Sekar, gajah betina berusia 67 tahun di Semarang Zoo mati karena sakit
Semarang (ANTARA) - Seekor gajah sumatra betina koleksi "Semarang Zoo" di Kota Semarang Jawa Tengah dilaporkan mati setelah sempat sakit yang membuatnya tidak bernafsu makan dan berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Darmanto di Semarang, Senin, menjelaskan gajah bernama Sekar tersebut diketahui mati pada Jumat (17/2) lalu di usia 67 tahun.
Pada 26 Januari lalu, kata dia, pengelola Semarang Zoo melaporkan bahwa Sekar mengalami sakit gigi yang membuatnya tidak nafsu makan, kemudian dipisahkan dari gajah jantan bernama Guntur.
Menurut dia, kondisi Sekar sempat membaik pada 10 Februari lalu, tetapi kembali menurun sehingga dilakukan tindakan medis berupa pemberian obat.
Sayangnya, kondisinya tak kunjung membaik. Bahkan, Sekar sudah tidak mau makan dan minum hingga akhirnya meninggal dunia.
"Kami usul agar dilakukan penanganan ditambah tiga dokter Semarang Zoo. Satu dokter dari Yogyakarta. Sudah ditangani dengan baik dan diupayakan semuanya supaya gajah ini sehat kembali," katanya.
Darmanto mengatakan gajah yang tidak mau makan bisa mengganggu metabolisme, apalagi usia gajah tersebut sudah cukup tua. Di alam liar, gajah sumatra rata-rata hidup sampai usia 70 tahun.
"Umur gajah 67 tahun. 37 tahun yang lalu, Sekar sudah menempati Lembaga Konservasi Semarang Zoo ini. Kami sedih dengan kematian ini," kata Darmanto.
Untuk meneliti penyebab kematian secara detail, BKSDA Jateng telah mengirimkan sampel Sekar ke Laboratorium Balai Besar Veteriner, Wates, Yogyakarta, berupa jantung, paru-paru, hati, usus, limpa, ginjal, dan darah.
Darmanto menegaskan rutin melakukan pembinaan di sembilan lembaga konservasi yang ada di Jawa Tengah sehingga dipastikan tidak ada gajah yang dieksploitasi atau dinaiki pengunjung.
Sementara itu, Direktur Semarang Zoo Choirul Awaludin menyebutkan saat ini tinggal satu gajah yang menjadi koleksi lembaga konservasi itu sepeninggal Sekar.
"Kami punya dua gajah, Guntur dan Sekar. Perbedaan usia mereka memang cukup jauh. Guntur 48 tahun, sementara Sekar 67 tahun. Sekar ini sudah jadi koleksi sejak bonbin (kebon binatang) masih di Tinjomoyo," katanya.
Awaludin memastikan tidak ada eksploitasi satwa di lembaga konservasi tersebut, misalnya menjadikan gajah sebagai hewan tunggangan pengunjung. Ada pertunjukan satwa tetapi dilakukan dengan "reward" pakan.
"Untuk pengadaan satwa lagi sudah ada rencana memang. Tapi kan biayanya besar. Kami akan coba berkomunikasi dengan lembaga konservasi lainnya," katanya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Darmanto di Semarang, Senin, menjelaskan gajah bernama Sekar tersebut diketahui mati pada Jumat (17/2) lalu di usia 67 tahun.
Pada 26 Januari lalu, kata dia, pengelola Semarang Zoo melaporkan bahwa Sekar mengalami sakit gigi yang membuatnya tidak nafsu makan, kemudian dipisahkan dari gajah jantan bernama Guntur.
Menurut dia, kondisi Sekar sempat membaik pada 10 Februari lalu, tetapi kembali menurun sehingga dilakukan tindakan medis berupa pemberian obat.
Sayangnya, kondisinya tak kunjung membaik. Bahkan, Sekar sudah tidak mau makan dan minum hingga akhirnya meninggal dunia.
"Kami usul agar dilakukan penanganan ditambah tiga dokter Semarang Zoo. Satu dokter dari Yogyakarta. Sudah ditangani dengan baik dan diupayakan semuanya supaya gajah ini sehat kembali," katanya.
Darmanto mengatakan gajah yang tidak mau makan bisa mengganggu metabolisme, apalagi usia gajah tersebut sudah cukup tua. Di alam liar, gajah sumatra rata-rata hidup sampai usia 70 tahun.
"Umur gajah 67 tahun. 37 tahun yang lalu, Sekar sudah menempati Lembaga Konservasi Semarang Zoo ini. Kami sedih dengan kematian ini," kata Darmanto.
Untuk meneliti penyebab kematian secara detail, BKSDA Jateng telah mengirimkan sampel Sekar ke Laboratorium Balai Besar Veteriner, Wates, Yogyakarta, berupa jantung, paru-paru, hati, usus, limpa, ginjal, dan darah.
Darmanto menegaskan rutin melakukan pembinaan di sembilan lembaga konservasi yang ada di Jawa Tengah sehingga dipastikan tidak ada gajah yang dieksploitasi atau dinaiki pengunjung.
Sementara itu, Direktur Semarang Zoo Choirul Awaludin menyebutkan saat ini tinggal satu gajah yang menjadi koleksi lembaga konservasi itu sepeninggal Sekar.
"Kami punya dua gajah, Guntur dan Sekar. Perbedaan usia mereka memang cukup jauh. Guntur 48 tahun, sementara Sekar 67 tahun. Sekar ini sudah jadi koleksi sejak bonbin (kebon binatang) masih di Tinjomoyo," katanya.
Awaludin memastikan tidak ada eksploitasi satwa di lembaga konservasi tersebut, misalnya menjadikan gajah sebagai hewan tunggangan pengunjung. Ada pertunjukan satwa tetapi dilakukan dengan "reward" pakan.
"Untuk pengadaan satwa lagi sudah ada rencana memang. Tapi kan biayanya besar. Kami akan coba berkomunikasi dengan lembaga konservasi lainnya," katanya.