Semarang, ANTARA JATENG - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah meluncurkan sistem informasi harga dan produksi komoditas (Sihati) Generasi III sebagai upaya penyempurnaan dari generasi sebelumnya.
"Sihati generasi III ini merupakan integrasi antara tiga aplikasi yaitu sihati data produksi, sihati "mobile aplication" atau juga disebut sebagai sihati generasi II, dan sihati masyarakat," kata Wakil Ketua TPID Provinsi Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo pada acara peluncuran Sihati Generasi III di Kantor Bank Indonesia Semarang, Jumat.
Dia mengatakan sihati data produksi merupakan aplikasi berbasis android yang memungkinkan petani atau peternak di daerah sentra untuk mencatatkan informasi terkait produksi.
Beberapa informasi yang dicatat meliputi jumlah dan perkiraan panen, harga jual, dan kendala yang dihadapi.
"Sebagai tahap awal, `pilot project` sihati data produksi mencakup 56 gapoktan yang tersebar di 15 kabupaten/kota sentra komoditas cabai, bawang merah, bawang putih, dan daging sapi," katanya.
Selanjutnya, mengenai sihati masyarakat ini memungkinkan masyarakat luas untuk memantau perkembangan harga di pasar-pasar utama di 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah.
"Aplikasi ini dapat diunduh di playstore android secara gratis," katanya.
Dia mengatakan manfaat bagi pemerintah dari sihati generasi III yang merupakan penggabungan dari ketiga aplikasi tersebut adalah untuk memantau perkembangan data produksi riil dan perkiraan pasokan yang dimiliki oleh petani dan peternak di daerah sentra secara "real time".
"Selain itu juga untuk mendukung pengambilan keputusan terkait ketahanan pangan, misalnya insiasi kerja sama perdagangan antardaerah," katanya.
Sedangkan bagi produsen yaitu petani maupun peternak, keberadaan sihati ini sebagai acuan dalam menentukan rencana tanam.
Menurut dia, pengaturan pola tanam akan meminimalkan harga jatuh saat panen raya dan meminimalkan lonjakan harga ketika terjadi kelangkaan produksi.
"Sedangkan bagi konsumen yaitu untuk mengelola ekspektasi positif di masyarakat karena adanya transparansi harga dan pasokan," katanya.
Pihaknya berharap ke depan inovasi sihati generasi III ini dapat kembali direplikasi secara nasional sebagaimana sihati generasi II sehingga penanganan permasalahan ketahanan pangan dapat dilakukan secara nasional.
"Salah satunya melalui kerja sama perdagangan antara daerah surplus dan defisit secara nasional," katanya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap sistem ini benar-benar bisa memantau kondisi harga dan stok komoditas pokok di lapangan.
Keberadaan sihati ini, dikatakannya, termasuk untuk mengetahui mana komoditas yang rentan memberikan dampak terhadap inflasi, misalnya cabai rawit.
"Kalau misalnya harga komoditas pokok di daerah tertentu mengalami kenaikan, kita bisa segera cari daerah mana yang sedang panen, selanjutnya operasi pasar dapat dilakukan," katanya.
Menurut dia, operasi pasar menjadi tidak relevan dilakukan jika sumber stok komoditas pokok tidak ketemu.
"Dalam hal ini, aliran bisa memengaruhi inflasi, kalau kita tidak tahu arusnya maka akan sulit intervensi," katanya.
Dengan adanya sihati generasi III tersebut, Ganjar berharap agar komoditas pokok produksi Jawa Tengah mampu memenuhi kebutuhan lokal terlebih dahulu sebelum ke pasar luar provinsi.