"Itu ketika saya menjenguk beliau (Prof Eko Budihardjo, red.) saat masih dirawat di RS St Elisabeth Semarang. Beliau kan sempat dirawat di sana sekitar empat hari," katanya di Semarang, Selasa malam.
Prof Eko Budihardjo yang dikenal sebagai mantan rektor Undip dan budayawan meninggal dunia pada Selasa malam, sekitar pukul 21.30 WIB di RSUP dr Kariadi Semarang karena sakit.
Sudharto pada debat terakhir capres-cawapres ditunjuk sebagai moderator, dan Prof Eko pun memberikan selamat padanya karena didaulat memimpin debat bertema "Pangan, Energi dan Lingkungan" tersebut.
"Ketika saya jenguk di RS St Elisabeth, beliau sempat bercanda dengan saya. Kebetulan, hubungan saya dengan beliau sudah terjalin lama dan sangat akrab," kata Guru Besar Ilmu Lingkungan Undip itu.
Ia menceritakan sudah mengenal sosok kelahiran 9 Juni 1944 tersebut sejak 1984 ketika mereka masih sama-sama menjadi konsultan perencana, kemudian keduanya sama-sama menjadi dosen di Undip.
Kebetulan, kata Sudharto, dirinya diangkat menjadi pembantu rektor I semasa Prof Eko menjabat sebagai Rektor Undip sehingga mengenal dekat sosok yang pernah menjadi Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) itu.
"Banyak sekali kenangan saya dengan beliau. Beliau saya kenal sebagai sosok profesor yang humanis dan dikenal sangat baik oleh banyak kalangan. Baik sebagai pakar arsitektur, budayawan," katanya.
Ia mengatakan Undip maupun masyarakat Jawa Tengah sangat merasa kehilangan atas kepergian sosok yang dikenal banyak menghasilkan karya dan pemikiran untuk kemajuan bangsa, khususnya Jateng.
Setelah dipindahkan perawatannya ke RSUP dr Kariadi Semarang, Sudharto pun sempat menjenguknya, tetapi tidak bisa banyak berkomunikasi dengannya karena dirawat di ruang ICU (intensive care unit).
Prof Eko Budihardjo pernah menjabat sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) dan terakhir menjabat sebagai Ketua Komisi Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) hingga akhir hayatnya.
Setelah purnatugas sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Undip, pria kelahiran Purbalingga, 9 Juni 1944 tersebut, kemudian diangkat sebagai guru besar tetap di Universitas Trisakti, Jakarta.
Tokoh yang dikenal sebagai pakar arsitektur dan budayawan itu, meninggalkan seorang istri, yakni Dr Ir Sudanti Hardjohoebojo serta dua orang putri, yakni Dr Holy Ametati Sp KK dan Aretha Aprilia ST.