Kurikulum Merdeka berhasil asah minat dan bakat sejak dini
Purwokerto (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengeluarkan kebijakan terkait penerapan Kurikulum Merdeka belajar yang terbukti berhasil mengasah minat dan bakat anak sejak dini karena menyajikan pembelajaran yang beragam.
Kurikulum yang diluncurkan sejak 2020 ini menekankan pada guru yang memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik, serta bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dan kebutuhan masa depan.
Kurikulum Merdeka yang biasa disebut Kurikulum Merdeka Belajar merupakan alat agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya sebagai manusia pembelajar sepanjang hayat. Semua mata pelajaran menjadi peralatan agar mereka tumbuh menjadi orang yang berpikir dan berkarakter.
Yang dituntut sudah bukan lagi kelengkapan administrasi, tapi lebih kepada pendampingan untuk setiap anak, proses pendidikan, dan proses pembelajaran yang berkualitas, bermakna, dan mendalam, sehingga anak dapat merasakan manfaat langsung dari apa yang dipelajari, serta menikmati proses belajar, dan akhirnya menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Salah satu jalan implementasi Kurikulum Merdeka agar dapat membantu tumbuh kembang anak dengan dukungan guru dan orang tua adalah memanfaatkan karakteristik Kurikulum Merdeka sebagai pembelajaran yang fleksibel.
Dengan Kurikulum Merdeka, para pembelajar dapat leluasa melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan tiap siswa. Guru juga dapat menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan muatan lokal.
Memastikan kesiapan menerima pembelajaran
Mengenali kepribadian anak dan memastikan kesiapannya menerima pembelajaran menjadi salah satu kiat sebelum memberikan pembelajaran Kurikulum Merdeka. Tahap ini dapat dilakukan melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga, karena Kurikulum Merdeka berusaha mengembalikan pendidikan ke marwah sesungguhnya, mengembalikan pembelajaran yang berfokus pada anak.
Baca juga: Rektor UMP terima penghargaan sebagai "Tokoh Peduli Musisi dan Pegiat Seni"
Kurikulum Merdeka dapat membebaskan guru untuk memberikan materi pembelajaran kepada anak, sehingga berdampak pada tumbuhnya kenyamanan anak dan rasa kebebasan dalam belajar, serta lebih banyak guru yang menyerahkan ke anak untuk menciptakan kegiatan. Itu salah satu kebebasan yang dirasakan. Jadi anak merasa senang belajar karena sesuai dengan keinginannya.
Belajar sambil bermain
Satu bentuk dari penerapan Kurikulum Merdeka Belajar, yakni dengan memanfaatkan berbagai alat peraga dalam pembelajaran seperti belajar sambil bermain.
Belajar sambil bermain ini diterapkan di Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto (SD UMP) dalam salah satu mata pelajaran di kelas 2. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini siswa tidak hanya belajar di dalam kelas.
Ada banyak hal yang bisa dieksplorasi untuk pembelajaran supaya lebih menyenangkan dan siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang dalam mata pelajaran tersebut. Dalam satu tema belajar di kelas 2 menerapkan belajar sambil bermain di luar kelas. Dengan konsep mencari harta karun, berhasil membuat siswa kelas 2 lebih menyukai belajar dan menyelesaikan masalah dengan lebih baik.
Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan aturan main pencarian harta Karun kepada seluruh siswa yang telah dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok dibekali peta sekolah dan diwajibkan mencari 3 gulungan harta karun yang tersebar di lingkungan sekolah.
Baca juga: Teknik Kimia UMP-BNSP gelar pelatihan dan sertifikasi kompetensi K3
Masing-masing gulungan tersebut berisi soal-soal yang harus dijawab siswa. Dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Mulai dari Goblin gulungan dengan tingkat paling mudah, lalu Dragon dan Elf tingkat kesulitan menengah dan paling sulit. Setiap kelompok harus menjawab dengan kompak, tidak boleh hanya sendiri.
Kegiatan belajar dengan model belajar sambil bermain seperti ini cukup efektif diterapkan pada siswa kelas 2 SD. Siswa lebih antusias dan menikmati pelajaran yang diberikan. Selain itu, dengan model pembelajaran tersebut, ada banyak hal yang dipelajari dan ditanamkan dalam diri siswa seperti kekompakan, tidak mudah menyerah, setia kawan, teliti, dan tidak menyalahkan teman.
Pembelajaran seperti ini juga membantu siswa supaya tidak mudah jenuh, dan melatih kerja sama serta tidak mudah menyerah. Ini salah satu bentuk merdeka belajar, tidak harus belajar di kelas.
Para guru pun sangat mendukung pembelajaran seperti yang dilakukan karena kegiatan luar kelas (outing class) seperti itu merupakan salah satu ciri pembelajaran di SD UMP. Pembelajaran seperti ini lebih baik, karena ini bagian dari inovasi atau variasi pembelajaran. Ada target dalam pembelajarannya untuk apa, problem base learning atau menambah wawasan dengan memanfaatkan benda konkret yang memang riil dilihat siswa.
