Solo (Antaranews Jateng) - Bank Indonesia (BI) Surakarta memprediksikan kebutuhan uang di tahun politik meningkat cukup signifikan jika dibandingkan dengan bulan normal seiring dengan kenaikan konsumsi masyarakat.
"Seperti pada Pemilihan Presiden tahun 2014, outflow (uang keluar, red) selama tahun politik mencapai Rp900miliar/bulan," kata Kepala BI Kanwil Surakarta Bandoe Widiarto di Solo, Senin.
Ia mengatakan angka tersebut meningkat jika dibandingkan "outflow" pada bulan normal sekitar Rp500 miliar/bulan. Oleh karena itu, ia memprediksi kenaikan "outflow" juga akan terjadi pada tahun politik kali ini.
Meski demikian, ia belum dapat memastikan berapa banyak kebutuhan dana pada tahun politik kali ini.
"Untuk persiapannya, kami akan membicarakan dengan perbankan terlebih dahulu. Kalau prediksi saya ada kenaikan sekitar 20-30 persen jika dibandingkan dengan 'outflow' di bulan normal, yaitu sekitar Rp500 miliar," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, pelaksanaan Pemilu yang akan diselenggarakan pada 17 April 2019 sejauh ini belum memberikan dampak pada peredaran uang di masyarakat. Menurut dia, sama dengan tahun sebelumnya, saat ini peredaran uang yang masuk maupun keluar lebih dipengaruhi oleh pascamomentum libur di mana pada saat itu konsumsi masyarakat mengalami kenaikan.
"Pascalibur Lebaran atau akhir tahun biasanya 'inflow' (uang masuk, red) yang alirannya cukup deras, termasuk pada saat ini," katanya.
Menurut dia, selama bulan Januari "inflow" di BI Surakarta mencapai Rp2,5 triliun, sedangkan "outflow" masih cukup rendah, yaitu Rp196 miliar.
"Pascamomentum besar kecenderungannya orang kembali menyimpan uangnya, sehingga dampaknya adalah 'inflow' meningkat," katanya.
Ia mengatakan dari total uang masuk tersebut, Rp877 miliar di antaranya dimusnahkan karena sudah tidak layak edar. Menurut dia, yang masuk dalam kategori tidak layak edar ini di antaranya uang palsu, uang dicoret, distempel, dan disteples.