Purwokerto (ANTARA) - Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto memperkenalkan teknik shibori kepada pembatik yang tergabung dalam UKM Batik Putra Serayu, Desa Notog, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Shibori adalah teknik tekstil dari Jepang dengan mencelup, mengikat, melipat, memelintir, dan menjahit kain sehingga membentuk pola yang unik," kata Ketua Tim PKM Unsoed Purwokerto Ari Asnani di Purwokerto, Senin.
Menurut dia, teknik dan proses shibori lebih bervariasi daripada teknik jumputan yang selama ini telah umum dipakai untuk pembuatan kain jumputan dalam seni batik.
Saat ini, ada enam teknik shibori yang dikenal, yaitu kanoko, arashi, itajime, miura, kumo, dan nui.
"Akulturasi teknik jumputan dan teknik shibori untuk pengembangan desain produk diharapkan mampu menghasilkan produk dengan motif yang lebih beragam sehingga lebih kompetitif," jelas dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Unsoed itu.
Selain itu, kata dia, kombinasi dari teknik dan inovasi produk akan membuat akulturasi jumputan-shibori menjadi salah satu produk tekstil bergaya kontemporer yang menarik.
Umumnya, pewarna yang digunakan pada shibori adalah pewarna indigo yang berasal dari tanaman Indigofera tinctorial yang memberikan warna biru.
"Perkembangan selanjutnya adalah penggunaan pewarna sintetis, yaitu naptol, remasol, dan indigosol yang lebih praktis penggunaannya serta bervariasi warnanya," kata Asnani.
Terkait dengan upaya memperkenalkan teknik shibori tersebut, Tim PKM Unsoed memberikan pelatihan bagi UKM Batik Putra Serayu, Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas, yang selama ini memproduksi batik dan ecoprint Banyumasan.
Pelatihan yang digelar di Edukasi Bruwun Alas, Desa Notog, sejak tanggal 19 Agustus 2022 juga diikuti sejumlah UKM Batik di seputaran Kabupaten Banyumas dan Purbalingga.
"Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi melalui inovasi baru dalam hal desain serta kreativitas motif," jelasnya.
Menurut dia, rangkaian kegiatan pembuatan kain bermotif jumputan-shibori meliputi persiapan alat dan bahan, preparasi waterglass sebagai pengunci warna, preparasi zat warna, pelipatan kain sesuai pola yang dikehendaki, pewarnaan sudut warna dan bias warna, pengeringan kain, serta dilanjutkan dengan pencucian kain.
Selama mengikuti kegiatan tersebut, seluruh peserta berpartisipasi aktif untuk melakukan kombinasi pelipatan asimetri dan simetri guna memperoleh pola-pola baru.
"Hasil pengembangan pola dicatat secara sistematis dan disusun sebagai panduan desain pola shibori," katanya.
Asnani mengatakan hasil kegiatan PKM tersebut berupa kain dengan pola-pola simetri-asimetri sesuai sebagai refleksi horizontal dan vertikal dari pola bentuk segitiga dan segiempat.
Bahkan, kata dia, kegiatan PKM tersebut menghasilkan 19 motif shibori.
"Hasil monev (monitoring dan evaluasi), kegiatan PKM menunjukkan bahwa rerata tingkat kepuasan peserta adalah baik dengan persentase 18 persen dan sangat baik dengan persentase 80 persen," kata Asnani.
"Shibori adalah teknik tekstil dari Jepang dengan mencelup, mengikat, melipat, memelintir, dan menjahit kain sehingga membentuk pola yang unik," kata Ketua Tim PKM Unsoed Purwokerto Ari Asnani di Purwokerto, Senin.
Menurut dia, teknik dan proses shibori lebih bervariasi daripada teknik jumputan yang selama ini telah umum dipakai untuk pembuatan kain jumputan dalam seni batik.
Saat ini, ada enam teknik shibori yang dikenal, yaitu kanoko, arashi, itajime, miura, kumo, dan nui.
"Akulturasi teknik jumputan dan teknik shibori untuk pengembangan desain produk diharapkan mampu menghasilkan produk dengan motif yang lebih beragam sehingga lebih kompetitif," jelas dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Unsoed itu.
Selain itu, kata dia, kombinasi dari teknik dan inovasi produk akan membuat akulturasi jumputan-shibori menjadi salah satu produk tekstil bergaya kontemporer yang menarik.
Umumnya, pewarna yang digunakan pada shibori adalah pewarna indigo yang berasal dari tanaman Indigofera tinctorial yang memberikan warna biru.
"Perkembangan selanjutnya adalah penggunaan pewarna sintetis, yaitu naptol, remasol, dan indigosol yang lebih praktis penggunaannya serta bervariasi warnanya," kata Asnani.
Terkait dengan upaya memperkenalkan teknik shibori tersebut, Tim PKM Unsoed memberikan pelatihan bagi UKM Batik Putra Serayu, Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas, yang selama ini memproduksi batik dan ecoprint Banyumasan.
Pelatihan yang digelar di Edukasi Bruwun Alas, Desa Notog, sejak tanggal 19 Agustus 2022 juga diikuti sejumlah UKM Batik di seputaran Kabupaten Banyumas dan Purbalingga.
"Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi melalui inovasi baru dalam hal desain serta kreativitas motif," jelasnya.
Menurut dia, rangkaian kegiatan pembuatan kain bermotif jumputan-shibori meliputi persiapan alat dan bahan, preparasi waterglass sebagai pengunci warna, preparasi zat warna, pelipatan kain sesuai pola yang dikehendaki, pewarnaan sudut warna dan bias warna, pengeringan kain, serta dilanjutkan dengan pencucian kain.
Selama mengikuti kegiatan tersebut, seluruh peserta berpartisipasi aktif untuk melakukan kombinasi pelipatan asimetri dan simetri guna memperoleh pola-pola baru.
"Hasil pengembangan pola dicatat secara sistematis dan disusun sebagai panduan desain pola shibori," katanya.
Asnani mengatakan hasil kegiatan PKM tersebut berupa kain dengan pola-pola simetri-asimetri sesuai sebagai refleksi horizontal dan vertikal dari pola bentuk segitiga dan segiempat.
Bahkan, kata dia, kegiatan PKM tersebut menghasilkan 19 motif shibori.
"Hasil monev (monitoring dan evaluasi), kegiatan PKM menunjukkan bahwa rerata tingkat kepuasan peserta adalah baik dengan persentase 18 persen dan sangat baik dengan persentase 80 persen," kata Asnani.