Pertunjukan Kresna Duta Semarakkan Peluncuran Buku BS
Semarang, ANTARA JATENG - Pertunjukan wayang orang dengan lakon "Kresna Duta" di Gedung Kesenian Ki Narto Sabdo, kompleks Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, Sabtu malam, menyemarakkan peluncuran dua buku Ketua Badan Pengkajian MPR RI Bambang Sadono (BS).
"Seakan tak pernah berhenti merenung, berpikir, dan berkiprah untuk Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo, itulah Dr. H. Bambang Sadono,S.H.,M.H.," kata Pangarso (Pemimpin) WO Ngesti Pandowo Djoko Muljono dalam buku BS "60 Tahun Bambang Sadono: Kenangan Sepanjang Jalan".
Dalam tulisannya berjudul "Tak Pernah Lelah untuk Ngesti Pandhowo", Djoko Muljono mengatakan bahwa BS bukan sebagai pelaku langsung atau anak wayang.
"Bagi saya lebih dari seorang bapak yang terus memberi motivasi dan dorongan, terutama bagaimana melestarikan dan memajukan kehidupan kesenian tradisional, terutama WO Ngesti Pandowo," katanya.
Djoko Muljono adalah salah satu di antara 60 penulis yang masuk dalam catatan generasi yang lebih senior atau usianya di atas BS (kelahiran Blora, 30 Januari 1957).
Bambang Sadono juga memberi ruang kepada juniornya dalam buku "60 Tahun Bambang Sadono: Menjadi Tua Tetap Berkarya Masih Bergaya". Dalam buku ini, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Mohammad Mahfud Md. memberi kata pengantar dengan judul "Lihai Bicara, Lincah Menulis".
Ada pula di antara penulis yang usianya di bawah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI itu yang mengungkapkan kesenangan BS pada wayang orang.
"Mainan lain yang disukai adalah wayang orang yang diperankan oleh anak-anak, termasuk saya. Mas BS menjadi dalang, sutradara, pemain, sekaligus yang menyiapkan perlengkapannya," kata Endang Sri Hanani, dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Peluncuran dua buku yang diterbitkan PT Citra Almamater Baru yang disiarkan langsung oleh TVRI itu mengundang 120-an penulis, termasuk Gubernur Ganjar Pranowo.
"Saya merasa beruntung kenal dan berteman dengan Mas Bambang Sadono. Dia adalah teman yang seru dan baik, sederhana dalam keseharian, dan kaya dalam pemikiran, serta selalu punya gagasan segar," kata Ganjar dalam tulisannya berjudul "Bambang Sadono, Politikus Paripurna".
"Seakan tak pernah berhenti merenung, berpikir, dan berkiprah untuk Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo, itulah Dr. H. Bambang Sadono,S.H.,M.H.," kata Pangarso (Pemimpin) WO Ngesti Pandowo Djoko Muljono dalam buku BS "60 Tahun Bambang Sadono: Kenangan Sepanjang Jalan".
Dalam tulisannya berjudul "Tak Pernah Lelah untuk Ngesti Pandhowo", Djoko Muljono mengatakan bahwa BS bukan sebagai pelaku langsung atau anak wayang.
"Bagi saya lebih dari seorang bapak yang terus memberi motivasi dan dorongan, terutama bagaimana melestarikan dan memajukan kehidupan kesenian tradisional, terutama WO Ngesti Pandowo," katanya.
Djoko Muljono adalah salah satu di antara 60 penulis yang masuk dalam catatan generasi yang lebih senior atau usianya di atas BS (kelahiran Blora, 30 Januari 1957).
Bambang Sadono juga memberi ruang kepada juniornya dalam buku "60 Tahun Bambang Sadono: Menjadi Tua Tetap Berkarya Masih Bergaya". Dalam buku ini, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Mohammad Mahfud Md. memberi kata pengantar dengan judul "Lihai Bicara, Lincah Menulis".
Ada pula di antara penulis yang usianya di bawah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI itu yang mengungkapkan kesenangan BS pada wayang orang.
"Mainan lain yang disukai adalah wayang orang yang diperankan oleh anak-anak, termasuk saya. Mas BS menjadi dalang, sutradara, pemain, sekaligus yang menyiapkan perlengkapannya," kata Endang Sri Hanani, dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Peluncuran dua buku yang diterbitkan PT Citra Almamater Baru yang disiarkan langsung oleh TVRI itu mengundang 120-an penulis, termasuk Gubernur Ganjar Pranowo.
"Saya merasa beruntung kenal dan berteman dengan Mas Bambang Sadono. Dia adalah teman yang seru dan baik, sederhana dalam keseharian, dan kaya dalam pemikiran, serta selalu punya gagasan segar," kata Ganjar dalam tulisannya berjudul "Bambang Sadono, Politikus Paripurna".