Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu prihatin dengan hilangnya banyak penutup saluran air terbuat dari besi di beberapa lokasi yang diduga dicuri orang tidak dikenal.
"Kami menyayangkan terjadinya pencurian inlet. Karena penutup-penutup 'inlet' (jalur masuk air) itu sangat diperlukan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Rabu.
Saat melakukan tinjauan penanganan banjir beberapa waktu lalu, ia mendapati banyak penutup saluran air di Jalan Madukoro Semarang yang hilang, dan juga di beberapa lokasi lain.
Menurut dia, hilangnya penutup saluran air sangat membahayakan pengguna jalan karena bisa terperosok dan menyebabkan kecelakaan, sementara sampah juga tidak bisa tersaring.
"Kalau diambil bisa membuat kecelakaan terhadap masyarakat. Selanjutnya, kalau 'inlet'-nya hilang maka otomatis akan banyak daun, sampah, dan plastik masuk ke dalam saluran," katanya.
Akibatnya, kata Wali Kota Semarang perempuan pertama itu, sampah menyumbat saluran air dan bisa mengakibatkan banjir, termasuk juga bisa merusak pompa air di rumah-rumah pompa.
Karena itu, ia meminta masyarakat agar memiliki kesadaran dan rasa memiliki, serta mencintai kotanya dengan cara menjaga seluruh sarana dan prasarana yang ada dengan baik.
Ita juga berencana melakukan pemetaan untuk penambahan kamera pengawas (CCTV) di beberapa lokasi untuk mengantisipasi pencurian serupa.
"Saya minta ada 'mapping' penambahan CCTV. Bahkan, kalau bisa dipasang di tiang lampu. Seperti di Jalan Madukoro ini sehingga bisa memonitor dan mengawasi," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang Suwarto mengatakan bahwa dugaan pencurian penutup saluran air yang terbuat dari besi terjadi di beberapa wilayah.
Untuk mengantisipasi pencurian penutup saluran air, DPU Kota Semarang telah mengganti beberapa penutup saluran yang sebelumnya berbahan besi dengan bahan beton atau cor.
"Sementara kami ganti 'inlet' dengan beton. Kemudian kami uji coba 'inlet' betonnya. Kami pesan dari pabrikan atau nyetak sendiri dengan minimal (kualitas, red) K300 sehingga saat diinjak mobil tidak pecah," katanya.
Ia menjelaskan bahwa penggantian penutup saluran air menggunakan beton tersebut telah diterapkan di beberapa lokasi seperti Gajahmungkur dan Kampung Kali meski belum seluruhnya.
"Kami sedang berusaha untuk memperkecil tindakan kehilangan lagi. Kami minta kesadaran masyarakat agar merasa memiliki. Bahkan, di Jalan Depok coba kami kunci. Mudah-mudahan tidak ada lagi terjadi kehilangan," katanya.
"Kami menyayangkan terjadinya pencurian inlet. Karena penutup-penutup 'inlet' (jalur masuk air) itu sangat diperlukan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Rabu.
Saat melakukan tinjauan penanganan banjir beberapa waktu lalu, ia mendapati banyak penutup saluran air di Jalan Madukoro Semarang yang hilang, dan juga di beberapa lokasi lain.
Menurut dia, hilangnya penutup saluran air sangat membahayakan pengguna jalan karena bisa terperosok dan menyebabkan kecelakaan, sementara sampah juga tidak bisa tersaring.
"Kalau diambil bisa membuat kecelakaan terhadap masyarakat. Selanjutnya, kalau 'inlet'-nya hilang maka otomatis akan banyak daun, sampah, dan plastik masuk ke dalam saluran," katanya.
Akibatnya, kata Wali Kota Semarang perempuan pertama itu, sampah menyumbat saluran air dan bisa mengakibatkan banjir, termasuk juga bisa merusak pompa air di rumah-rumah pompa.
Karena itu, ia meminta masyarakat agar memiliki kesadaran dan rasa memiliki, serta mencintai kotanya dengan cara menjaga seluruh sarana dan prasarana yang ada dengan baik.
Ita juga berencana melakukan pemetaan untuk penambahan kamera pengawas (CCTV) di beberapa lokasi untuk mengantisipasi pencurian serupa.
"Saya minta ada 'mapping' penambahan CCTV. Bahkan, kalau bisa dipasang di tiang lampu. Seperti di Jalan Madukoro ini sehingga bisa memonitor dan mengawasi," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang Suwarto mengatakan bahwa dugaan pencurian penutup saluran air yang terbuat dari besi terjadi di beberapa wilayah.
Untuk mengantisipasi pencurian penutup saluran air, DPU Kota Semarang telah mengganti beberapa penutup saluran yang sebelumnya berbahan besi dengan bahan beton atau cor.
"Sementara kami ganti 'inlet' dengan beton. Kemudian kami uji coba 'inlet' betonnya. Kami pesan dari pabrikan atau nyetak sendiri dengan minimal (kualitas, red) K300 sehingga saat diinjak mobil tidak pecah," katanya.
Ia menjelaskan bahwa penggantian penutup saluran air menggunakan beton tersebut telah diterapkan di beberapa lokasi seperti Gajahmungkur dan Kampung Kali meski belum seluruhnya.
"Kami sedang berusaha untuk memperkecil tindakan kehilangan lagi. Kami minta kesadaran masyarakat agar merasa memiliki. Bahkan, di Jalan Depok coba kami kunci. Mudah-mudahan tidak ada lagi terjadi kehilangan," katanya.