Warga Kota Magelang Promosikan Kuliner saat "Saparan"
Magelang, Antara Jateng - Warga Kelurahan Wates Kota Magelang, Jawa Tengah, mengemas tradisi "Saparan", 24-27 November 2016, menjadi ajang kaum perempuan setempat mempromosikan berbagai kuliner tradisional.
"Ada 13 rukun warga di kelurahan kami, para ibu PKK setiap RW membuka stan untuk menjual jajanan atau kuliner tradisional selama berlangsung 'Saparan'," kata Lurah Wates Ismu Raharja di Magelang, Kamis.
Tradisi "Saparan" digelar warga Wates setiap Sapar atau bulan dalam kalender Jawa, dengan penentuan waktu berdasarkan musyawarah para pemuka masyarakat, pemuda, dan aparat pemerintah kelurahan setempat.
Ia menjelaskan kegiatan itu juga menunjukkan peranan para ibu PKK dalam mendukung usaha peningkatan kesejahteraan keluarga.
Dengan didampingi antara lain koordinator lapangan Muhammad Nafi dan Pelaksana Tugas Kepala Bagian Humas Pemkot Magelang Aris Wicaksono, ia menyebutkan sejumlah produk kuliner yang selama ini diolah para ibu PKK Kelurahan Wates, seperti cetil, getuk, gatot, kacang rebus, apem, minuman jahe, buntul, dan botok.
"Kami juga membuka kesempatan untuk para pedagang makanan di Pasar Kebon Polo (Kelurahan Wates) untuk menyetor dagangan supaya bisa dijual di arena 'Saparan'," katanya dalam pertemuan dengan wartawan di Ruang Media Kompleks Kantor Pemkot Magelang.
Penanggung jawab acara "Saparan" Kelurahan Wates Soni Harsono mengatakan berbagai produk kuliner yang boleh dijual di arena penyelenggaraan tradisi itu, harus yang bernuansa tempo dulu.
"Para ibu yang melayani pembeli juga dengan mengenakan pakaian tradisional. Tidak boleh ada pembungkus plastik karena melalui 'Saparan' ini kami juga mengampanyekan cinta lingkungan," katanya.
Ia menyebut harga setiap produk kuliner berupa jajanan tradisional yang relatif murah sehingga terjangkau masyarakat, yakni antara Rp1.000-Rp2.000 per item.
Rangkaian tradisi "Saparan" di kelurahan itu, antara lain ziarah makam Kyai Sanggrah (cikal bakal Kelurahan Wates) dan berbagai pemakaman umum lainnya di kelurahan itu, makam para tokoh yang pernah menjadi Lurah Wates, jamasan gamelan pusaka Kelurahan Wates, kirab gong pusaka "Kyai Podhang Mas dan Nyai Podhang Mas", pentas kesenian rakyat, dan pentas wayang kulit.
Kelurahan Wates di Kecamatan Magelang itu berpenduduk sekitar 220 keluarga atau 8.500 jiwa meliputi 13 RW dan 84 rukun tetangga.
"Pelaksanaan tradisi kami ini juga memperkuat kekeluargaan dan gotong-royong masyarakat, dan juga mengangkat potensi masyarakat," katanya.
"Ada 13 rukun warga di kelurahan kami, para ibu PKK setiap RW membuka stan untuk menjual jajanan atau kuliner tradisional selama berlangsung 'Saparan'," kata Lurah Wates Ismu Raharja di Magelang, Kamis.
Tradisi "Saparan" digelar warga Wates setiap Sapar atau bulan dalam kalender Jawa, dengan penentuan waktu berdasarkan musyawarah para pemuka masyarakat, pemuda, dan aparat pemerintah kelurahan setempat.
Ia menjelaskan kegiatan itu juga menunjukkan peranan para ibu PKK dalam mendukung usaha peningkatan kesejahteraan keluarga.
Dengan didampingi antara lain koordinator lapangan Muhammad Nafi dan Pelaksana Tugas Kepala Bagian Humas Pemkot Magelang Aris Wicaksono, ia menyebutkan sejumlah produk kuliner yang selama ini diolah para ibu PKK Kelurahan Wates, seperti cetil, getuk, gatot, kacang rebus, apem, minuman jahe, buntul, dan botok.
"Kami juga membuka kesempatan untuk para pedagang makanan di Pasar Kebon Polo (Kelurahan Wates) untuk menyetor dagangan supaya bisa dijual di arena 'Saparan'," katanya dalam pertemuan dengan wartawan di Ruang Media Kompleks Kantor Pemkot Magelang.
Penanggung jawab acara "Saparan" Kelurahan Wates Soni Harsono mengatakan berbagai produk kuliner yang boleh dijual di arena penyelenggaraan tradisi itu, harus yang bernuansa tempo dulu.
"Para ibu yang melayani pembeli juga dengan mengenakan pakaian tradisional. Tidak boleh ada pembungkus plastik karena melalui 'Saparan' ini kami juga mengampanyekan cinta lingkungan," katanya.
Ia menyebut harga setiap produk kuliner berupa jajanan tradisional yang relatif murah sehingga terjangkau masyarakat, yakni antara Rp1.000-Rp2.000 per item.
Rangkaian tradisi "Saparan" di kelurahan itu, antara lain ziarah makam Kyai Sanggrah (cikal bakal Kelurahan Wates) dan berbagai pemakaman umum lainnya di kelurahan itu, makam para tokoh yang pernah menjadi Lurah Wates, jamasan gamelan pusaka Kelurahan Wates, kirab gong pusaka "Kyai Podhang Mas dan Nyai Podhang Mas", pentas kesenian rakyat, dan pentas wayang kulit.
Kelurahan Wates di Kecamatan Magelang itu berpenduduk sekitar 220 keluarga atau 8.500 jiwa meliputi 13 RW dan 84 rukun tetangga.
"Pelaksanaan tradisi kami ini juga memperkuat kekeluargaan dan gotong-royong masyarakat, dan juga mengangkat potensi masyarakat," katanya.