulyo Sedoyo.
Nenek dari dua cucu ini bahkan mengaku tidak malu lagi "berebut" dengan warga yang lain untuk membawa bekas gelas minuman plastik dan botol minuman plastik untuk disetorkan ke Bank Sampah setiap satu minggu sekali dengan iming-iming selain uang tabungan, juga pemberlakuan kupon dengan kelipatan Rp100 ribu mendapatkan 1 kupon undian untuk diundi dengan hadiah sembako.
Romdonah menceritakan bahwa saat ini semua warga tahu sampah plastik bisa jadi uang, sehingga saat ada acara di kantor kelurahan dan tempat lainnya, warga tidak membutuhkan komando, sudah langsung bergerak membersihkan sampah dengan sendirinya, baik itu sampah plastik maupun kardus tempat snack karena bisa dimasukkan tabungan sampah.
"Jika dulu di lingkungan Brumbungan berserakan sampah, kini sudah bersih karena tutup botol minuman saja ada nilainya. Kemudian sampah plastik kemasan minuman kopi juga bisa dimanfaatkan menjadi tas. Kami sebelumnya sudah diberi pelatihan bagaimana memanfaatkan sampah plastik," kata Romdonah.
Melalui pelatihan, lanjut Romdonah, warga diajari bagaimana membuat tas plastik dari sampah plastik kemasan minuman ringan atau kopi, serta membuat ecobrik dengan memasukkan sampah plastik kresek ke dalam botol bekas minuman.
"Hasil ecobrik bisa dijadikan meja atau kursi, namun kalau saya belum ada yang jadi karena ternyata membutuhkan banyak sekali sampah plastik," tandas Romdonah.
Menurut Romdonah untuk sampah plastik kresek di Kelurahan Brumbungan terus berkurang, karena dari bank sampah membagikan tas kain kepada para nasabah agar memanfaatkannya saat belanja dan tidak lagi menggunakan tas plastik kresek.
Baca juga: Kurangi sampah plastik, Ganjar dorong penggunaan plastik ramah lingkungan
Romdonah mengaku bersyukur karena dari hasil mengumpulkan sampah rumah tangga, setiap tahunnya ia bisa mendapatkan uang tambahan berkisar Rp600 ribuan yang dibagikan pengelola bank sampah pada dua minggu sebelum Idul Fitri.
"Jika sampah plastik hanya dibuang, tidak dapat uang. Namun dengan mengumpulkannya, bisa jadi ada tabungan setiap tahun sekali. Ya sangat berarti bagi saya, nenek yang tidak bekerja bisa punya uang saat mau lebaran," katanya.
Manfaat adanya bank sampah juga disampaikan Yanik (30) selaku pengelola Bank Sampah Mulyo Sedoyo, yang paling utama adalah kepuasan karena lingkungan menjadi bersih dan sehat, sehingga tingkat kesehatan juga meningkat tidak mudah terkena penyakit.
"Melihat lingkungan yang bersih dan rapi itu kan menyenangkan. Saya merasa dapat kepuasan dengan ikut mengelola bank sampah, karena melihat lingkungan menjadi bersih. Dengan lingkungan bersih, maka kesehatan menjadi terjaga dan tidak gampang terkena penyakit," kata Yanik.
Selaku pengelola, Yanik mencatat omset Bank Sampah Mulyo Sedoyo dari Juni 2018 sampai Mei 2019 mencapai Rp75 juta yang merupakan hasil penjualan sampah ke pengepul yang diambil seminggu sekali setiap hari Kamis.
Hasil penjualan sampah, tambah Yosmina, sebanyak 20 persen untuk operasional dan 80 persen dikembalikan kepada nasabah dengan besaran berbeda, bahkan ada yang bisa menerima hingga Rp7 juta hasil dari mengumpulkan sampah.
Menguatkan Bhinneka tunggal ika
Romdonah menambahkan dengan sampah ternyata tidak hanya uang dan ketrampilan memanfaatkan sampah plastik yang diperoleh, tetapi kerukunan antarwarga juga terasa semakin erat meskipun pengelola sampah mayoritas berasal dari pengurus gereja sementara mayoritas warga yang menjadi nasabah beragam Islam, juga ada sebagian beragama Hindu dan Budha.
