Washington, ANTARA JATENG - Para peretas dukungan Pemerintah Rusia pada
2015 mencuri informasi daring sangat rahasia Amerika Serikat (AS) dari
Badan Keamanan Nasional (NSA) setelah seorang karyawan kontrak menyimpan
informasi itu di komputer rumahnya, demikian laporan Wall Street
Journal (WSJ).
Informasi yang dicuri itu mencakup soal penembusan jaringan
komputer negara asing dan perlindungan dari serangan dunia maya.
Pencurian itu tampaknya akan dilihat sebagai salah satu kebobolan
keamanan paling penting saat ini, catat WSJ edisi Kamis (5/10).
NSA menolak untuk memberikan komentar dengan alasan bahwa "badan
keamanan AS tidak pernah mengomentari lembaga yang terkait dengan kami
atau masalah pribadi."
Jika kasus tersebut memang benar terjadi, maka peretasan itu akan
menandai rangkaian terbaru pembobolan terhadap data rahasia dari badan
intelijen rahasia AS, termasuk kebocoran data pada 2013 menyangkut
program pengintaian rahasia AS oleh karyawan kontrak NSA, Edward
Snowden.
Senator AS dari Partai Republik Ben Sasse mengatakan bahwa jika
laporan Wall Street Journal (WSJ) benar, maka dapat menimbulkan
kekhawatiran.
Isi laporan WSJ bisa meningkatkan ketegangan menyangkut pernyataan
AS bahwa ada gelombang peretasan terhadap berbagai target AS oleh Rusia,
termasuk dengan mengincar badan pemilihan negara bagian serta peretasan
terhadap sejumlah komputer Partai Demokrat dalam upaya untuk
mengacaukan hasil pemilihan Presiden AS 2016, yang dimenangi oleh Donald
Trump dari Partai Republik.
WSJ juga melaporkan bahwa karyawan kontrak yang bersangkutan
menggunakan perangkat lunak antivirus dari Kaspersky Lab, yang berpusat
di Moskow.
Selain itu, WSJ mencatat bahwa para peretas Rusia
kemungkinan sudah menggunakan program itu untuk mengidentifikasi serta
mengincar dokumen-dokumen milik sang karyawan kontrak.
Produk-produk Kaspersky Lab sejak bulan lau sudah dilarang dipakai
dalam jaringan pemerintah AS atas kecurigaan bahwa produk itu membantu
Kremlin melancarkan pemata-mataan.
Perusahaan Kaspersky membantah keras tuduhan tersebut dan pada
Kamis mengeluarkan pernyataan, yang berbunyi bahwa pihaknya terjebak di
tengah pertarungan politik.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada 13 September mengeluarkan
larangan penggunaan produk Kaspersky di jaringan federal dan Senat AS
menyetujui rancangan undang-undang pelarangan tersebut, demikian laporan
Reuters.