Semarang (ANTARA) - Pakar lingkungan dari Universitas Diponegoro Semarang Prof Sudharto P Hadi menegaskan bahwa kebijakan publik dan pembangunan harus terintegrasi dengan lingkungan secara berkelanjutan.
"Muaranya adalah bagaimana publik dan privat membangun secara berkelanjutan, regeneratif, pembangunan yg memberikan manfaat bagi banyak orang, sekaligus menyembuhkan luka di bumi," katanya, di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikannya saat bedah buku dua buku karyanya mengenai lingkungan bersamaan dengan peringatan Hari Bumi yang digelar FISIP Undip.
Buku pertama ditulis oleh Sudharto berjudul "Manajemen Lingkungan Bagian Keempat", yang merupakan kelanjutan dari seri Manajemen Lingkungan.
Sedangkan buku kedua berjudul "Bisnis Berkelanjutan: Teori dan Implementasi" yang ditulis Sudharto bersama Prof Bulan Prabawani, PhD, pengajar FISIP Undip dengan kepakaran di bidang bisnis berkelanjutan.
Sudharto mengingatkan bahwa bumi sudah sangat rusak dan rapuh kondisinya, sehingga memerlukan langkah-langkah penanganan agar tidak semakin rusak.
"Karena bumi kita sudah sangat rusak dan rapuh. Jadi, ketika misalnya mengatasi banjir maka infrastruktur boleh, tetapi lebih baik memikirkan misalnya bagaimana dengan (menanam, red) mangrove," katanya.
Menurut dia, mangrove memiliki banyak manfaat, seperti menangkal gelombang, menjadi tempat pemijahan biota air, dan memberikan pekerjaan atau penghasilan bagi masyarakat.
Demikian pula dengan perusahaan, kata dia, dalam menjalankan bisnis juga harus mengendalikan dampak lingkungan, serta bisa menumbuhkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.
Sementara itu, Prof Bulan mengatakan bahwa bisnis dan lingkungan bagaimanapun juga sangat terkait erat karena memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, tetapi juga menimbulkan banyak dampak negatif bagi lingkungan.
Secara prinsip, kata dia, keberlanjutan adalah pemenuhan kebutuhan saat ini yang tidak mencederai kebutuhan generasi yang akan datang, dan itu yang harus pula diterapkan dalam bisnis.
"Bisnis berkelanjutan ini sebuah transformasi operasi bisnis yang tadinya konvensional yakni hanya berorientasi pada profit, sekarang memperhatikan harmoni, terutama lingkungan alam dan sosial. Jadi, tidak ada yang tertinggal," katanya.
Kegiatan bedah buku tersebut bukan hanya sekadar perayaan atas karya-karya Prof. Sudharto P. Hadi, tetapi juga merupakan momentum istimewa karena menandai purnatugas Sudharto setelah 44 tahun mengabdi sebagai pengajar di Undip.
Dengan total 16 buku yang telah dihasilkan selama kariernya, Sudharto telah memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam pengembangan ilmu lingkungan di Indonesia.
Sudharto dikenal atas kepakarannya di bidang lingkungan, dan pernah menjadi panelis dalam debat cawapres dengan tema energi, sumber daya alam, lingkungan, masyarakat adat dan kesatuan esa pada tahun 2024.
Selain itu, Sudharto juga merupakan penerima anugerah Bintang Jasa Pratama dari Presiden RI pada tahun 2023, serta menjabat sebagai Ketua Harian Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang sejak 2015 hingga saat ini.