Siswa Puhua Purwokerto manfaatkan 2.000 botol bekas jadi dekorasi pertunjukan seni
Purwokerto (ANTARA) - atau Puhua School Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, memanfaatkan lebih dari 2.000 botol plastik bekas untuk dijadikan dekorasi pertunjukan seni, musik, dan drama.
"Botol plastik bekas tersebut digunakan untuk kegiatan festival bertajuk 'Puhua Festival 2023 Constellation of Dreams: Our Dreams Our Future'," kata salah seorang guru pendamping Teguh Sugeng Apriawan di Purwokerto, Jumat.
Menurut dia, botol-botol bekas tersebut dibelah menjadi dua dan ujungnya dibakar agar mekar serta dibuat kuntum pohon masing-masing membutuhkan tiga buah botol bekas.
Sementara tutup botolnya, kata dia, dijadikan sebagai kelopak bunga satu dimensi dengan teknik tempel masing-masing sebanyak tujuh tutup botol.
"Seluruh susunan tersebut dipakai untuk membangun pohon dan hiasan di sepanjang koridor sekolah agar para tamu menyusuri lorong yang sudah disulap menjadi galeri berbahan barang dan botol bekas," katanya.
Selain botol bekas, kata dia, siswa juga diajak memanfaatkan barang-barang bekas di gudang sekolah seperti papan tulis rusak, triplek dan kayu bekas, kardus bekas, sisa plastik laundry, tongkat kayu pramuka yang patah, hingga potongan pipa bekas.
Ia mengatakan barang-barang bekas tersebut dipilah, dibersihkan, kemudian dirancang ulang menjadi properti pementasan drama hingga dekorasi seluruh acara festival.
Guru pendamping lainnya, Indhira Ayu Pertiwi mengatakan seluruh siswa dan guru bahu-membahu membangun latar belakang (backdrop) dari papan sisa yang ditata ulang kemudian ditutupi kain perca yang dijahit-sambung untuk merangkai aneka hiasan dekor di galeri tersebut.
"Kemudian papan tulis yang sudah rusak digosok sampai bersih dan ditutupi banner untuk disulap menjadi 'Manifestation Dream Board' di mana seluruh pengunjung yang hadir diajak menuliskan mimpi mereka di papan ini dan menjadi doa bersama untuk diwujudkan dengan semangat 'Our Dreams Our Future' sesuai tema acara ini," katanya.
Penanggung jawab kegiatan Arinta Dewi mengatakan pemanfaatan botol dan barang bekas untuk dekorasi itu terinspirasi dari konser Coldplay di seluruh dunia.
Jika konser Coldplay di seluruh dunia selalu menyerukan pengurangan gas karbon untuk seluruh pengunjung konsernya, kata dia, dalam Puhua Festival 2023 seluruh warga sekolah menginspirasikan penggunaan limbah sekolah untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa.
"Hal itu agar siswa memiliki kepedulian pada lingkungan di mana menjadi tempat kita hidup dan membangun mimpi," kata guru Matematika itu.
Menurut dia, ide tersebut muncul karena siswa memiliki kesadaran untuk menyerukan pengelolaan limbah yang setiap hari begitu menggunung setiap hari.
Dalam hal ini, kata dia, ide mengumpulkan sampah sekolah berbasis plastik diawali dari pengumpulan botol-botol kemasan bekas yang dilakukan serempak oleh guru, siswa, dan karyawan sekolah.
"Puhua Festival 2023 merupakan sebuah pertunjukan seni meliputi budaya, musik, dan drama disulap dalam satu misi berbasis gerakan bersama di sekolah untuk meminimalisasi sampah dan barang bekas yang tak terpakai," katanya.
Melalui festival yang sarat ide ini, kata dia, seluruh siswa Puhua juga ditantang mampu mencari dana kegiatan melalui berbagai pola kreativitas di antaranya membuat makanan layak jual, menjadi kurir pesan dan hadiah, hingga mengikuti berbagai bazar dan gigih mencari dukungan (sponsorship) bagi suksesnya kegiatan tersebut.