Kaji implementasi Kurikulum Merdeka
Terkait Kurikulum Merdeka, banyak akademisi juga ikut mengkaji implementasinya di lingkungan sekolah seperti yang dilakukan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) dengan menggelar seminar nasional pendidikan bertajuk "Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah".
Seminar nasional tersebut dilaksanakan untuk mengklarifikasi dan mendiskusikan isu-isu terkait Kurikulum Merdeka, juga untuk menjawab berbagai isu dan berbagai opini di masyarakat.
Baca juga: UMP telah mencetak 43.932 alumni dari berbagai program studi
Beberapa isu yang ada di antaranya mengenai pembatalan Kurikulum Merdeka, pengelolaan program PPG dan kualitas Lembaga Penyelenggara Tenaga Kependidikan (LPTK).
Seminar nasional itu tidak hanya membahas implementasi Kurikulum Merdeka namun diseminar ini para pembicara dapat menjawab isu-isu yang ada di masyarakat saat ini. Dengan adanya seminar ini dapat menambah ide yang dapat memperbaiki pendidikan di masa yang akan datang.
Dengan seminar nasional itu terlahir banyak ide dan kurikulum yang berkiprah di sekolah dapat berjalan dengan baik. Semua bersemangat bahwa merdeka belajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah betul-betul sesuai dengan keinginan tujuan utama dari Kementerian.
Selain itu, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP UMP juga menggelar kegiatan seminar nasional bertajuk "Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kurikulum Merdeka Belajar".
Seminar nasional tersebut menghadirkan tiga narasumber yang ahli di bidangnya, yakni Prof. Dr. Sapriya, M.Ed. selaku Dosen PKn Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sekaligus Ketua AP3KNI Pusat, kedua Eko Priyanto, Ph.D. selaku Dosen PPKn UMP, dan Waryanto, M.Pd. selaku Guru PKn SMPN 2 Purwokerto sekaligus Ketua MGMP PKn SMP Kabupaten Banyumas, serta Rini Puji Susanti, M.Pd. selaku Dosen PPKn UMP yang bertindak sebagai moderator.
*) Tegar Roli A., M.Sos merupakan Dosen LB PPKn FKIP UMP
Baca juga: UMP-Bank Jateng Syariah gelar Festival Balon Udara di Banyumas
Baca juga: Muhammadiyah: Bangsa Indonesia harus kerja keras tingkatkan pendidikan
Kurikulum yang diluncurkan sejak 2020 ini menekankan pada guru yang memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik, serta bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dan kebutuhan masa depan.
Kurikulum Merdeka yang biasa disebut Kurikulum Merdeka Belajar merupakan alat agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya sebagai manusia pembelajar sepanjang hayat. Semua mata pelajaran menjadi peralatan agar mereka tumbuh menjadi orang yang berpikir dan berkarakter.
Yang dituntut sudah bukan lagi kelengkapan administrasi, tapi lebih kepada pendampingan untuk setiap anak, proses pendidikan, dan proses pembelajaran yang berkualitas, bermakna, dan mendalam, sehingga anak dapat merasakan manfaat langsung dari apa yang dipelajari, serta menikmati proses belajar, dan akhirnya menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Salah satu jalan implementasi Kurikulum Merdeka agar dapat membantu tumbuh kembang anak dengan dukungan guru dan orang tua adalah memanfaatkan karakteristik Kurikulum Merdeka sebagai pembelajaran yang fleksibel.
Dengan Kurikulum Merdeka, para pembelajar dapat leluasa melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan tiap siswa. Guru juga dapat menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan muatan lokal.
Memastikan kesiapan menerima pembelajaran
Mengenali kepribadian anak dan memastikan kesiapannya menerima pembelajaran menjadi salah satu kiat sebelum memberikan pembelajaran Kurikulum Merdeka. Tahap ini dapat dilakukan melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga, karena Kurikulum Merdeka berusaha mengembalikan pendidikan ke marwah sesungguhnya, mengembalikan pembelajaran yang berfokus pada anak.
Baca juga: Rektor UMP terima penghargaan sebagai "Tokoh Peduli Musisi dan Pegiat Seni"
Kurikulum Merdeka dapat membebaskan guru untuk memberikan materi pembelajaran kepada anak, sehingga berdampak pada tumbuhnya kenyamanan anak dan rasa kebebasan dalam belajar, serta lebih banyak guru yang menyerahkan ke anak untuk menciptakan kegiatan. Itu salah satu kebebasan yang dirasakan. Jadi anak merasa senang belajar karena sesuai dengan keinginannya.
