Semarang (ANTARA) - Penyesuaian harga BBM nonsubsidi Pertamina jenis Pertamax series dan Dex series diharapkan bisa menahan laju inflasi terutama di sektor transportasi, meskipun tidak dapat dirasakan dalam waktu dekat, kata pengamat Ekonomi Univeritas Diponegoro (Undip) Semarang Wahyu Widodo.
Selain menahan laju inflasi, lanjut Wahyu, kebijakan penurunan harga BBM juga akan memberikan dampak terhadap daya beli masyarakat, khususnya pada masyarakat yang selama ini memang lebih memilih untuk menggunakan BBM nonsubsidi.
"Penurunan ini pastinya akan meningkatkan daya beli masyarakat. Namun demikian, tidak otomatis masyarakat menggeser untuk meningkatkan konsumsi komoditas yang lain. Biasanya tetap perlu waktu," katanya.
Wahyu memaklumi kebijakan penetapan harga BBM nonsubsidi sesuai dengan mekanisme pasar, mengingat Indonesia masih menjadi importir BBM. Apalagi, saat ini kondisi geo politik di Timur Tengah tidak menentu, sehingga fluktuasi harga minyak sangat tinggi.
"Kita masih menghasilkan 900 ribu barel per hari, tapi konsumsi 1,6 juta barel per hari. Jadi ada selisih yang cukup besar, sehingga harus impor dan pasti mengikuti harga pasar," katanya
Sekretaris Komisi B DPRD Jawa Tengah Muhammad Ngainirrichadl menyambut baik penurunan harga BBM jenis nonsubsidi Pertamina yang diterapkan mulai Rabu (1/11/2023). Penurunan harga tersebut bukti konsistensi Pertamina dalam merespon tren pasar minyak dunia dan dinilai akan mengurangi beban masyarakat di tengah lonjakan harga komoditas lainnya.
“Saya berharap penurunan harga BBM nonsubsidi Pertamina ini bisa ikut mendorong penurunan harga komoditas lainnya, seperti harga beras yang saat ini cukup tinggi. Harapannya BBM bersubsidi juga bisa turun, sehingga bisa meringankan beban operasional masyarakat, termasuk biaya produksi untuk pengangkut komoditas," katanya.
Juan Rama, Anggota Komisi B DPRD Kota Semarang menilai penurunan harga BBM nonsubsidi Pertamina menjadi berita gembira di masyarakat dan berharap harga BBM bisa dijaga tetap stabil, apalagi saat memasuki tahun politik.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jawa Tengah Abdun Mufid mengatakan penurunan harga Pertamax Series dan Dex Series memang merupakan konsekuensi dari sistem penetapan harga BBM nonsubsidi yang mengikuti mekanisme pasar. Dengan penurunan harga ini akan menjaga masyarakat tetap menggunakan BBM yang lebih berkualitas.
"Disparitas harga yang tidak terlalu jauh antara BBM subsidi dengan BBM non subsidi, maka masyarakat akan memilih untuk menggunakan BBM yang lebih berkualitas," katanya.
Meski begitu, lanjutnya, pihaknya juga mendorong pemerintah untuk tetap memikirkan keseimbangan pelayanan antara penjualan BBM bersubsidi dengan BBM non subsidi di masyarakat. Salah satunya, dengan penggunaan aplikasi My Pertamina untuk pembelian BBM bersubsidi.
"Pengendalian harus terus dilakukan, agar mereka yang menggunakan BBM subsidi bisa tepat sasaran, yakni masyarakat tidak mampu. Pembatasan pembelian juga harus dilakukan agar tidak terlalu banyak," katanya.