"Toleransi antarumat beragama sangat bagus di sini. Meskipun para pengelola beragama Nasrani, selalu diadakan buka bersama di bulan Puasa, bahkan menghadirkan ustad untuk memberikan ceramah. Begitu juga saat peringatan Natal bersama, warga juga diundang," kata Romdonah.
Untuk mengakomodir seluruh umat beragama, tambah Romdonah, ada juga kegiatan lintas agama yang menghadirkan para pemuka agama masing-masing untuk semakin mengeratkan kerukunan antarwarga di Kelurahan Brumbungan.
Yosmina mengakui hasil mengumpulkan sampah sebanyak 20 persen, oleh pengelola juga disisihkan untuk kepentingan bersama untuk menguatkan hubungan kekeluargaan dan keakraban antarwarga baik itu kegiatan keagamaan hingga kegiatan jalan sehat bersama.
Ia menilai dengan adanya kebersamaan dan saling hargai satu sama lain tersebut yang justru menjadi salah satu faktor meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah plastik yang susah terurai, sehingga lingkungan semakin bersih, sekaligus mendapatkan uang karena menabung sampah.
Baca juga: Calon siswa SMPN 1 Jogonalan diajak ramah lingkungan
Yosmina Yahya merupakan salah satu pengurus gereja yang kemudian bersama jemaat yang lain memberanikan diri untuk membuat bank sampah setelah studi banding ke Solo. Yosmina lantas meminta izin kepada lurah serta melakukan sosialisasi mengenai bank sampah kepada warga setempat.
Bersama 9 pengurus gereja yang lain, Yosmina memanfaatkan ruang serba guna Mitra Graha di Jalan Ki Mangunsarkoro Semarang yang merupakan milik gereja untuk disulap menjadi Bank Sampah Mulyo Sedoyo yang beralamat di Kelurahan Brumbungan, Semarang Tengah.
Tidak butuh waktu lama, sejak didirikan 31 Agustus dua tahun yang lalu, kini nasabah Bank Sampah Mulyo Sedoyo berjumlah 336 keluarga yang berasal dari Kelurahan Brumbungan, juga ada yang berasal dari luar kelurahan.
Dari para nasabah, sampah plastik yang terkumpul mencapai 1,5 ton sampai 2 ton sampah setiap bulannya dan separohnya merupakan sampah plastik, seperti; botol, gelas, plastik kemasan minuman, plastik kemasan kopi gunting, plastik kemasan minyak goreng, dan barang-barang rumah tangga seperti ember, kursi, dan lainnya yang berbahan plastik termasuk kresek plastik.
Baca juga: Musuh bersama itu bernama sampah plastik
Meningkatkan Pendapatan Keluarga
"Jika dulu gelas minuman plastik, botol minuman plastik, plastik kemasan kopi dan minyak goreng selalu saya buang ke tempat sampah, sekarang saya kumpulkan. Apalagi kalau di rumah ada acara, bisa lumayan terkumpul banyak sampah plastiknya," kata Romdonah (48) warga Kelurahan Brumbungan yang menjadi salah satu nasabah Bank Sampah Mulyo Sedoyo.
Nenek dari dua cucu ini bahkan mengaku tidak malu lagi "berebut" dengan warga yang lain untuk membawa bekas gelas minuman plastik dan botol minuman plastik untuk disetorkan ke Bank Sampah setiap satu minggu sekali dengan iming-iming selain uang tabungan, juga pemberlakuan kupon dengan kelipatan Rp100 ribu mendapatkan 1 kupon undian untuk diundi dengan hadiah sembako.
Romdonah menceritakan bahwa saat ini semua warga tahu sampah plastik bisa jadi uang, sehingga saat ada acara di kantor kelurahan dan tempat lainnya, warga tidak membutuhkan komando, sudah langsung bergerak membersihkan sampah dengan sendirinya, baik itu sampah plastik maupun kardus tempat snack karena bisa dimasukkan tabungan sampah.
"Jika dulu di lingkungan Brumbungan berserakan sampah, kini sudah bersih karena tutup botol minuman saja ada nilainya. Kemudian sampah plastik kemasan minuman kopi juga bisa dimanfaatkan menjadi tas. Kami sebelumnya sudah diberi pelatihan bagaimana memanfaatkan sampah plastik," kata Romdonah.