Belajar sambil bermain
Satu bentuk dari penerapan Kurikulum Merdeka Belajar, yakni dengan memanfaatkan berbagai alat peraga dalam pembelajaran seperti belajar sambil bermain.
Belajar sambil bermain ini diterapkan di Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto (SD UMP) dalam salah satu mata pelajaran di kelas 2. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini siswa tidak hanya belajar di dalam kelas.
Ada banyak hal yang bisa dieksplorasi untuk pembelajaran supaya lebih menyenangkan dan siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang dalam mata pelajaran tersebut. Dalam satu tema belajar di kelas 2 menerapkan belajar sambil bermain di luar kelas. Dengan konsep mencari harta karun, berhasil membuat siswa kelas 2 lebih menyukai belajar dan menyelesaikan masalah dengan lebih baik.
Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan aturan main pencarian harta Karun kepada seluruh siswa yang telah dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok dibekali peta sekolah dan diwajibkan mencari 3 gulungan harta karun yang tersebar di lingkungan sekolah.
Baca juga: Teknik Kimia UMP-BNSP gelar pelatihan dan sertifikasi kompetensi K3
Masing-masing gulungan tersebut berisi soal-soal yang harus dijawab siswa. Dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Mulai dari Goblin gulungan dengan tingkat paling mudah, lalu Dragon dan Elf tingkat kesulitan menengah dan paling sulit. Setiap kelompok harus menjawab dengan kompak, tidak boleh hanya sendiri.
Kegiatan belajar dengan model belajar sambil bermain seperti ini cukup efektif diterapkan pada siswa kelas 2 SD. Siswa lebih antusias dan menikmati pelajaran yang diberikan. Selain itu, dengan model pembelajaran tersebut, ada banyak hal yang dipelajari dan ditanamkan dalam diri siswa seperti kekompakan, tidak mudah menyerah, setia kawan, teliti, dan tidak menyalahkan teman.
Pembelajaran seperti ini juga membantu siswa supaya tidak mudah jenuh, dan melatih kerja sama serta tidak mudah menyerah. Ini salah satu bentuk merdeka belajar, tidak harus belajar di kelas.
Para guru pun sangat mendukung pembelajaran seperti yang dilakukan karena kegiatan luar kelas (outing class) seperti itu merupakan salah satu ciri pembelajaran di SD UMP. Pembelajaran seperti ini lebih baik, karena ini bagian dari inovasi atau variasi pembelajaran. Ada target dalam pembelajarannya untuk apa, problem base learning atau menambah wawasan dengan memanfaatkan benda konkret yang memang riil dilihat siswa.
Kaji implementasi Kurikulum Merdeka
Terkait Kurikulum Merdeka, banyak akademisi juga ikut mengkaji implementasinya di lingkungan sekolah seperti yang dilakukan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) dengan menggelar seminar nasional pendidikan bertajuk "Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah".
Seminar nasional tersebut dilaksanakan untuk mengklarifikasi dan mendiskusikan isu-isu terkait Kurikulum Merdeka, juga untuk menjawab berbagai isu dan berbagai opini di masyarakat.
Baca juga: UMP telah mencetak 43.932 alumni dari berbagai program studi
Beberapa isu yang ada di antaranya mengenai pembatalan Kurikulum Merdeka, pengelolaan program PPG dan kualitas Lembaga Penyelenggara Tenaga Kependidikan (LPTK).
Seminar nasional itu tidak hanya membahas implementasi Kurikulum Merdeka namun diseminar ini para pembicara dapat menjawab isu-isu yang ada di masyarakat saat ini. Dengan adanya seminar ini dapat menambah ide yang dapat memperbaiki pendidikan di masa yang akan datang.
Dengan seminar nasional itu terlahir banyak ide dan kurikulum yang berkiprah di sekolah dapat berjalan dengan baik. Semua bersemangat bahwa merdeka belajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah betul-betul sesuai dengan keinginan tujuan utama dari Kementerian.
Selain itu, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP UMP juga menggelar kegiatan seminar nasional bertajuk "Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kurikulum Merdeka Belajar".
Seminar nasional tersebut menghadirkan tiga narasumber yang ahli di bidangnya, yakni Prof. Dr. Sapriya, M.Ed. selaku Dosen PKn Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sekaligus Ketua AP3KNI Pusat, kedua Eko Priyanto, Ph.D. selaku Dosen PPKn UMP, dan Waryanto, M.Pd. selaku Guru PKn SMPN 2 Purwokerto sekaligus Ketua MGMP PKn SMP Kabupaten Banyumas, serta Rini Puji Susanti, M.Pd. selaku Dosen PPKn UMP yang bertindak sebagai moderator.
*) Tegar Roli A., M.Sos merupakan Dosen LB PPKn FKIP UMP
Baca juga: UMP-Bank Jateng Syariah gelar Festival Balon Udara di Banyumas
Baca juga: Muhammadiyah: Bangsa Indonesia harus kerja keras tingkatkan pendidikan