Semarang (ANTARA) - Pelaksanaan Program Operasi Pasar dan Pasar Murah di Provinsi Jawa Tengah akan ditingkatkan untuk menekan inflasi pada Oktober 2023 yang angkanya mencapai 2,81 persen.
“Saya menginstruksikan kepada satgas pangan dan tim pengendalian inflasi daerah (TPID) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk meningkatkan kedua program tersebut, khususnya di daerah-daerah yang inflasi dan indeks perkembangan harga (IPH) masih tinggi,” kata Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana di Semarang, Senin.
Terkait dengan hal ini, Pemprov Jateng terus berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Bulog dan kementerian terkait.
"Kami terus melakukan koordinasi dengan Bulog, kemudian kementerian lain dan Satgas Pangan. Kegiatan-kegiatan operasi pasar dalam bentuk gerakan pasar murah terus kami tingkatkan," ujarnya usai mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian secara daring.
Nana juga menginstruksikan kepada Satgas Pangan daerah dan kepolisian untuk lebih intens memantau harga pasar, khususnya harga kebutuhan pokok atau volatile food yang berpotensi menyumbang inflasi.
Dengan dilakukan pantauan itu, lanjut dia, pemerintah juga bisa langsung mengindentifikasi penyebab kenaikan harga tersebut karena distribusinya atau memang sudah kekurangan pangan.
“Kita juga akan cari solusi untuk menstabilkan kembali harga-harga pangan yang ada di masyarakat ini," katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, pemerintah bisa langsung segara dilakukan tindakan cepat apabila terjadi gejolak harga.
Setidaknya ada lima komoditas yang mengalami gejolak harga diantaranya beras medium, beras premium, cabai rawit, cabai merah, dan gula. Lima komoditas itu menjadi fokus dalam operasi pasar yang akan dilakukan mulai tengah pekan ini.