"Botol plastik bekas tersebut digunakan untuk kegiatan festival bertajuk 'Puhua Festival 2023 Constellation of Dreams: Our Dreams Our Future'," kata salah seorang guru pendamping Teguh Sugeng Apriawan di Purwokerto, Jumat.
Menurut dia, botol-botol bekas tersebut dibelah menjadi dua dan ujungnya dibakar agar mekar serta dibuat kuntum pohon masing-masing membutuhkan tiga buah botol bekas.
Sementara tutup botolnya, kata dia, dijadikan sebagai kelopak bunga satu dimensi dengan teknik tempel masing-masing sebanyak tujuh tutup botol.
"Seluruh susunan tersebut dipakai untuk membangun pohon dan hiasan di sepanjang koridor sekolah agar para tamu menyusuri lorong yang sudah disulap menjadi galeri berbahan barang dan botol bekas," katanya.
Selain botol bekas, kata dia, siswa juga diajak memanfaatkan barang-barang bekas di gudang sekolah seperti papan tulis rusak, triplek dan kayu bekas, kardus bekas, sisa plastik laundry, tongkat kayu pramuka yang patah, hingga potongan pipa bekas.
Ia mengatakan barang-barang bekas tersebut dipilah, dibersihkan, kemudian dirancang ulang menjadi properti pementasan drama hingga dekorasi seluruh acara festival.
Guru pendamping lainnya, Indhira Ayu Pertiwi mengatakan seluruh siswa dan guru bahu-membahu membangun latar belakang (backdrop) dari papan sisa yang ditata ulang kemudian ditutupi kain perca yang dijahit-sambung untuk merangkai aneka hiasan dekor di galeri tersebut.
"Kemudian papan tulis yang sudah rusak digosok sampai bersih dan ditutupi banner untuk disulap menjadi 'Manifestation Dream Board' di mana seluruh pengunjung yang hadir diajak menuliskan mimpi mereka di papan ini dan menjadi doa bersama untuk diwujudkan dengan semangat 'Our Dreams Our Future' sesuai tema acara ini," katanya.
Penanggung jawab kegiatan Arinta Dewi mengatakan pemanfaatan botol dan barang bekas untuk dekorasi itu terinspirasi dari konser Coldplay di seluruh dunia.
Jika konser Coldplay di seluruh dunia selalu menyerukan pengurangan gas karbon untuk seluruh pengunjung konsernya, kata dia, dalam Puhua Festival 2023 seluruh warga sekolah menginspirasikan penggunaan limbah sekolah untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa.
"Hal itu agar siswa memiliki kepedulian pada lingkungan di mana menjadi tempat kita hidup dan membangun mimpi," kata guru Matematika itu.
Menurut dia, ide tersebut muncul karena siswa memiliki kesadaran untuk menyerukan pengelolaan limbah yang setiap hari begitu menggunung setiap hari.
Dalam hal ini, kata dia, ide mengumpulkan sampah sekolah berbasis plastik diawali dari pengumpulan botol-botol kemasan bekas yang dilakukan serempak oleh guru, siswa, dan karyawan sekolah.
"Puhua Festival 2023 merupakan sebuah pertunjukan seni meliputi budaya, musik, dan drama disulap dalam satu misi berbasis gerakan bersama di sekolah untuk meminimalisasi sampah dan barang bekas yang tak terpakai," katanya.
Melalui festival yang sarat ide ini, kata dia, seluruh siswa Puhua juga ditantang mampu mencari dana kegiatan melalui berbagai pola kreativitas di antaranya membuat makanan layak jual, menjadi kurir pesan dan hadiah, hingga mengikuti berbagai bazar dan gigih mencari dukungan (sponsorship) bagi suksesnya kegiatan tersebut.