Purwokerto (Antaranews - Jateng) - Rachmat Riyadi (35), warga Pabuaran, Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas masih mengingat betul hari di mana dia menderita demam berdarah dengue (DBD).
Pada hari Selasa malam, awal Januari 2019, dia merasakan sakit kepala yang sangat hebat dan bertepatan dengan itu dia juga merasakan tubuhnya mulai menggigil.
Buru-buru dia mengambil termometer dan mendapati kenaikan suhu tubuhnya hingga 39,3 derajat Celcius.
Kenaikan suhu tubuh itu dirasa berlangsung cepat, karena sebelumnya, Rachmat yang merupakan pegawai di salah satu bank swasta yang ada di Purwokerto itu masih bekerja seperti biasa, tidak ada tanda-tanda akan terjadinya penurunan kondisi tubuh.
"Semuanya seperti mendadak, tiba-tiba badan saya panas tinggi. Sudah minum penurun panas tiap empat jam pun seperti tidak ada pengaruhnya," katanya.
Selain menggigil dan sakit kepala hebat, dia juga merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh tubuhnya. Malam itupun dia lalui dengan rasa yang tidak keruan.
Setelah melewati malam yang terasa sangat lambat, pagi pun akhirnya datang, dan dia bergegas menuju rumah sakit untuk memeriksakan dirinya.
Dokter memberikan obat penurun panas dan rujukan untuk tes darah jika masih demam hingga dua atau tiga hari ke depan.
"Dua hari kemudian saya masih demam dan segera melakukan tes darah, hasilnya menunjukkan ada penurunan trombosit hingga dokter meminta untuk rawat inap, ternyata saya mengalami DBD dan hingga saat ini masih penasaran kapan saya digigit nyamuk pembawa virus DBD," katanya.
Demam Mendadak
Dokter spesialis penyakit dalam dari RS Sinar Kasih Purwokerto, dr. Andreas, Sp.PD mengatakan masyarakat perlu mengenali gejala awal penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang salah satunya adalah munculnya demam secara mendadak.
Biasanya demam mendadak tersebut disertai nyeri dan pegal-pegal, sakit kepala, dan juga mual atau muntah-muntah.
Bila seseorang mengalami demam, dan demam tersebut menetap selama dua hingga tiga hari, maka perlu segera memeriksakan diri ke dokter.
"Nanti oleh dokter biasanya akan disarankan untuk pemeriksaan laborat darah rutin sebagai skrining awal, terutama bila di sekitar rumah pasien juga ditemukan adanya penderita DBD," katanya.
Pemeriksaan kepada pasien dengan gejala-gejala awal DBD memang harus segera dilakukan agar dapat secepat mungkin mendapatkan penanganan dari tim medis.
Jangan sampai pasien datang sudah dalam keadaan syok, tekanan darah turun ataupun perdarahan aktif yang berat.
Dia juga mengatakan penderita DBD memelukan rawat inap, terutama bagi mereka yang memiliki tanda-tanda perdarahan aktif atau syok serta bagi mereka yang selama sakit tidak dapat menerima asupan makanan yang adekuat.
"Apabila asupan makanan dan minuman yang masuk ke tubuh pasien tidak adekuat maka sebaiknya dilakukan rawat inap di fasilitas kesehatan, terutama pada kondisi umum pasien yang lemah," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, tidak menutup kemungkinan bahwa penderita DBD bisa saja dirawat di rumah, selama makanan dan minuman bisa diasup dengan porsi yang cukup dan tidak ada tanda-tanda pendarahan aktif.
Perlu sungguh-sungguh dipastikan bahwa intake asupan nutrisi pasien bisa masuk dalam porsi yang benar-benar cukup.
Karena jika tidak, maka perlu dilakukan rawat inap untuk pemberian terapi cairan dengan infus dan lain sebagainya demi kesembuhan pasien.
Sementara itu, dia juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa penting menjaga kondisi tubuh dengan melaksanakan pola hidup yang bersih dan sehat.
"Diet yang adekuat, rutin dan teratur olahraga, istirahat yang cukup, manajemen stres dan hindari rokok, bila ada tanda-tanda demam, asupan air dengan jumlah banyak bisa membantu. Minum dan makan secara adekuat dapat mengondisikan daya tahan tubuh tetap baik," katanya.
Dia juga mengingatkan bahwa penderita DBD yang telah sembuh dengan baik, tetap masih memiliki kemungkinan untuk dapat terserang DBD lagi di kemudian hari. Sehingga menjaga daya tahan tubuh dan kebersihan lingkungan di rumah masing-masing sangat diperlukan.
Pemberantasan Sarang
Untuk mengantisipasi DBD, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, dr. Yudhi Wibowo, M.PH mengingatkan pentingnya gerakan pemberantasan sarang nyamuk sebagai upaya antisipasi penyakit demam berdarah dengue.
Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman tersebut mengatakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, berarti melibatkan masyarakat dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah nyamuk Aedes berkembang biak.
Untuk itu, kata dia, pemerintah daerah setempat perlu meningkatkan sosialisasi dan promosi mengenai gerakan pemberantasan sarang nyamuk kepada seluruh masyarakat yang ada.
Dia juga menambahkan penanganan pasien DBD sangat penting agar tidak menjadi sumber penularan penyakit DBD.
"Apabila ada pasien terindikasi DBD, maka pengobatan perlu segera dilakukan agar tidak menjadi sumber penularan penyakit DBD," katanya.
Sementara itu, dia juga menambahkan pentingnya gerakan "3M Plus" sebagai upaya mencegah penyakit demam berdarah.
Gerakan 3M yang dimaksud adalah menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes.
Hal yang dimaksud dengan "Plus" adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti menaburkan bubuk larvasida, menggunakan obat nyamuk dan ant