Melalui pelatihan, lanjut Romdonah, warga diajari bagaimana membuat tas plastik dari sampah plastik kemasan minuman ringan atau kopi, serta membuat ecobrik dengan memasukkan sampah plastik kresek ke dalam botol bekas minuman.
"Hasil ecobrik bisa dijadikan meja atau kursi, namun kalau saya belum ada yang jadi karena ternyata membutuhkan banyak sekali sampah plastik," tandas Romdonah.
Menurut Romdonah untuk sampah plastik kresek di Kelurahan Brumbungan terus berkurang, karena dari bank sampah membagikan tas kain kepada para nasabah agar memanfaatkannya saat belanja dan tidak lagi menggunakan tas plastik kresek.
Baca juga: Kurangi sampah plastik, Ganjar dorong penggunaan plastik ramah lingkungan
Romdonah mengaku bersyukur karena dari hasil mengumpulkan sampah rumah tangga, setiap tahunnya ia bisa mendapatkan uang tambahan berkisar Rp600 ribuan yang dibagikan pengelola bank sampah pada dua minggu sebelum Idul Fitri.
"Jika sampah plastik hanya dibuang, tidak dapat uang. Namun dengan mengumpulkannya, bisa jadi ada tabungan setiap tahun sekali. Ya sangat berarti bagi saya, nenek yang tidak bekerja bisa punya uang saat mau lebaran," katanya.
Manfaat adanya bank sampah juga disampaikan Yanik (30) selaku pengelola Bank Sampah Mulyo Sedoyo, yang paling utama adalah kepuasan karena lingkungan menjadi bersih dan sehat, sehingga tingkat kesehatan juga meningkat tidak mudah terkena penyakit.
"Melihat lingkungan yang bersih dan rapi itu kan menyenangkan. Saya merasa dapat kepuasan dengan ikut mengelola bank sampah, karena melihat lingkungan menjadi bersih. Dengan lingkungan bersih, maka kesehatan menjadi terjaga dan tidak gampang terkena penyakit," kata Yanik.
Selaku pengelola, Yanik mencatat omset Bank Sampah Mulyo Sedoyo dari Juni 2018 sampai Mei 2019 mencapai Rp75 juta yang merupakan hasil penjualan sampah ke pengepul yang diambil seminggu sekali setiap hari Kamis.
Hasil penjualan sampah, tambah Yosmina, sebanyak 20 persen untuk operasional dan 80 persen dikembalikan kepada nasabah dengan besaran berbeda, bahkan ada yang bisa menerima hingga Rp7 juta hasil dari mengumpulkan sampah.
Menguatkan Bhinneka tunggal ika
Romdonah menambahkan dengan sampah ternyata tidak hanya uang dan ketrampilan memanfaatkan sampah plastik yang diperoleh, tetapi kerukunan antarwarga juga terasa semakin erat meskipun pengelola sampah mayoritas berasal dari pengurus gereja sementara mayoritas warga yang menjadi nasabah beragam Islam, juga ada sebagian beragama Hindu dan Budha.
"Toleransi antarumat beragama sangat bagus di sini. Meskipun para pengelola beragama Nasrani, selalu diadakan buka bersama di bulan Puasa, bahkan menghadirkan ustad untuk memberikan ceramah. Begitu juga saat peringatan Natal bersama, warga juga diundang," kata Romdonah.
Untuk mengakomodir seluruh umat beragama, tambah Romdonah, ada juga kegiatan lintas agama yang menghadirkan para pemuka agama masing-masing untuk semakin mengeratkan kerukunan antarwarga di Kelurahan Brumbungan.
Yosmina mengakui hasil mengumpulkan sampah sebanyak 20 persen, oleh pengelola juga disisihkan untuk kepentingan bersama untuk menguatkan hubungan kekeluargaan dan keakraban antarwarga baik itu kegiatan keagamaan hingga kegiatan jalan sehat bersama.
Ia menilai dengan adanya kebersamaan dan saling hargai satu sama lain tersebut yang justru menjadi salah satu faktor meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah plastik yang susah terurai, sehingga lingkungan semakin bersih, sekaligus mendapatkan uang karena menabung sampah.
Baca juga: Calon siswa SMPN 1 Jogonalan diajak ramah lingkungan