Solo (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kota Surakarta melakukan pengecatan oranemen koridor di titik nol kilometer yang berada tepat di depan Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, menyusul anggapan adanya simbol salib di ruas jalan tersebut.
"Oleh perencana, meskipun belum ada keputusan resmi, untuk sementara simbol yang dianggap seperti salib itu dihilangkan dengan cara dicat," kata Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo usai menemui para pendemo tolak salibisasi Kota Solo di lokasi tersebut, Jumat.
Ia mengatakan anggapan para pendemo mengenai salibisasi tersebut salah, apalagi jika hal itu dihubungkan dengan sikap Pemerintah Kota Surakarta.
"Ini murni direncanakan oleh perencana yang teken kontrak. Bahkan Wali Kota (F.X. Hadi Rudyatmo) mengatakan kalau ini merupakan simbol salib maka yang seharusnya marah pertama kali itu dia, simbol yang saya agung-agungkan diinjak dan dikotori setiap hari', itu yang dia katakan," kata Purnomo.
Ia juga menilai permasalahan tersebut sebetulnya bisa diselesaikan dengan solusi yang cukup mudah, yaitu dengan mengganti warna koridor ke arah selatan.
"Ini bukan hal yang prinsip, mudah dicari jalan keluarnya. Mari musyawarah, jangan yang membutuhkan solusi mudah membuat kita jadi bermusuhan," katanya.
Isu salibisasi
Sebelumnya, sebagai dampak dari isu salibisasi Kota Solo tersebut sekelompok orang yang mengatasnamakan Lembaga Umat Islam Surakarta melakukan aksi damai menolak salibisasi Kota Solo pada Jumat (18/1) siang.
Petugas Humas Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) Endro Sudarsono yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan desain baru koridor Jalan Jenderal Soedirman Surakarta terlihat seperti desain atau mozaik yang mirip salib.
"Awalnya kami tahu dari Instagram. Di situ ribut warganet mempersoalkan ini. Kami akhirnya menyatakan sikap," katanya.
Terkait hal itu, oleh Pemkot Surakarta ia diminta untuk melakukan koordinasi dengan beberapa pihak, di antaranya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan perwakilan Keraton Surakarta.
Ia mengatakan berdasarkan koordinasi tersebut, diperoleh hasil paving memanjang ke arah selatan yang warnanya sama dengan persegi empat di titik nol kilometer diputus sehingga hanya terlihat persegi empat berbentuk arah mata angin.
"Sebetulnya persegi ini berupa delapan arah mata angin. Menurut Gusti Puger dari Keraton Surakarta ini sesuai dengan filosofi arah mata angin," katanya.
Desainer Muslim
Pada kesempatan tersebut, Ketua MUI Surakarta sekaligus Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Surakarta Subari mengatakan bahwa desainer dari gambar koridor tersebut merupakan seorang Muslim sehingga tidak ada niatan sedikit pun untuk menciptakan gambar salib.
"Tadi sudah ada pertemuan, Gusti Puger sudah meminta agar delapan penjuru mata angin dibuat sama besar. Jadi bukan empat penjuru berukuran besar dan empat berukuran kecil. Usulan-usulan ini sudah disampaikan kepada Pemkot Surakarta dan ini untuk kenyamanan Kota Surakarta," katanya.
Berita Terkait

Padat karya Kota Pekalongan percepat pemulihan ekonomi
Jumat, 5 Maret 2021 16:10 Wib

Pemkot detailkan pembangunan rel layang Palang Joglo
Rabu, 3 Maret 2021 18:17 Wib

PPKM berdampak signifikan pada penurunan COVID-19 di Solo
Selasa, 2 Maret 2021 20:27 Wib

Kelompok tani ternak di Pekalongan didorong kembangkan produk olahan
Jumat, 26 Februari 2021 18:15 Wib

Pandemi, Pemkot Pekalongan belum pertimbangkan sistem pembelajaran tatap muka
Jumat, 26 Februari 2021 18:06 Wib

Pemkot Surakarta pastikan insentif tenaga kesehatan segera cair
Kamis, 25 Februari 2021 20:26 Wib

Pemkot Magelang hanya undang 25 orang pada pelatikan wali kota
Kamis, 25 Februari 2021 17:30 Wib

Pemkot Magelang kuatkan kesadaran warga patuhi prokes
Rabu, 24 Februari 2021 12:48 Wib
Komentar