BPBD imbau warga Banyumas mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi
Purwokerto (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengimbau warga setempat untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi pada musim hujan tahun 2024-2025.
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, saat ini wilayah Kabupaten Banyumas secara umum sudah memasuki awal musim hujan meskipun hujannya masih bersifat sporadis," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Budi Nugroho di Purwokerto, Banyumas, Minggu.
Akan tetapi, kata dia, BMKG pada Jumat (18/10) mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem yang berlaku pada tanggal 19-21 Oktober di sejumlah wilayah Jawa Tengah termasuk Kabupaten Banyumas.
Bahkan dalam prakiraan cuaca berbasis dampak hujan lebat yang dikeluarkan BMKG pada hari Minggu (20/10), lanjut dia, sejumlah kecamatan di Kabupaten Banyumas berstatus waspada.
Menurut dia, wilayah tersebut meliputi Kecamatan Sumbang, Kembaran, Sokaraja, Kalibagor, Purwokerto Selatan, Patikraja, Karanglewas, Cilongok, Purwokerto Barat, Kedung Banteng, Purwokerto Utara, Baturraden, Purwokerto Timur, Pekuncen, dan Gumelar.
"Oleh karena itu, kami mengimbau warga di seluruh wilayah tersebut untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung," katanya.
Ia mengatakan sebelum datangnya musim hujan, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi setiap tahun terutama saat musim hujan.
Melalui kegiatan tersebut, kata dia, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan ketika terjadi hujan lebat dalam durasi waktu yang cukup lama serta lebih sigap ketika terjadi bencana, sehingga dapat meminimalisasi risiko bencana.
"Kami pun telah berkoordinasi dengan multisektor dalam penanganan bencana, seperti dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam hal penyiagaan alat berat untuk menangani bencana tanah longsor," kata Budi.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak hujan lebat untuk wilayah Jawa Tengah terdapat sejumlah kecamatan di 16 kabupaten yang berstatus waspada pada tanggal 21-22 Oktober.
Menurut dia, wilayah-wilayah yang berstatus waspada itu di antaranya berada di pegunungan tengah Jawa Tengah seperti Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Brebes bagian selatan, Tegal bagian selatan, dan Pemalang bagian selatan.
"Dampak tersebut dapat berupa jembatan yang rendah tidak dapat dilintasi, terjadi longsor atau guguran bebatuan atau erosi dalam skala menengah, volume aliran sungai meningkat atau banjir, serta aliran banjir berbahaya dan mengganggu aktivitas masyarakat dalam skala menengah," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan ada beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat, antara lain berhati-hati jika beraktivitas di luar rumah.
Selain itu, kata dia, memperbarui informasi melalui media massa maupun media sosial dan mencari informasi melalui pihak-pihak terkait kebencanaan.
"Masyarakat sebaiknya tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak mendesak, dan selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait kebencanaan," kata Teguh.
Baca juga: Prakiraan cuaca Jawa Tengah hari ini
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, saat ini wilayah Kabupaten Banyumas secara umum sudah memasuki awal musim hujan meskipun hujannya masih bersifat sporadis," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Budi Nugroho di Purwokerto, Banyumas, Minggu.
Akan tetapi, kata dia, BMKG pada Jumat (18/10) mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem yang berlaku pada tanggal 19-21 Oktober di sejumlah wilayah Jawa Tengah termasuk Kabupaten Banyumas.
Bahkan dalam prakiraan cuaca berbasis dampak hujan lebat yang dikeluarkan BMKG pada hari Minggu (20/10), lanjut dia, sejumlah kecamatan di Kabupaten Banyumas berstatus waspada.
Menurut dia, wilayah tersebut meliputi Kecamatan Sumbang, Kembaran, Sokaraja, Kalibagor, Purwokerto Selatan, Patikraja, Karanglewas, Cilongok, Purwokerto Barat, Kedung Banteng, Purwokerto Utara, Baturraden, Purwokerto Timur, Pekuncen, dan Gumelar.
"Oleh karena itu, kami mengimbau warga di seluruh wilayah tersebut untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung," katanya.
Ia mengatakan sebelum datangnya musim hujan, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi setiap tahun terutama saat musim hujan.
Melalui kegiatan tersebut, kata dia, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan ketika terjadi hujan lebat dalam durasi waktu yang cukup lama serta lebih sigap ketika terjadi bencana, sehingga dapat meminimalisasi risiko bencana.
"Kami pun telah berkoordinasi dengan multisektor dalam penanganan bencana, seperti dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam hal penyiagaan alat berat untuk menangani bencana tanah longsor," kata Budi.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak hujan lebat untuk wilayah Jawa Tengah terdapat sejumlah kecamatan di 16 kabupaten yang berstatus waspada pada tanggal 21-22 Oktober.
Menurut dia, wilayah-wilayah yang berstatus waspada itu di antaranya berada di pegunungan tengah Jawa Tengah seperti Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Brebes bagian selatan, Tegal bagian selatan, dan Pemalang bagian selatan.
"Dampak tersebut dapat berupa jembatan yang rendah tidak dapat dilintasi, terjadi longsor atau guguran bebatuan atau erosi dalam skala menengah, volume aliran sungai meningkat atau banjir, serta aliran banjir berbahaya dan mengganggu aktivitas masyarakat dalam skala menengah," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan ada beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat, antara lain berhati-hati jika beraktivitas di luar rumah.
Selain itu, kata dia, memperbarui informasi melalui media massa maupun media sosial dan mencari informasi melalui pihak-pihak terkait kebencanaan.
"Masyarakat sebaiknya tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak mendesak, dan selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait kebencanaan," kata Teguh.
Baca juga: Prakiraan cuaca Jawa Tengah hari ini