Semarang (ANTARA) - Dongeng dapat dianggap sebagai bagian dari budaya tutur, sekaligus merupakan literasi awal dari suatu pembelajaran. Dongeng merupakan karya sastra yang memiliki manfaat bagi pendidikan anak Indonesia.

Di dalam dongeng terdapat pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), penghayatan (konatif atau tingkah laku), dan imajinatif.

Berikut ada enam pentingnya mendongeng bagi perkembangan anak. Pertama, mendorong dalam pembentukan karakter: mendongeng dapat membantu anak untuk memahami konsep-konsep seperti kebaikan, kejujuran, dan persahabatan.

Kedua, meningkatkan kemampuan berbahasa: mendengarkan cerita dapat membantu anak meningkatkan kemampuan berbahasa dan meningkatkan kosakata mereka. Ketiga, meningkatkan kreativitas: membantu anak untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka.

Keempat, meningkatkan empati: mendongeng dapat membantu anak untuk belajar berpikir dari sudut pandang orang lain dan meningkatkan empati mereka. Kelima, meningkatkan hubungan orang tua dan anak: Mendongeng dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi orang tua dan anak untuk melakukan bersama dan memperkuat hubungan mereka.

Keenam, membentuk identitas: mendongeng dari buku Indonesia dapat membantu anak untuk lebih mengenal dan menghargai budaya Indonesia. Dongeng juga merupakan cara untuk menyampaikan tradisi dan budaya dari generasi ke generasi.

Baca juga: Laila, Guru SD di Cilacap yang terus menginspirasi

Agar anak mau mendengarkan 
Ada beberapa cara untuk memancing perhatian anak agar mau mendengarkan dongeng: pertama, pilih dongeng yang sesuai dengan usia dan minat anak. Anak akan lebih tertarik untuk mendengarkan dongeng yang menarik bagi mereka.

Kedua, buat suasana yang nyaman dan tenang. Pastikan anak duduk dengan nyaman dan cukup cahaya. Ketiga, gunakan bahasa yang mudah dimengerti. Jangan menggunakan kata-kata yang sulit dipahami oleh anak.

Keempat, tambahkan interaksi misalnya minta anak untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya atau meminta mereka untuk berperan sebagai tokoh dalam dongeng.

Kelima, jadikan mendongeng sebagai kegiatan rutin dengan membuat waktu khusus untuk mendengarkan dongeng setiap hari, misalkan bagi orang tua bisa sebelum tidur atau bagi guru pilih hari atau waktu khusus.

Keenam, luangkan waktu untuk mendengarkan dongeng bersama. Mendengarkan dongeng bersama dapat meningkatkan interaksi antara anak dan orang tua, ataupun guru.

Ketujuh, berikan dorongan positif dengan memberikan pujian atau hadiah kecil kepada anak ketika mereka menunjukkan minat yang besar dalam mendengarkan dongeng.

Kedelapan, jangan terburu-buru dalam menceritakan dongeng, biarkan anak untuk menikmati proses mendengarkan dongeng.

Baca juga: Pembiasaan disiplin sejak dini
Menjadi yang menyenangkan
Secara keseluruhan, penting untuk membuat dongeng menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menarik bagi anak dengan menyesuaikan konten dan cara penyampaian dongeng dengan minat dan usia anak serta melibatkan interaksi dengan anak dan jadikan sebagai kegiatan rutin.

Guru maupun orang tua harus banyak memanfaatkan dongeng sebagai media pembelajaran untuk anak. Termasuk manfaat mendongeng yakni mengajarkan perbedaan dan toleransi, sesuatu yang sangat mahal akhir-akhir ini.

Dongeng bisa jadi alat penyampai pesan moral yang efektif karena bisa benar-benar diterima dengan lembut dan dicerna tanpa memasung kemerdekaan berpikir dan berimajinasi siswa. 

"Aku baru tahu kalau alat musik Tifa itu berasal dari Papua lewat dongeng yang aku dengar. Selain itu aku juga ingin jadi Biwar, yang selalu berani karena benar seperti di dongeng Biwar, Penakluk Naga," kata Maynanda, siswa Kelas IV, SDN 1 Puguh, Kendal.

Bagi saya pribadi, mendongeng adalah penyesuaian komunikasi berdasarkan tumbuh kembang anak tanpa menghilangkan esensi pesan moral yang ingin disampaikan.

Jadi, sudah kah kita rutin mendongeng untuk anak atau murid-murid kita?

Baca juga: Tingkatkan karakter siswa dengan P5

*Penulis: Muhchamad Haris Tarmidi
Guru SDN 1 Puguh, Kendal/ Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation 


           
 

Pewarta : Muhchamad Haris Tarmidi*/Nur Istibsaroh
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024