"Program 'e-Learning' ini memudahkan bidan-bidan dalam mengakses kurikulum digital sehingga bisa mengaplikasikannya untuk pelayanan," kata Marketing Leader GE Healthcare Ani Rahardjo di Semarang, Selasa.
Program "e-Learning", kata dia, bisa pula diakses bidan-bidan di wilayah pelosok melalui fasilitator yang dilatih. Program itu dimulai di Kota Semarang dengan melatih 92 bidan sebagai fasilitator.
Menurut dia, Kota Semarang memang menjadi proyek percontohan penerapan program itu mengingat keberhasilannya dalam menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) sehingga bisa membantu daerah lain.
"Kebetulan, kami merupakan produsen berbagai alat kesehatan, seperti CT-Scan (a computed tomography scan) dan ultrasonografi (USG). Ini program kami untuk membantu tenaga kesehatan, khususnya bidan," katanya.
Pihaknya juga akan membantu berbagai peralatan kesehatan yang diproduksinya untuk menunjang kinerja para bidan dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan pada masyarakat agar lebih maksimal.
General Manager Program Bidan Delima IBI Asmilia Makmur mengatakan penerapan program "e-Learning" itu secara berjenjang dengan menerjunkan 20 mentor untuk melatih 92 bidan.
"Sebanyak 92 bidan yang dilatih itu akan bertugas menjadi fasilitator yang masing-masing akan melatih sebanyak 250 bidan di berbagai wilayah di Jawa Tengah. Demikian seterusnya jika cakupannya menjadi luas," katanya.
Ketua Umum Pengurus Pusat IBI Dr Emi Nurjasmi menyebutkan saat ini, sekitar 37 ribu klinik bidan mandiri di Indonesia yang menyediakan layanan saat kehamilan dan membantu kelahiran.
"Namun, kualitas klinik kan beragam. Kita kan punya program Bidan Delima sebagai referensi kualitas pelayanan bagi bidan. Dengan 'e-Learning' ini, proses standarisasi itu akan bisa berjalan lebih cepat," katanya.