Pemerintah dorong tanaman kakao jadi industri hortikultura
Batang (Antaranews Jateng) - Pemerintah, melalui Kementerian Perindustrian siap mendorong budi daya tanaman kakao menjadi andalan industri karena dari hasil tanaman kakao atau kopi ini banyak disukai masyarakat global.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Batang, Senin, mengatakan bahwa produksi tanaman kakao dan kopi menjadi target ekspor nonmigas karena hal ini masih menjadi bagian dari industri makanan dan minuman yang kini masih digemari masyarakat global.
"Oleh karena, kita bukan ingin hanya menjadi pemasok (bahan mentah) saja namun industrinya juga jadi unggulan. Apalagi saat ini, khusus produk cokelat, Indonesia menduduki sebagai produsen suplier ke-tiga di dunia," katanya.
Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto dalam rangkaian meresmikan Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) Universitas Gadjah Mada di Kabupaten Batang didampingi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir, Anggota DPR RI Marlinda, Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Panut Mulyono, dan Bupati Batang Wihaji.
Terkait dengan masih rendahnya pasokan biji kakao dari petani, Erlangga mengatakan industri bisa menggunakan bahan baku cokelat dari dalam negeri maupun impor.
"(Produksi) kakao perlu spesifikasi tertentu yang perlu dicampur juga," katanya.
Ia mengatakan dengan berdirinya Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu di Kabupaten Batang maka bisa menjadi klaster andalan di Jawa Tengah.
"Kami mendorong kawasan industri holtikultura berorientasi ekspor maka Kementerian Perindustrian akan memberikan fasilitas," katanya
General Manajer PPKIPKT UGM Nur Muhib Razak mengatakan produksi cokelat akan diekspor ke sejumlah negara di Eropra Barat, Eropa Timur, dan ASia.
"Pada 2019, kami menargetkan mampu memproduksi 300 ton-350 ton biji kakao per bulan. Hanya saja, untuk saat ini penyerapan biji kakao dari daerah setempat hanya masih mampu menyuplai 1- persen hingga 20 persen per bulan," katanya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Batang, Senin, mengatakan bahwa produksi tanaman kakao dan kopi menjadi target ekspor nonmigas karena hal ini masih menjadi bagian dari industri makanan dan minuman yang kini masih digemari masyarakat global.
"Oleh karena, kita bukan ingin hanya menjadi pemasok (bahan mentah) saja namun industrinya juga jadi unggulan. Apalagi saat ini, khusus produk cokelat, Indonesia menduduki sebagai produsen suplier ke-tiga di dunia," katanya.
Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto dalam rangkaian meresmikan Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) Universitas Gadjah Mada di Kabupaten Batang didampingi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir, Anggota DPR RI Marlinda, Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Panut Mulyono, dan Bupati Batang Wihaji.
Terkait dengan masih rendahnya pasokan biji kakao dari petani, Erlangga mengatakan industri bisa menggunakan bahan baku cokelat dari dalam negeri maupun impor.
"(Produksi) kakao perlu spesifikasi tertentu yang perlu dicampur juga," katanya.
Ia mengatakan dengan berdirinya Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu di Kabupaten Batang maka bisa menjadi klaster andalan di Jawa Tengah.
"Kami mendorong kawasan industri holtikultura berorientasi ekspor maka Kementerian Perindustrian akan memberikan fasilitas," katanya
General Manajer PPKIPKT UGM Nur Muhib Razak mengatakan produksi cokelat akan diekspor ke sejumlah negara di Eropra Barat, Eropa Timur, dan ASia.
"Pada 2019, kami menargetkan mampu memproduksi 300 ton-350 ton biji kakao per bulan. Hanya saja, untuk saat ini penyerapan biji kakao dari daerah setempat hanya masih mampu menyuplai 1- persen hingga 20 persen per bulan," katanya.