Jakarta, ANTARA JATENG - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang berlangsung panas harus menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia dalam bernegara dan berpolitik.
"Apa yang terjadi kemarin itu sudah sangat berbahaya. Masyarakat terpecah dan terkotak-kotak yang bisa menimbulkan ekses yang sangat besar, yaitu terancamnya NKRI," Hendri di Jakarta, Rabu.
Apalagi, menurut dia, masih banyak kelompok radikal yang terus berupaya melakukan propaganda dengan tujuan meruntuhkan NKRI. Kondisi yang terjadi pada Pilkada Jakarta menguntungkan kelompok semacam ini.
"Memang ada kelompok radikal yang terindikasi menunggangi Pilkada kemarin meski sulit diukur seberapa besar pengaruh kelompok radikal tersebut," katanya.
Menurut dia, yang terbaik saat ini adalah seluruh pihak harus bisa kembali bersatu dan tidak terkotak-kotak lagi. Terlebih, Pilkada Jakarta tidak hanya membuat ibu kota bergejolak, tapi juga membuat seluruh Indonesia "panas".
"Tidak hanya terjadi perang antarpartai politik pengusung pasangan calon, tapi juga terjadi intrik dan benturan antarkelompok dan agama yang dipicu pernyataan salah satu calon yang dinilai telah melecehkan ayat suci Al-Quran," kata dia.
Menurut dia, kejadian serupa tidak boleh lagi terjadi Indonesia. Mengutip Samuel P Huntington dalam "The Clash of Civilitation", Hendri mengatakan pertumbuhan antara budaya dan agama sangat berbahaya bagi suatu negara.
"Kita bersyukur hal-hal negatif itu tidak sampai terjadi. Ini pelajaran bagi kita, bangsa Indonesia, dalam bernegara dan berpolitik," kata dia.
Pelajaran lain dari Pilkada adalah perlunya keadilan ditegakkan. Menurut Hendri, salah satu penyebab Pilkada Jakarta menjadi "panas" adalah ada beberapa kelompok masyarakat yang merasa ada ketidakadilan terkait dengan kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok.
"Menurut saya ini tidak hanya faktor agama, tapi ada faktor ketidakadilan di situ yang belum terselesaikan," tukas Hendri.
Hendri menilai apa yang terjadi selama Pilkada Jakarta tidak akan terjadi bila program revolusi mental berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak memberikan kepercayaan penuh pada program revolusi mental Presiden Joko Widodo dan memperingatkan kementerian yang bertanggung jawab untuk bekerja lebih keras lagi.
"Tujuannya agar masyarakat Indonesia tidak berdiri di atas kebhinnekaannya, tapi berdiri di atas tunggal ikanya," kata Hendri.
Berita Terkait
Analis: Pengangkatan Sudaryono untuk amankan Kapolda Jateng di pilgub
Jumat, 19 Juli 2024 15:50 Wib
Liga 2 Indonesia, PSCS Cilacap borong tiga poin dari markas Nusantara United
Minggu, 2 Oktober 2022 7:58 Wib
Kapolres Banjarnegara: Kondisi aman pascakecelakaan kerja di PLTP Dieng
Minggu, 13 Maret 2022 11:20 Wib
Persiraja perkuat pertahanan jelang laga lawan PSIS
Jumat, 17 September 2021 18:30 Wib
Pengelolaan potensi migas di Jateng diminta jangan sampai bocor
Selasa, 5 November 2019 14:15 Wib
Ketua MPR disarankan diisi oposisi, ini penjelasannya
Selasa, 21 Mei 2019 14:44 Wib
Pengamat : Raja Salman Tingkatkan Citra Jokowi
Minggu, 5 Maret 2017 7:47 Wib
Arti Final Piala Thomas bagi Pelatih Hendri Saputra
Minggu, 22 Mei 2016 13:42 Wib