Bupati Kudus minta perbaikan talud yang tewaskan pekerja dihentikan
Kudus (ANTARA) - Bupati Kudus Hartopo meminta proyek perbaikan talud penyangga Jalan Desa Dukuh Waringin-Ketanggi, Kecamatan Dawe, yang menewaskan tiga pekerja karena tertimpa material longsor untuk dihentikan sementara sambil menunggu hasil kajian tim teknis dari pemkab.
"Sebaiknya menunggu hasil evaluasi soal spesifikasi dan kualitas bangunan taludnya. Jangan sampai terjadi pengurangan kualitas," ujarnya menanggapi peristiwa tiga pekerja tewas akibat tertimpa material tanah longsor di Desa Dukuh Waringin di Kudus, Senin.
Ia mengakui sudah pernah meninjau langsung kawasan rawan bencana tanah longsor, seperti di Kecamatan Gebog dan Dawe.
Bahkan, imbuh dia, pemkab sudah memperingatkan warga untuk daerah rawan bencana tanah longsor agar tidak didirikan bangunan tempat tinggal.
"Pemkab Kudus juga pernah mengimbau warga desa setempat untuk pindah, namun mereka tetap tidak bersedia. Mudah-mudahan adanya pemahaman atas kejadian tersebut warga mulai menyadari," ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kudus Arief Budi Siswanto mengakui pelaksanaan pembangunan di Desa Dukuh Waringin merupakan kewenangan pemerintah desa setempat.
Peristiwa tersebut, diharapkan menjadi bahan evaluasi untuk pemerintah desa lainnya agar dalam melaksanakan pembangunan memastikan ada pendampingan dari tim ahli bangunan.
Proyek bangunan di desa setempat, imbuh dia, menggunakan anggaran dana desa, sedangkan pendampingan biasanya dari tim pendamping desa.
Terkait ada tidaknya permintaan pendampingan teknis, kata dia, tidak ada karena secara petunjuk teknis juga tidak ada. Namun, pihaknya percaya sepenuhnya kepada tim teknis desa yang dibentuk karena biasanya ada tim teknis infrastruktur.
Perbaikan bangunan talud yang longsor di Desa Dukuh Waringin pada Minggu (28/5) pukul 13.30 WIB mengakibatkan tiga pekerja bangunan meninggal akibat tertimbun material tanah longsor. Peristiwa tersebut terjadi ketika para pekerja tengah membuat lubang untuk pondasi talud sebagai penyangga jalan agar tidak tergerus saat musim penghujan.
Baca juga: TMMD di Wonosobo manfaatkan ban bekas buat talud irigasi
"Sebaiknya menunggu hasil evaluasi soal spesifikasi dan kualitas bangunan taludnya. Jangan sampai terjadi pengurangan kualitas," ujarnya menanggapi peristiwa tiga pekerja tewas akibat tertimpa material tanah longsor di Desa Dukuh Waringin di Kudus, Senin.
Ia mengakui sudah pernah meninjau langsung kawasan rawan bencana tanah longsor, seperti di Kecamatan Gebog dan Dawe.
Bahkan, imbuh dia, pemkab sudah memperingatkan warga untuk daerah rawan bencana tanah longsor agar tidak didirikan bangunan tempat tinggal.
"Pemkab Kudus juga pernah mengimbau warga desa setempat untuk pindah, namun mereka tetap tidak bersedia. Mudah-mudahan adanya pemahaman atas kejadian tersebut warga mulai menyadari," ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kudus Arief Budi Siswanto mengakui pelaksanaan pembangunan di Desa Dukuh Waringin merupakan kewenangan pemerintah desa setempat.
Peristiwa tersebut, diharapkan menjadi bahan evaluasi untuk pemerintah desa lainnya agar dalam melaksanakan pembangunan memastikan ada pendampingan dari tim ahli bangunan.
Proyek bangunan di desa setempat, imbuh dia, menggunakan anggaran dana desa, sedangkan pendampingan biasanya dari tim pendamping desa.
Terkait ada tidaknya permintaan pendampingan teknis, kata dia, tidak ada karena secara petunjuk teknis juga tidak ada. Namun, pihaknya percaya sepenuhnya kepada tim teknis desa yang dibentuk karena biasanya ada tim teknis infrastruktur.
Perbaikan bangunan talud yang longsor di Desa Dukuh Waringin pada Minggu (28/5) pukul 13.30 WIB mengakibatkan tiga pekerja bangunan meninggal akibat tertimbun material tanah longsor. Peristiwa tersebut terjadi ketika para pekerja tengah membuat lubang untuk pondasi talud sebagai penyangga jalan agar tidak tergerus saat musim penghujan.
Baca juga: TMMD di Wonosobo manfaatkan ban bekas buat talud irigasi