Magelang (ANTARA) - Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengajak warga keturunan Tionghoa di daerah itu ikut menyukseskan kegiatan "Magelang Moncer Serius 2020" untuk meningkatkan kunjungan wisata.

"Masyarakat (keturunan, red.) Tionghoa diharapkan ikut menyukseskan tahun kunjungan wisata 'Magelang Moncer Serius 2020'," katanya dalam keterangan tertulis di Magelang, Selasa.

Ia mengatakan hal itu ketika menghadiri "open house" perayaan Tahun Baru Imlek 2571/2020 di Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID) Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang, Senin (27/1) malam yang diselenggarakan Yayasan Tri Bhakti dan antara lain dihadiri warga keturunan Tionghoa di daerah itu, unsur forpimda, Forum Kerukunan Umat Beragama, dan masyarakat setempat lainnya.

Moncer Serius singkatan dari Modern, Cerdas, Sejahtera, dan Religius yang merupakan jargon kota setempat. Sekitar 50 kegiatan diselenggarakan dalam "Magelang Moncer Serius" sepanjang tahun ini, baik oleh Pemkot Magelang maupun masyarakat. Berbagai kegiatan itu, antara lain terkait dengan pariwisata, olahraga, seni, budaya, pertanian, peternakan, dan pendidikan.

"Magelang akan ramai. Ini untuk mengenalkan Kota Magelang lebih luas. Mohon partispiasi dari teman-teman pengusaha, apa saja bentuknya," ujar Sigit.

Baca juga: Jambore Sepeda Lipat Nasional sukseskan "Magelang Moncer Serius 2020"

Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa selama ini warga keturunan Tionghoa di kota setempat berpartisipasi dalam membangun kemajuan daerah dan menjadikan Kota Magelang kondusif.

"Termasuk dalam perayaan Imlek ini dirayakan dengan penuh suka cita. Semoga Imlek tahun ini membawa keberkahan, keberhasilan, dan suka cita," katanya.

Pembina Yayasan Tri Dharma Kota Magelang David Herman Jaya mengatakan Imlek hari besar masyarakat Tionghoa, di manapun berada dan apapun agama mereka, sedangkan di Indonesia, Imlek kali ini memasuki tahun ke-20.

Ia mengakui ada sebagian masyarakat mengartikan Imlek sebagai hari raya keagamaan yang sarat makna ritual.

Akan tetapi, katanya, sesungguhnya Imlek tradisi turun temurun masyarakat Tionghoa ketika merayakan tahun baru yang dihitung berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi.

"Kebudayaan Imlek di Indonesia memperkaya dan memperkuat spirit kebhinekaan dengan rasa persaudaraan," jelas David.

Ia menyebut setidaknya empat makna Imlek, yakni kegembiraan, persaudaraan, rasa hormat, dan berbagi. Empat makna itu menjadi dasar hidup bermasyarakat di Indonesia yang berbhineka namun tunggal ika.

"Semua yang ada di bumi, di bawah langit adalah satu keluarga. Kita ini satu keluarga besar, yaitu Indonesia. Kita dipertemukan, diikat dalam wadah NKRI. Perbedaan adalah kebahagiaan sebagai satu saudara, dengan sikap saling menghormati, keinginan untuk berbagi, bukan menyakiti atau menghujat," katanya. (hms).

Baca juga: "Magelang Moncer Serius" butuh dukungan berbagai komunitas
Baca juga: Imlek tingkatkan semangat kerja warga keturunan Tionghoa
Baca juga: Kelenteng Liong Hok Bio Magelang Terbakar

Pewarta : Hari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024