Bupati: Paskibraka jadi contoh generasi muda pupuk rasa nasionalisme
Kudus (ANTARA) - Penjabat Bupati Kudus M Hasan Chabibie berharap keberadaan 65 pelajar yang dikukuhkan sebagai pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) tingkat kabupaten bisa dijadikan contoh oleh generasi muda lainnya untuk memperkuat rasa nasionalisme.
"Untuk memupuk rasa nasionalisme tentunya tidak hanya lewat sebagai pengibar bendera pada upacara Hari Kemerdekaan RI, tetapi bisa ditunjukkan pada aktivitas yang lain," ujarnya ditemui usai pengukuhan Paskibraka Tingkat Kabupaten Kudus 2024 di halaman Pendopo Kabupaten Kudus, Jateng, Jumat.
Ia mengakui menyaksikan semangat dan motivasi memupuk rasa cinta tanah air yang ditunjukkan pasukan pengibar bendera merah putih yang nantinya mengemban tugas mulia mengibarkan sang saka merah putih pada upacara bendera Hari Kemerdekaan RI di Alun-alun Kudus.
Orang tua dari masing-masing petugas pengibar bendera, kata dia, juga dihadirkan sebagai kebanggaan orang tua untuk melihat putra putrinya setelah menyelesaikan proses pelatihan dan bimbingan untuk menjadi petugas pengibar bendera HUT RI.
"Ini kesempatan berharga buat adik-adik untuk menunjukkan kemampuannya melakukan pengibaran bendera pusaka," ujarnya.
Ia mengakui tidak semua generasi muda berkesempatan menjadi pengibar bendera pusaka merah putih karena ada proses seleksi, tetapi di sisi lain bisa memupuk rasa nasionalisme itu melalui peran apapun, dalam posisi apapun, dan dalam situasi apapun.
"Insya Allah ketika rasa nasionalisme kita kuat akan menjadi titik topang dan optimisme yang positif. Di tahun-tahun berikutnya tentunya generasi muda di Kabupaten Kudus ini bisa berbicara di tingkat provinsi maupun nasional karena kami optimistis dengan generasi bangsa ke depan," ujarnya.
Terkait dengan penggunaan hijab, kata dia, Pemkab Kudus mendukung karena tidak mengurangi keseriusan, kewibawaan, bahkan profesionalisme mereka.
"Saya kira tidak ada masalah, karena jilbab juga menjadi simbol agama, saling beriringan dan saling mendukung. Kebetulan perempuan pasukan pengibar bendera semuanya menggunakan jilbab," ujarnya.
Menurut dia justru hal itu menjadi nilai tambah, sehingga tidak mengganggu profesionalisme mereka.
Intan Puji Astuti, salah satu pasukan pengibar bendera merah putih dari SMA 2 Bae mengakui sejak awal memang menggunakan hijab, termasuk 23 perempuan dari 65 orang yang ditetapkan sebagai pasukan pengibar bendera juga berhijab.
"Kami juga mendapatkan dukungan dari pemda karena dengan berhijab juga lebih nyaman," ujarnya.
Baca juga: Pj Bupati Magelang ingatkan Paskibra jaga kondisi kesehatan
"Untuk memupuk rasa nasionalisme tentunya tidak hanya lewat sebagai pengibar bendera pada upacara Hari Kemerdekaan RI, tetapi bisa ditunjukkan pada aktivitas yang lain," ujarnya ditemui usai pengukuhan Paskibraka Tingkat Kabupaten Kudus 2024 di halaman Pendopo Kabupaten Kudus, Jateng, Jumat.
Ia mengakui menyaksikan semangat dan motivasi memupuk rasa cinta tanah air yang ditunjukkan pasukan pengibar bendera merah putih yang nantinya mengemban tugas mulia mengibarkan sang saka merah putih pada upacara bendera Hari Kemerdekaan RI di Alun-alun Kudus.
Orang tua dari masing-masing petugas pengibar bendera, kata dia, juga dihadirkan sebagai kebanggaan orang tua untuk melihat putra putrinya setelah menyelesaikan proses pelatihan dan bimbingan untuk menjadi petugas pengibar bendera HUT RI.
"Ini kesempatan berharga buat adik-adik untuk menunjukkan kemampuannya melakukan pengibaran bendera pusaka," ujarnya.
Ia mengakui tidak semua generasi muda berkesempatan menjadi pengibar bendera pusaka merah putih karena ada proses seleksi, tetapi di sisi lain bisa memupuk rasa nasionalisme itu melalui peran apapun, dalam posisi apapun, dan dalam situasi apapun.
"Insya Allah ketika rasa nasionalisme kita kuat akan menjadi titik topang dan optimisme yang positif. Di tahun-tahun berikutnya tentunya generasi muda di Kabupaten Kudus ini bisa berbicara di tingkat provinsi maupun nasional karena kami optimistis dengan generasi bangsa ke depan," ujarnya.
Terkait dengan penggunaan hijab, kata dia, Pemkab Kudus mendukung karena tidak mengurangi keseriusan, kewibawaan, bahkan profesionalisme mereka.
"Saya kira tidak ada masalah, karena jilbab juga menjadi simbol agama, saling beriringan dan saling mendukung. Kebetulan perempuan pasukan pengibar bendera semuanya menggunakan jilbab," ujarnya.
Menurut dia justru hal itu menjadi nilai tambah, sehingga tidak mengganggu profesionalisme mereka.
Intan Puji Astuti, salah satu pasukan pengibar bendera merah putih dari SMA 2 Bae mengakui sejak awal memang menggunakan hijab, termasuk 23 perempuan dari 65 orang yang ditetapkan sebagai pasukan pengibar bendera juga berhijab.
"Kami juga mendapatkan dukungan dari pemda karena dengan berhijab juga lebih nyaman," ujarnya.
Baca juga: Pj Bupati Magelang ingatkan Paskibra jaga kondisi kesehatan