Semarang (ANTARA) - Konsorsium Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) Jawa Tengah melakukan survei untuk mengukur elektabilitas calon anggota legislatif dari kader Muhammadiyah yang maju pada Pemilihan Umum 2024.l1
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, di Semarang, Jumat, menyampaikan konsorsium itu adalah kolaborasi 13 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah di Jateng.
"Awalnya, 12 PTMA terlibat. Pengennya, satu PTMA menyurvei (dapil) satu daerah pemilihan. Karena di Jateng ada 13 dapil, disepakati tambahan PTMA ke-13, yakni Itesa (Institut Teknologi Statistika dan Bisnis Muhammadiyah) Semarang," katanya.
Hal tersebut disampaikannya saat membuka Rapat Kerja Wilayah Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PW Muhammadiyah Jateng yang diikuti 140 perwakilan pimpinan daerah Muhammadiyah (PDM) dan LHKP PDM se-Jateng.
Baidhawy menjelaskan bahwa hasil survei tersebut akan menjadi acuan bagi LHKP dalam menyusun strategi dalam pendampingan dan pengawalan caleg kader Muhammadiyah yang berada di berbagai partai politik.
"Disepakati bahwa survei ini dari 13 dapil (di Jateng), masing-masing dapil diambil 1.000 responden atau sampel. Jadi, total ada 13.000 responden," kata Baidhawy yang membawahi LHKP PWM Jateng tersebut.
Menurut dia, survei juga dilakukan terhadap seluruh kader Muhammadiyah yang mencalonkan diri pada Pemilu 2024, tidak hanya di DPRD kabupaten/kota, tetapi juga DPRD provinsi dan DPR RI.
Diakuinya, sekarang ini banyak kader Muhammadiyah yang terjun di politik sehingga diperlukan langkah untuk mengatur strategi agar dukungan warga Muhammadiyah bisa disalurkan secara maksimal.
"Misalnya, dalam satu dapil ada lima kader Muhammadiyah yang maju. Kalau nggak ada keberpihakan, dukungan warga Muhammadiyah akan terpecah, apalagi para caleg berasal dari partai berbeda," katanya.
Sementara itu, Sekretaris LHKP PW Muhammadiyah Jateng Wahidin Hasan menyebutkan setidaknya ada 350 kader Muhammadiyah di 35 kabupaten/kota di Jateng yang berkontestasi pada Pemilu 2024.
"Kami memang menargetkan satu dapil satu kader Muhammadiyah (yang jadi). Karena itu, kami menggandeng Konsorsium PTMA Jateng untuk melakukan survei terhadap semua kader yang nyaleg," katanya.
Diakuinya, langkah tersebut memang cukup terlambat karena daftar caleg tetap (DCT) sudah diumumkan, tetapi diyakininya LHKP akan bisa membuat langkah strategis di sisa waktu yang ada.
"Surveinya sudah dimulai dua minggu lalu dan ditargetkan rampung pertengahan November ini. Apapun rekomendasinya, akan menjadi catatan kecil bagi caleg untuk memperbaiki diri di waktu tersisa," katanya.
Rakernas tersebut mengambil tema "Transformasi dan Diaspora Kader Bangsa Menuju Sukses Pemilu 2024, dan Masa Depan Jawa Tengah Berkeadaban", ia berharap bisa mencapai target satu dapil satu kader Muhammadiyah.
"Bagi kader sangat bermanfaat, misalnya begini. Hasil survei menunjukkan kader itu elektabilitasnya rendah. Nanti, akan ada catatan atau koreksi untuk meningkatkan elektabilitas," katanya.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, di Semarang, Jumat, menyampaikan konsorsium itu adalah kolaborasi 13 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah di Jateng.
"Awalnya, 12 PTMA terlibat. Pengennya, satu PTMA menyurvei (dapil) satu daerah pemilihan. Karena di Jateng ada 13 dapil, disepakati tambahan PTMA ke-13, yakni Itesa (Institut Teknologi Statistika dan Bisnis Muhammadiyah) Semarang," katanya.
Hal tersebut disampaikannya saat membuka Rapat Kerja Wilayah Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PW Muhammadiyah Jateng yang diikuti 140 perwakilan pimpinan daerah Muhammadiyah (PDM) dan LHKP PDM se-Jateng.
Baidhawy menjelaskan bahwa hasil survei tersebut akan menjadi acuan bagi LHKP dalam menyusun strategi dalam pendampingan dan pengawalan caleg kader Muhammadiyah yang berada di berbagai partai politik.
"Disepakati bahwa survei ini dari 13 dapil (di Jateng), masing-masing dapil diambil 1.000 responden atau sampel. Jadi, total ada 13.000 responden," kata Baidhawy yang membawahi LHKP PWM Jateng tersebut.
Menurut dia, survei juga dilakukan terhadap seluruh kader Muhammadiyah yang mencalonkan diri pada Pemilu 2024, tidak hanya di DPRD kabupaten/kota, tetapi juga DPRD provinsi dan DPR RI.
Diakuinya, sekarang ini banyak kader Muhammadiyah yang terjun di politik sehingga diperlukan langkah untuk mengatur strategi agar dukungan warga Muhammadiyah bisa disalurkan secara maksimal.
"Misalnya, dalam satu dapil ada lima kader Muhammadiyah yang maju. Kalau nggak ada keberpihakan, dukungan warga Muhammadiyah akan terpecah, apalagi para caleg berasal dari partai berbeda," katanya.
Sementara itu, Sekretaris LHKP PW Muhammadiyah Jateng Wahidin Hasan menyebutkan setidaknya ada 350 kader Muhammadiyah di 35 kabupaten/kota di Jateng yang berkontestasi pada Pemilu 2024.
"Kami memang menargetkan satu dapil satu kader Muhammadiyah (yang jadi). Karena itu, kami menggandeng Konsorsium PTMA Jateng untuk melakukan survei terhadap semua kader yang nyaleg," katanya.
Diakuinya, langkah tersebut memang cukup terlambat karena daftar caleg tetap (DCT) sudah diumumkan, tetapi diyakininya LHKP akan bisa membuat langkah strategis di sisa waktu yang ada.
"Surveinya sudah dimulai dua minggu lalu dan ditargetkan rampung pertengahan November ini. Apapun rekomendasinya, akan menjadi catatan kecil bagi caleg untuk memperbaiki diri di waktu tersisa," katanya.
Rakernas tersebut mengambil tema "Transformasi dan Diaspora Kader Bangsa Menuju Sukses Pemilu 2024, dan Masa Depan Jawa Tengah Berkeadaban", ia berharap bisa mencapai target satu dapil satu kader Muhammadiyah.
"Bagi kader sangat bermanfaat, misalnya begini. Hasil survei menunjukkan kader itu elektabilitasnya rendah. Nanti, akan ada catatan atau koreksi untuk meningkatkan elektabilitas," katanya.