Magelang (ANTARA) - Tradisi bersih desa "Tumpeng Jangka" oleh warga kawasan Gunung Andong di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu, membangkitkan semangat mereka untuk terus menjalani kehidupan sebagai petani.
"Dengan adanya (tradisi, red.) 'Tumpeng Jangka' ini, harapannya tahun depan panenan sayuran lebih baik, harganya lebih baik dan masyarakat menjadi lebih meriah melakukan 'merti dusun' (bersih desa)," kata Sekretaris Desa Girirejo yang juga warga setempat, Santosa, dalam kegiatan tradisi itu di Magelang, Rabu.
Tradisi mereka diselenggarakan setiap Rabu Pahing dalam Bulan Sapar. Akan tetapi pada Sapar tahun ini tidak ada Hari Rabu Pahing sehingga mereka menyelenggarakan tradisi budaya dusun itu bertepatan dengan Rabu Pahing pada Bulan Mulud.
Warga setempat menjalani tradisi itu ditandai dengan prosesi kirab gunungan panenan sayuran dari salah satu ujung jalan masuk dusun setempat hingga halaman rumah Kepala Dusun Mantran Wetan Handoko sejauh sekitar 300 meter.
Setiap warga membawa tumpeng dan ingkung dari rumah masing-masing dalam prosesi itu untuk didoakan bersama dipimpin pemuka umat Islam setempat, Kiai Muhammad Dhohir.
Di sepanjang tepi jalan prosesi, warga setempat memasang properti seni berupa puluhan ancak untuk tempat tumpeng ukuran kecil disangga tiga bilah bambu. Warga setempat juga melakukan gotong royong membersihkan makam dusun, mementaskan kesenian tradisional Jaran Kepang Papat, dan menggelar wayang kulit semalam suntuk.
Kadus Mantran Wetan Handoko mengatakan selama pandemi COVID-19 warga tetap menjalani tradisi "Tumpeng Jangka" namun secara sederhana, yakni tanpa pementasan kesenian sebagai hiburan, sedangkan tahun ini agenda dusun itu dimeriahkan dengan pergelaran kesenian.
Bahkan, katanya, dusun setempat menjadi tuan rumah Festival Lima Gunung XXI/2022 selama 30 September-2 Oktober 2022. Festival tahunan itu diprakarsai secara mandiri oleh para seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang (Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh). Festival Lima Gunung XXI/2022 dengan tema "Wahyu Rumagang".
"Sekarang pemerintah sudah memberi kelonggaran (aktivitas warga setelah pandemi COVID-19 melandai, red.) sehingga 'merti dusun' bisa dilaksanakan dengan meriah, dengan pentas-pentas kesenian," ujar dia.
Melalui pelaksanaan tradisi tersebut, ujarnya, warga mengungkapkan syukur kepada Tuhan karena telah memberikan rahmat melimpah untuk kehidupan mereka. Dalam kesempatan itu, mereka juga berdoa untuk kebahagiaan para leluhur dusun dan kelestarian alam setempat. Kawasan itu sebagai areal pertanian subur untuk pertanian hortikultura.
"Biarpun harga sayuran sedang 'mletre' (turun, red.) tetapi masyarakat tetap semangat melaksanakan 'merti dusun' dengan pentas wayang kulit dan dilanjut Festival Lima Gunung," katanya.
Ia juga menyebut pentingnya tema Festival Lima Gunung tahun ini, "Wahyu Rumagang", bagi warga setempat karena 'wahyu' diartikan sebagai keberuntungan dan kebahagiaan, sedangkan 'rumagang' sebagai bangkit untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
"Sehingga semoga para petani bangkit dengan kebahagiaan," kata dia.