Delegasi sejumlah kota se-ASEAN kunjungi TPST di Banyumas
Banyumas (ANTARA) - Delegasi dari sejumlah kota se-ASEAN melakukan kunjungan lapangan ke tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dalam rangkaian kegiatan City Window Series II yang diselenggarakan oleh Program Smart Green ASEAN Cities (SGAC).
Dalam kunjungan lapangan yang dilakukan pada Rabu siang, delegasi dari kota-kota peserta Program SGAC itu mengunjungi TPST Kedungrandu di Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, serta Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor.
Saat ditemui di TPST Kedungrandu, Penasihat Senior Program SGAC-United Nations Capital Development Fund (UNCDF) Fakri Karim mengatakan Smart Green ASEAN Cities memfasilitasi kota-kota yang ada di ASEAN untuk tukar pengalaman dan pelajaran dalam pembangunan hijau.
"Nah, salah satu bidang pembangunan hijau itu adalah pengelolaan sampah, waste management," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan Banyumas menjadi kota yang mengadakan pertemuan City Window Series II yang dihadiri delegasi dari 13 kota se-ASEAN untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman sambil belajar dari keberhasilan Banyumas dalam mengelola sampah.
Menurut dia, delegasi dari beberapa negara sangat tertarik dengan apa yang diinovasikan oleh Banyumas.
"Semoga ini bisa menjadi hal yang bisa direplikasi di negara-negara lain, di kota-kota lain yang sistemnya belum sampai ke sini. Kami dari pihak UNCDF, selain memfasilitasi kapasitasnya, juga membantu kota untuk mendapat pembiayaan pembangunan selain biaya pemerintah," jelasnya.
Disinggung mengenai sejauhmana pengelolaan sampah di negara lain berdasarkan pengamatan Program SGAC-UNCDF, Fakri mengatakan setiap negara mempunyai kapasitas masing-masing.
"Kalau bilang Singapura, mereka sudah hebat sekali 'kan, terus ada negara seperti Indonesia dengan Banyumas. Di Indonesia saja, Banyumas itu saya pikir tidak semua kota seperti Banyumas," tegasnya.
Menurut dia, di Thailand pun ada kota yang pengelolaan sampahnya sudah baik sekali, ada pula baik, dan ada beberapa kota yang belum mampu sama sekali.
"Tujuannya untuk saling tukar pelajaran, pengalamannya 'kan. Tidak ada yang terbaik, tidak ada yang terjelek, yang terpenting bagaimana menukar pengalaman dan pelajaran sehingga semua bisa improve," tegasnya.
Salah seorang delegasi dari Kota Nakhon Sawan, Thailand, Nirojthanarat Jaturawit mengaku sangat tertarik dengan pengelolaan sampah di Banyumas karena melibatkan masyarakat, pemerintah, dan perusahaan yang bekerja sama dalam mengurus persampahan di daerah itu.
Menurut dia, pihaknya di Thailand sedang mencari cara dan model untuk mengatasi persoalan sampah.
"Ini salah satu tujuan kami melihat yang ada di sini untuk kami pelajari," jelas Wakil Wali Kota Nakhon itu.
Setelah kunjungan tersebut, kata dia, sistem pengelolaan sampah di Banyumas akan dicoba untuk diaplikasikan di Kota Nakhon Sawan.
Sementara delegasi dari Kota Kuantan, Malaysia, Norkamawati Kamal mengaku sangat ingin melihat secara langsung pengelolaan sampah di Banyumas yang dapat mewujudkan Zero Waste to Landfill (tidak ada sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, red.) karena saat seminar City Window Series II di Purwokerto, Banyumas, Selasa (12/9), mendapat penjelasan terkait permasalahan tersebut.
"Jadi saya sangat excited (bersemangat, red.) mau melihat sendiri," tegasnya.
Setelah melihat secara langsung, kata dia, apa yang dipaparkan dalam seminar benar-benar nyata karena dalam pengelolaan sampah tersebut ada perpaduan antara pemerintah dan komunitas masyarakat.
Bahkan, lanjut dia, inovasi pengelolaan sampah di Banyumas merupakan ide yang sangat cemerlang karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendaur ulang sampah menjadi produk bernilai ekonomi.
Menurut dia, apa yang dilakukan di Banyumas dapat menjadi contoh yang baik bagi Malaysia karena negara itu juga menghadapi permasalahan sampah yang semakin menumpuk.
"Ini satu contoh yang sangat baik. Saya akan mendorong pihak dari Malaysia, pemerintah, dan sebagainya untuk datang ke Banyumas, menyaksikan sendiri bagaimana pengelolaan sampah di sini," ungkapnya.
