Pemerintah Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, berupaya mengantisipasi ternak mati akibat bovine ephemeral fever (BEF) yang memiliki gejala demam selama tiga hari antara lain dengan memberikan antibiotik.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kabupaten Sragen Toto Sukarno di Kabupaten Sragen, Rabu mengatakan BEF yang disebabkan oleh bakteri ini juga dipengaruhi oleh cuaca.
"Cuaca pengaruh juga, karena siang kan panasnya terlalu tinggi, malam terlalu dingin," katanya.
Ia mengatakan langkah antisipasi yang dilakukan yakni memberikan pemeriksaan pada hewan ternak sapi di Kabupaten Sragen. Hingga saat ini sekitar 200 sapi sudah menjalani pemeriksaan.
Selain pemeriksaan, dikatakannya, hewan ternak tersebut juga diberi obat antibiotik, vitamin, dan mineral.
"Kami juga sosialisasikan ke masyarakat agar memperbaiki asupan pakan ternak. Selain itu, hewan ternak jangan dikeluarkan terlalu lama. Kalau harus di luar ditempatkan di tempat yang teduh, kalau nggak ya di dalam kandang saja," katanya.
Sementara itu, hingga saat ini ada delapan sapi di Desa Kacangan, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang mati secara beruntun. Hasil pemeriksaan sementara, kematian hewan ternak tersebut akibat terkena BEF.
Ia juga menampik kematian hewan ternak akibat terjangkit antraks.
"Kami sudah ambil sampel dan hasilnya negatif antraks. Delapan ekor ini negatif semua," katanya.
Baca juga: Pemkot Pekalongan intensifkan pencegahan penyakit infeksi sapi perah
Baca juga: Pemkot Pekalongan intensifkan pencegahan penyakit infeksi sapi perah