Solo (ANTARA) - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berupaya membantu masyarakat Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah memitigasi bencana alam dengan memasang alat pendeteksi longsor berupa "early warning system" (EWS).
"Kegiatan ini menjadi salah program yang diusung oleh Tim KKN UNS, salah satunya yaitu pemasangan EWS sederhana di Desa Kemuning dan Desa Ngargoyoso, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar," kata pembimbing tim, Pipit Wijayanti, di Solo, Minggu.
Ia mengatakan EWS sebagai pendeteksi longsor mengingat dua daerah tersebut berada di dataran tinggi sehingga rawan terkena bencana longsor.
Selain pemasangan EWS, katanya, kelompok tersebut juga memasang tanda jalur evakuasi di beberapa titik sepanjang jalan di kedua desa tersebut, khususnya Dusun Melikan dan Dusun Sumbersari.
"Kemudian untuk membekali masyarakat mengenai bahaya tanah longsor serta kebencanaan, kami menyelenggarakan 'forum group discussion' (FGD) yang melibatkan perwakilan warga dan kepala dusun. Pada FGD ini kami membahas perihal kontingensi dalam pengurangan risiko bencana," katanya.
Ia mengatakan beberapa topik yang diangkat pada FGD tersebut di antaranya skenario kejadian, skenario dampak, kebijakan, dan strategi hingga pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB). FPRB merupakan forum yang dibentuk sebagai upaya pengurangan risiko bencana di daerah rawan bencana.
"Forum ini terstruktur serta diisi dengan koordinator dan anggota yang siap menjadi komando saat bencana terjadi," katanya.
Ia mengatakan kegiatan tersebut penting dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tanah longsor mengingat lokasi KKN merupakan daerah dengan risiko longsor yang tinggi.
"Harapannya melalui kegiatan ini masyarakat dapat kembali mengingat tindakan mitigasi yang diperlukan apabila terjadi longsor, terlebih sebentar lagi memasuki musim hujan," katanya.
"Kegiatan ini menjadi salah program yang diusung oleh Tim KKN UNS, salah satunya yaitu pemasangan EWS sederhana di Desa Kemuning dan Desa Ngargoyoso, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar," kata pembimbing tim, Pipit Wijayanti, di Solo, Minggu.
Ia mengatakan EWS sebagai pendeteksi longsor mengingat dua daerah tersebut berada di dataran tinggi sehingga rawan terkena bencana longsor.
Selain pemasangan EWS, katanya, kelompok tersebut juga memasang tanda jalur evakuasi di beberapa titik sepanjang jalan di kedua desa tersebut, khususnya Dusun Melikan dan Dusun Sumbersari.
"Kemudian untuk membekali masyarakat mengenai bahaya tanah longsor serta kebencanaan, kami menyelenggarakan 'forum group discussion' (FGD) yang melibatkan perwakilan warga dan kepala dusun. Pada FGD ini kami membahas perihal kontingensi dalam pengurangan risiko bencana," katanya.
Ia mengatakan beberapa topik yang diangkat pada FGD tersebut di antaranya skenario kejadian, skenario dampak, kebijakan, dan strategi hingga pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB). FPRB merupakan forum yang dibentuk sebagai upaya pengurangan risiko bencana di daerah rawan bencana.
"Forum ini terstruktur serta diisi dengan koordinator dan anggota yang siap menjadi komando saat bencana terjadi," katanya.
Ia mengatakan kegiatan tersebut penting dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tanah longsor mengingat lokasi KKN merupakan daerah dengan risiko longsor yang tinggi.
"Harapannya melalui kegiatan ini masyarakat dapat kembali mengingat tindakan mitigasi yang diperlukan apabila terjadi longsor, terlebih sebentar lagi memasuki musim hujan," katanya.