Kudus (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes) Kudus, Jawa Tengah, mengajak warga untuk mewaspadai penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) meskipun temuan kasus meninggal akibat penyakit tersebut hingga kini masih nihil.
"Kalaupun ada laporan kasus meninggal akibat DBD, ternyata karena adanya komorbid atau penyakit penyerta dari pasien yang meninggal tersebut," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kudus Dharsono di Kudus, Selasa.
Sementara kasus meninggal dunia murni karena DBD, kata dia, hingga kini belum ada, karena rata-rata disebabkan adanya penyakit penyerta. Sedangkan tahun lalu memang ada kasus meninggal murni karena DBD sebanyak empat orang.
Jumlah kasus DBD yang tercatat hingga 21 April 2025, kata dia, mencapai 1.229 kasus.
Data seribuan pasien DBD itu berasal dari sejumlah rumah sakit di Kudus, antara lain dari RSUD Kudus, Rumah Sakit (RS) Mardi Rahayu, RS Aisyiyah, RS Islam Sunan Kudus, dan RS Nurussyifa.
Ia mencatat dari ribuan pasien DBD tersebut ada yang masuk dalam kategori kasus Dengue dengan warning atau ditemukan indikasi bahwa DBD telah memasuki fase yang lebih serius dan berpotensi berkembang menjadi syok.
Kasus DBD dengan Dengue warning tercatat sebanyak 115 pasien, meliputi 15 pasien di RS Mardi Rahayu, 20 pasien di RSUD dr Loekmono Kudus, tujuh pasien di RS Nurussyifa, 16 pasien di RS Islam Sunan Kudus, dan selebihnya di RS Aisyiyah.
Upaya pencegahan yang paling efektif, kata dia, dengan menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M plus guna mencegah penyebaran penyakit DBD.
Gerakan 3M plus yang dimaksud menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan memanfaatkan/daur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia, serta tindakan tambahan (Plus) yang bisa dilakukan.
Poin plus-nya antara lain, menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memeriksa tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi yang ada di rumah.
Upaya lainnya yakni melakukan gotong-royong untuk membersihkan lingkungan, meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah untuk dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
Dinkes Kudus juga menyiapkan bubuk Abate yang bisa diminta secara gratis di masing-masing puskesmas atau bidan desa karena pembasmian jentik nyamuk dengan Abate ini lebih efektif ketimbang pengasapan atau fogging.
Baca juga: Legislator Surakarta ajak masyarakat cegah meluasnya paparan DBD