Semarang, (Antaranews Jateng) - Analis komunikasi politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang M. Yulianto menilai PDIP Jawa Tengah harus mengusung bakal calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilkada 2018 dengan latar belakang, atau dekat dengan kalangan santri.
"Calon yang diusung harus memiliki akseptabilitas di kalangan umat Islam," kata Yulianto di Semarang, Jumat.
Dari lima bakal calon gubernur yang mendaftar di PDIP, kata dia, Bupati Kudus Musthofa merupakan kandidat yang memenuhi kriteria semacam itu.
Selama dua periode memimpin Kabupaten Kudus, kata dia, Musthofa dikenal dekat di kalangan santri di kawasan itu.
Bahkan, menurut dia, Musthofa juga menyampaikan khotbah saat pelaksanaan Salat Jumat di kampung-kampung.
"Ketua PDIP Kudus ini jelas memiliki kelebihan di bidang agama," katanya.
Hal tersebut sejalan dengan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto bakal calon wakil gubernur PDIP bisa saja dari internal maupun eksternal partai, namun harus memenuhi kriteria minim resistensi (penolakan) dari masyarakat.
Menurut dia, salah satu faktor yang memenuhi kriteria itu yakni nama-nama yang berlatar belakang religius atau tokoh agama Islam.
"Cari orang yang resistensinya rendah. `Paling ora sing pinter ngaji` (paling tidak yang pintar mengaji)," kata Bambang.
Menurut dia, bakal calon wakil yang merupakan tokoh agama Islam akan memberikan keuntungan pada saat kampanye nanti.
Terlebih lagi kampanye Pilgub Jateng 2018 berlangsung pada bulan puasa.
Sebelumnya, pengasuh Pondok Pesantren Al Muayyad Solo KH Abdurrozaq Syafawi mendoakan Bupati Musthofa sukses dalam pencalonannya dalam Pilgub 2018.
Hal tersebut terungkap saat Bupati Musthofa bersilaturahim ke pondok pesantren tersebut.
Abdurrozaq mendoakan Musthofa agar amanah jika nantinya menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah.
"Semoga diberi kebaikan untuk kita semua," katanya.
Bupati Musthofa menyatakan silahturahim tersebut memang bertujuan untuk memohon doa restu.
"Menjadi seorang pemimpin tentu tidak bisa lepas dari peran ulama dan umaroh," katanya.