"Karyawan yang bertindak anarkis sudah bisa dikendalikan. Mereka bertindak anarkis disebabkan marah tidak bisa keluar dari lokasi tempat bekerja untuk makan siang," jelasnya, Sabtu.
Ia mengemukakan, kejadian keributan di lokasi proyek minyak Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, terjadi Sabtu antara pukul 12.00 hingga 12.30 WIB, bertepatan saat istirahat karyawan proyek minyak Blok Cepu.
Ketika itu, menurut dia, ribuan tenaga kerja proyek minyak Blok Cepu, akan keluar dari lokasi proyek untuk makan siang.
Tapi, mereka harus antre karena hanya ada dua pintu keluar, padahal biasanya ada lima pintu.
"Perubahan pintu keluar dari lima pintu menjadi dua pintu, karena kebijakan manajemen," ujarnya.
Oleh karena lama menunggu, menurut dia, karyawan minyak Blok Cepu yang berusaha keluar akhirnya bersitegang dengan petugas keamanan setempat karena berdesak-desakkan.
"Ribuan karyawan yang lama menunggu keluar, akhirnya marah dan merusak mobil dan kantor di proyek minyak Blok Cepu," katanya menambahkan.
Bupati Bojonegoro, Suyoto, menyatakan bahwa ada satu mobil yang dibakar, tapi kalau kantor tidak dibakar.
Ia membenarkan menerima informasi bahwa terjadinya kerusuhan di proyek minyak Blok Cepu dipicu ribuan karyawan yang sulit keluar untuk makan siang, disebabkan adanya perubahan kebijakan manajemen.
"Kami masih belum tahu penyebab pastinya yang mengubah kebijakan soal pintu keluar. Yang jelas, ketika itu karyawan yang marah mencari petugas PT Tripatra, yang mengerjakan proyek minyak Blok Cepu," ujarnya.
Ia pun menyatakan, pihaknya akan mengundang kedua belah pihak, yaitu ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan PT Tripatra untuk menyelesaikan permasalahan, agar kondisi di lokasi proyek minyak Blok Cepu bisa berjalan normal.
"Saat ini ribuan pekerja proyek minyak Blok Cepu diliburkan," katanya menambahkan.