Baca juga: KLHK ajak kolaborasi dalam pengelolaan sampah
Dalam kunjungan lapangan yang dilakukan pada Rabu siang, delegasi dari kota-kota peserta Program SGAC itu mengunjungi TPST Kedungrandu di Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, serta Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor.
Saat ditemui di TPST Kedungrandu, Penasihat Senior Program SGAC-United Nations Capital Development Fund (UNCDF) Fakri Karim mengatakan Smart Green ASEAN Cities memfasilitasi kota-kota yang ada di ASEAN untuk tukar pengalaman dan pelajaran dalam pembangunan hijau.
"Nah, salah satu bidang pembangunan hijau itu adalah pengelolaan sampah, waste management," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan Banyumas menjadi kota yang mengadakan pertemuan City Window Series II yang dihadiri delegasi dari 13 kota se-ASEAN untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman sambil belajar dari keberhasilan Banyumas dalam mengelola sampah.
Menurut dia, delegasi dari beberapa negara sangat tertarik dengan apa yang diinovasikan oleh Banyumas.
"Semoga ini bisa menjadi hal yang bisa direplikasi di negara-negara lain, di kota-kota lain yang sistemnya belum sampai ke sini. Kami dari pihak UNCDF, selain memfasilitasi kapasitasnya, juga membantu kota untuk mendapat pembiayaan pembangunan selain biaya pemerintah," jelasnya.
Disinggung mengenai sejauhmana pengelolaan sampah di negara lain berdasarkan pengamatan Program SGAC-UNCDF, Fakri mengatakan setiap negara mempunyai kapasitas masing-masing.
"Kalau bilang Singapura, mereka sudah hebat sekali 'kan, terus ada negara seperti Indonesia dengan Banyumas. Di Indonesia saja, Banyumas itu saya pikir tidak semua kota seperti Banyumas," tegasnya.
Menurut dia, di Thailand pun ada kota yang pengelolaan sampahnya sudah baik sekali, ada pula baik, dan ada beberapa kota yang belum mampu sama sekali.
"Tujuannya untuk saling tukar pelajaran, pengalamannya 'kan. Tidak ada yang terbaik, tidak ada yang terjelek, yang terpenting bagaimana menukar pengalaman dan pelajaran sehingga semua bisa improve," tegasnya.
Salah seorang delegasi dari Kota Nakhon Sawan, Thailand, Nirojthanarat Jaturawit mengaku sangat tertarik dengan pengelolaan sampah di Banyumas karena melibatkan masyarakat, pemerintah, dan perusahaan yang bekerja sama dalam mengurus persampahan di daerah itu.
Menurut dia, pihaknya di Thailand sedang mencari cara dan model untuk mengatasi persoalan sampah.
"Ini salah satu tujuan kami melihat yang ada di sini untuk kami pelajari," jelas Wakil Wali Kota Nakhon itu.
Setelah kunjungan tersebut, kata dia, sistem pengelolaan sampah di Banyumas akan dicoba untuk diaplikasikan di Kota Nakhon Sawan.
Sementara delegasi dari Kota Kuantan, Malaysia, Norkamawati Kamal mengaku sangat ingin melihat secara langsung pengelolaan sampah di Banyumas yang dapat mewujudkan Zero Waste to Landfill (tidak ada sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, red.) karena saat seminar City Window Series II di Purwokerto, Banyumas, Selasa (12/9), mendapat penjelasan terkait permasalahan tersebut.
"Jadi saya sangat excited (bersemangat, red.) mau melihat sendiri," tegasnya.
Setelah melihat secara langsung, kata dia, apa yang dipaparkan dalam seminar benar-benar nyata karena dalam pengelolaan sampah tersebut ada perpaduan antara pemerintah dan komunitas masyarakat.
Bahkan, lanjut dia, inovasi pengelolaan sampah di Banyumas merupakan ide yang sangat cemerlang karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendaur ulang sampah menjadi produk bernilai ekonomi.
Menurut dia, apa yang dilakukan di Banyumas dapat menjadi contoh yang baik bagi Malaysia karena negara itu juga menghadapi permasalahan sampah yang semakin menumpuk.
"Ini satu contoh yang sangat baik. Saya akan mendorong pihak dari Malaysia, pemerintah, dan sebagainya untuk datang ke Banyumas, menyaksikan sendiri bagaimana pengelolaan sampah di sini," ungkapnya.
Baca juga: KLHK ajak kolaborasi dalam pengelolaan sampah