Jakarta (Antaranews Jateng) - Sutradara Livi Zheng yang berkarir di Hollywood akan meluncurkan film Blitar pada 3 April, bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
Syuting berlangsung bertepatan dengan hari jadi ke-693 Blitar. Livi Zheng pulang kampung sejenak dengan membawa serta tim yang didatangkan dari Los Angeles, Amerika Serikat.
"Kami banyak mengambil gambar upacara-upacara ritual dan pentas seni tradisional Blitar yang sangat menarik dan unik sekali," tutur Livi dalam siaran pers.
Film Blitar ini mengangkat Triangle Diamond, Tiga Sudut Pandang Berlian di kabupaten Blitar yang merupakan tempat wisata unggulan di Kabupaten Blitar.
Triangle Diamond terdiri dari Pantai Serang, Perkebunan teh Sirah Kencong, juga Candi Penataran.
Pantai Serang memiliki hamparan pasir yang sangat luas dan indah. Sambil menikmati matahari terbenam, pengunjung dapat menyaksikan bagaimana upaya pelestarian penyu hijau sebagai salah satu hewan langka pada saat ini.
Adapun Sirah Kincong adalah kebun teh di dataran tinggi di kaki Gunung Kelud, yang hawanya sejuk dan pemandangannya asri. Perkebunan Sirah Kincong tercatat juga telah lama melakukan ekspor produksi tehnya ke luar negeri.
Tentu yang tak bisa dilewatkan adalah bagaimana menelusuri sudut-sudut makam Proklamator Ir Soekarno yang sudah menjadi ikon Kabupaten Blitar.
Blitar rencananya akan ditayangkan di Los Angeles, Amerika Serikat pada 2 Mei 2018. Tontonan dalam film Blitar ini juga akan diramaikan tim kesenian dari pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Blitar dikenal sebagai kabupaten yang banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional. Presiden Soekarno menghabiskan masa kecilnya di Blitar.
Supriyadi, seorang shodancho atau komandan Kompi Pembela Tanah Air (PETA) --kesatuan militer bentukan pemerintahan pendudukan militer Jepang atas Indonesia untuk ikut mempertahankan Indonesia dari serangan Pasukan Sekutu-- yang melakukan pemberontakan terhadap tentara Jepang, juga dilahirkan dan besar di Blitar.
Desa Sumberdiren, Blitar, juga “melahirkan” seorang pemuda militan dan revolusioner, Soekarni, yang sempat menculik Bung Karno dan Bung Hatta serta membawanya ke Rengas Dengklok, Jawa Barat, untuk mendesak para pemimpin bangsa itu untuk segera memproklamasikan Indonesia pasca kekalahan Jepang dalam Perang Asia Raya 1945.
Sampai era sekarang ini, Blitar juga tetap “melahirkan” tokoh-tokoh nasional. Di antara mereka adalah Prof Dr Boediono (wakil presiden ke-11 Indonesia, menjabat pada era Presiden Susilo Yudhoyono). Juga Laksamana TNI Agus Suhartono, kelahiran Blitar, yang kemudian dipercaya menjadi panglima TNI pada periode 28 September 2010 hingga 30 Agustus 2013.(Editor : Ade P Marboen).
Syuting berlangsung bertepatan dengan hari jadi ke-693 Blitar. Livi Zheng pulang kampung sejenak dengan membawa serta tim yang didatangkan dari Los Angeles, Amerika Serikat.
"Kami banyak mengambil gambar upacara-upacara ritual dan pentas seni tradisional Blitar yang sangat menarik dan unik sekali," tutur Livi dalam siaran pers.
Film Blitar ini mengangkat Triangle Diamond, Tiga Sudut Pandang Berlian di kabupaten Blitar yang merupakan tempat wisata unggulan di Kabupaten Blitar.
Triangle Diamond terdiri dari Pantai Serang, Perkebunan teh Sirah Kencong, juga Candi Penataran.
Pantai Serang memiliki hamparan pasir yang sangat luas dan indah. Sambil menikmati matahari terbenam, pengunjung dapat menyaksikan bagaimana upaya pelestarian penyu hijau sebagai salah satu hewan langka pada saat ini.
Adapun Sirah Kincong adalah kebun teh di dataran tinggi di kaki Gunung Kelud, yang hawanya sejuk dan pemandangannya asri. Perkebunan Sirah Kincong tercatat juga telah lama melakukan ekspor produksi tehnya ke luar negeri.
Tentu yang tak bisa dilewatkan adalah bagaimana menelusuri sudut-sudut makam Proklamator Ir Soekarno yang sudah menjadi ikon Kabupaten Blitar.
Blitar rencananya akan ditayangkan di Los Angeles, Amerika Serikat pada 2 Mei 2018. Tontonan dalam film Blitar ini juga akan diramaikan tim kesenian dari pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Blitar dikenal sebagai kabupaten yang banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional. Presiden Soekarno menghabiskan masa kecilnya di Blitar.
Supriyadi, seorang shodancho atau komandan Kompi Pembela Tanah Air (PETA) --kesatuan militer bentukan pemerintahan pendudukan militer Jepang atas Indonesia untuk ikut mempertahankan Indonesia dari serangan Pasukan Sekutu-- yang melakukan pemberontakan terhadap tentara Jepang, juga dilahirkan dan besar di Blitar.
Desa Sumberdiren, Blitar, juga “melahirkan” seorang pemuda militan dan revolusioner, Soekarni, yang sempat menculik Bung Karno dan Bung Hatta serta membawanya ke Rengas Dengklok, Jawa Barat, untuk mendesak para pemimpin bangsa itu untuk segera memproklamasikan Indonesia pasca kekalahan Jepang dalam Perang Asia Raya 1945.
Sampai era sekarang ini, Blitar juga tetap “melahirkan” tokoh-tokoh nasional. Di antara mereka adalah Prof Dr Boediono (wakil presiden ke-11 Indonesia, menjabat pada era Presiden Susilo Yudhoyono). Juga Laksamana TNI Agus Suhartono, kelahiran Blitar, yang kemudian dipercaya menjadi panglima TNI pada periode 28 September 2010 hingga 30 Agustus 2013.(Editor : Ade P Marboen).