Semarang (ANTARA) - Dunia pendidikan menjadi salah satu sektor yang kena imbas pandemi COVID-19 dengan skala dan tingkat kemasifan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia dan salah satu aspek yang paling terkena adalah tumbuh kembang anak.
Selama ini, sampel kajian dan diskusi mengenai dampak COVID-19 lebih banyak dilakukan di daerah urban atau perkotaan yang cenderung dekat dengan lokasi pemerintahan daerah dan pusat.
Kajian dampak pandemi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman bekerja sama dengan LPDP melakukan kajian dampak pandemi COVID-19 pada anak-anak sekolah dasar di daerah pedesaan pinggiran Kabupaten Banyumas, tepatnya di Kecamatan Lumbir.
"Daerah pinggiran pedesaan selama ini lebih berperan sebagai pelaku pasif penerima kebijakan kota," kata Prayogo Hadi Sulistio,selaku tim peneliti saat ditemui di acara Forum Group Discussion (FGD) Dampak Pandemi terhadap Anak, Kamis 21 Juli 2022, di SD Negeri 3 Lumbir.
"Dari hasil kajian kami, trauma COVID-19 dan ketidaktepatan penanganan selama pembelajaran jarak jauh menyimpan efek negatif substansial yang bisa berlangsung berkepanjangan dan permanen khususnya pada anak-anak sekolah dasar," katanya.
Prayogo menyebutkan di antara masalah yang muncul di Banyumas berdasarkan data wawancara dan observasi awal oleh tim peneliti adalah adanya stagnasi tingkat literasi siswa, penurunan konsentrasi belajar, penyalahgunaan gawai, peningkatan kecemasan atas bahaya COVID-19, dan ketidakstabilan emosi siswa.
Kepala Sekolah SD Negeri 3 Lumbir Eni Hartiti mengatakan pihaknya menyambut dengan senang hati kegiatan pengkajian dan forum diskusi yang dilakukan oleh tim peneliti.
Menurut Eni sejumlah sekolah di daerah pinggiran mengalami situasi yang cukup pelik selama pandemi termasuk terkendala akses internet.
"Area kami termasuk area yang susah sinyal internet dan fasilitas kami belum sepenuhnya memadai," kata Eni.
Hal yang senada disampaikan Dakhrun, Guru Wali Kelas SD N 2 Cingebul yang menilai setelah pandemi dirinya merasakan ada banyak perbedaan.
"Setelah pandemi, kuping kami dingin, karena tidak lagi diserbu berbagai pertanyaan oleh orang tua mencakup materi dan pendampingan belajar dengan siswa,” katanya yang disusul gelak tawa seluruh peserta forum diskusi.
Tiswan, Kepala SD N Karanggayam berharap forum diskusi yang santai seperti hari itu juga bisa dilakukan dengan para pembuat kebijakan sebagai ruang penyampaian aspirasi guru-guru di daerah pedesaan pinggiran.
Teknik Dongeng Tulis
Hasil dari penggalian data mengenai dampak COVID-19 yang dilakukan semenjak Januari 2022 diolah dan menjadi dasar bagi tim peneliti untuk mengembangkan sebuah teknik terapi psikologis dan literasi bagi anak terdampak bencana pandemi COVID-19.
Salah satu pengembang teknik, Nisa Roiyasa menjelaskan teknik yang diterapkan yakni Teknik Dongeng Tulis karena memiliki dampak luar biasa bagi anak termasuk di dalamnya mengasah kemampuan literasi siswa.
"Teknik kami bernama Dongeng-Tulis. Dongeng menjadi alternatif karena proses pembuatan dan penyampaian dongeng membuka ruang-ruang penyaluran pengalaman psikologis dan mengasah kemampuan literasi siswa," kata Nisa.
Teknik tersebut terdiri atas pendampingan yang berkesinambungan pada beberapa tahapan proses, dari proses membaca bersama, menyimak, peluapan rasa dan eskpresi, dan terakhir pada proses penyuguhan perasaan dan pengalaman pandemi siswa menjadi sebuah produk penulisan kreatif.
Tim Peneliti, lanjut Nisa, juga melibatkan beberapa pihak dengan bidang kepakarannya, seperti Kak Al sebagai pendongeng Beatbox Banyumas dan Dyah Astorini Wulandari selaku psikolog.
Anak-anak terlihat begitu ceria menyimak dongeng berjudul Ayami dan Pandemi yang dibawakan oleh Kak Al. Bukan hanya terhibur dengan tingkah lucu Kak Al, anak-anak melalui dongeng yang diberikan, diajak ngobrol tentang pengalaman pandemi mereka.
Dyah Astorini menambahkan menurut data Lembaga Bantuan Anak Indonesia (LBAI), di saat pandemi COVID-19 banyak anak yang mengalami stres karena tekanan yang ada di rumah.
"Karena tubuh anak-anak sedang berkembang, mereka lebih peka terhadap stres berulang ini dan menanggung bagian yang terberat dari sistem ini," katanya.
Menurut Dyah pemberian terapi yang mampu membangkitkan keceriaan anak sangat diperlukan apalagi apabila terapi tersebut bisa membantu mengajarkan anak-anak mengekspresikan emosi melalui kata-kata.
"Dengan teknik yang terarah, dongeng bisa menjadi media yang sangat tepat," tutup Dyah.
*Penulis: Kurnia Akbar Santoso
Asisten Peneliti Teknik Dongeng-Tulis dan Peserta MBKM 2022
UNSOED
Berita Terkait
RSGM Soelastri ajak ratusan anak di Solo jaga kesehatan gigi
Kamis, 14 November 2024 14:27 Wib
Polres Temanggung tahan pelaku persetubuhan anak di bawah umur
Rabu, 13 November 2024 14:01 Wib
Tim UNICEF kunjungi SDN Pekunden Semarang untuk cek obesitas
Rabu, 13 November 2024 8:58 Wib
Pemkot Pekalongan fasilitasi kelas pengasuhan anak inklusi SKB
Selasa, 12 November 2024 16:11 Wib
DNA anak korban kekerasan seksual di Purworejo tak cocok dengan pelaku
Senin, 11 November 2024 16:18 Wib
Menteri: Nikahkan korban kekerasan seksual dengan pelaku bukan solusi
Senin, 11 November 2024 12:05 Wib
Kilang Cilacap kenalkan industri migas sejak dini kepada anak-anak TK
Senin, 11 November 2024 9:30 Wib
Yoyok Sukawi: Pemimpin harus berikan keteladanan bagi anak buah
Sabtu, 9 November 2024 9:06 Wib