Semarang (ANTARA) - SDN Gajahmungkur 03 terus mengembangkan kegiatan literasi membaca juga menulis, salah satunya melalui Program Gajah Keris atau SDN Gajahmungkur 03 Kreatif Menulis.
"Program Gajah Keris merupakan salah satu budaya positif dan guru berperan sebagai fasilitator juga motivator bagi peserta didik. Guru diberikan kesempatan berkreasi dalam pendampingan ke peserta didik," kata Dian Marta Wijayanti, selaku Kepala SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang.
Dian yang juga fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation ini menjelaskan setelah guru memahami program tersebut, langkah selanjutnya adalah dengan menentukan bentuk literasi produktif di setiap kelas dan kegiatan tersebut dimulai pukul 07.15 WIB di kelas 1-6.
Setiap peserta didik telah menyiapkan satu buku khusus kegiatan Gajah Keris dan guru bebas mendesain bentuk kegiatan seperti meminta peserta didik membuat cerita pendek, puisi, pantun, menulis pengalaman, atau cerita bergambar sesuai tema yang disepakati masing-masing kelas.
Tidak hanya menyerahkan program tersebut ke guru, lanjut Dian, dirinya sebagai kepala sekolah juga mengontrol buku Gajah Keris setiap Rabu serta menyiapkan stempel bergambar Gajah dan Keris untuk memberikan apresiasi kepada peserta didik. Gajah Keris terbukti mampu menjadi pemantik interaksi antara peserta didik, guru, dan kepala sekolah.
"Dari karya-karya terpilih, sekolah sudah mampu menerbitkan majalah dua bulan sekali. Majalah ini adalah produk nyata dari kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik setiap hari Rabu. Majalah yang diberi nama GALURA ini diunggah juga dalam bentuk file yang dapat diakses melalui website sekolah," jelas Dian.
Sekolah, tambah Dian, juga menyusun majalah online karya peserta didik agar dapat akses lebih luas dan aman, sekaligus sebagai wadah untuk menyalurkan hasil literasi siswa.
"Peserta didik menjadi lebih bersemangat. Mereka memiliki kebebasan dalam berkreasi dan menghasilkan suatu karya tanpa status benar atau salah. Mereka dapat mengenal lebih banyak ragam teks. Hal ini membantu proses perkembangan pemerolehan bahasa di usia saat ini," kata Dian.
Dian menambahkan cara tersebut sangat memberikan pengaruh positif terutama bagi peserta didik yang memiliki ketidakmampuan berbicara dengan baik, banyak diam dibandingkan menyampaikan pendapat dengan alasan malu atau tidak percaya diiri.
"Dengan adanya kegiatan ini peserta didik yang introvert akan menemukan wadah untuk berbicara dalam bentuk tulisan," tutup Dian.
"Program Gajah Keris merupakan salah satu budaya positif dan guru berperan sebagai fasilitator juga motivator bagi peserta didik. Guru diberikan kesempatan berkreasi dalam pendampingan ke peserta didik," kata Dian Marta Wijayanti, selaku Kepala SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang.
Dian yang juga fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation ini menjelaskan setelah guru memahami program tersebut, langkah selanjutnya adalah dengan menentukan bentuk literasi produktif di setiap kelas dan kegiatan tersebut dimulai pukul 07.15 WIB di kelas 1-6.
Setiap peserta didik telah menyiapkan satu buku khusus kegiatan Gajah Keris dan guru bebas mendesain bentuk kegiatan seperti meminta peserta didik membuat cerita pendek, puisi, pantun, menulis pengalaman, atau cerita bergambar sesuai tema yang disepakati masing-masing kelas.
Tidak hanya menyerahkan program tersebut ke guru, lanjut Dian, dirinya sebagai kepala sekolah juga mengontrol buku Gajah Keris setiap Rabu serta menyiapkan stempel bergambar Gajah dan Keris untuk memberikan apresiasi kepada peserta didik. Gajah Keris terbukti mampu menjadi pemantik interaksi antara peserta didik, guru, dan kepala sekolah.
"Dari karya-karya terpilih, sekolah sudah mampu menerbitkan majalah dua bulan sekali. Majalah ini adalah produk nyata dari kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik setiap hari Rabu. Majalah yang diberi nama GALURA ini diunggah juga dalam bentuk file yang dapat diakses melalui website sekolah," jelas Dian.
Sekolah, tambah Dian, juga menyusun majalah online karya peserta didik agar dapat akses lebih luas dan aman, sekaligus sebagai wadah untuk menyalurkan hasil literasi siswa.
"Peserta didik menjadi lebih bersemangat. Mereka memiliki kebebasan dalam berkreasi dan menghasilkan suatu karya tanpa status benar atau salah. Mereka dapat mengenal lebih banyak ragam teks. Hal ini membantu proses perkembangan pemerolehan bahasa di usia saat ini," kata Dian.
Dian menambahkan cara tersebut sangat memberikan pengaruh positif terutama bagi peserta didik yang memiliki ketidakmampuan berbicara dengan baik, banyak diam dibandingkan menyampaikan pendapat dengan alasan malu atau tidak percaya diiri.
"Dengan adanya kegiatan ini peserta didik yang introvert akan menemukan wadah untuk berbicara dalam bentuk tulisan," tutup Dian.