Kudus (ANTARA) - Semua desa rawan bencana banjir di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diinstruksikan untuk mengaktifkan kembali posko siaga bencana sebagai antisipasi ketika terjadi bencana alam agar dampaknya segera ditangani.
"Semua desa di Kecamatan Mejobo sudah kami instruksikan karena hampir semua desa merupakan daerah rawan bencana banjir. Hanya ada satu dari 10 desa di Kecamatan Mejobo yang tidak rawan banjir, yakni Desa Jepang," kata Camat Mejobo Aan Fitriyanto di Kudus, Kamis.
Meskipun demikian, kata dia, semuanya diminta melakukan langkah antisipasi dengan mengaktifkan kembali posko siaga bencana sehingga memudahkan langkah koordinasi di masing-masing desa.
Tentunya, imbuh Aan, bencana alam yang diantisipasi bukan hanya banjir, melainkan ada bencana alam lain, seperti puting beliung.
Berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG masih ada potensi curah hujan tinggi dan potensi angin kencang, sehingga patut diwaspadai.
Jika ada masyarakat yang mengetahui adanya kerawanan bencana alam, segera lapor ke perangkat desa atau posko siaga bencana untuk dilakukan langkah antisipasi. Misal, mengetahui ada tanggul sungai yang bocor bisa langsung ditindaklanjuti agar tidak sampai jebol.
Baca juga: Empat desa di Kudus dilanda banjir
Sebelumnya, semua desa juga sudah diinstruksikan untuk membersihkan aliran sungai maupun saluran air di perkampungan dari tumpukan sampah agar saat curah hujan tinggi tidak ada penyumbatan yang bisa mengakibatkan terjadinya limpasan air ke perkampungan warga.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus Budi Waluyo menambahkan desa rawan banjir tidak hanya di Kecamatan Mejobo, melainkan tersebar di Kecamatan Kaliwungu, Undaan, Jekulo, dan Jati.
Di Kecamatan Kaliwungu, meliputi Setrokalangan, Kedungdowo, Banget, dan Mijen, di Kecamatan Undaan tersebar di Karangrowo, Ngemplak, Wates, di Kecamatan Jati tersebar di Desa Tanjungkarang, Jetis, Jati Wetan, dan Jati Kulon, serta di Kecamatan Jekulo tersebar di Desa Bulung Cangkring dan Bulung Kulon.
Langkah pembersihan aliran sungai dari sampah memang didukung karena dampaknya besar untuk meminimalkan terjadinya banjir.
"Banjir di Klaling (Kecamatan Jekulo) Rabu (17/11) malam, salah satu penyebabnya karena adanya sampah yang menyumbat di bawah jembatan sehingga air melimpas ke perkampungan. Untuk saat ini airnya sudah surut," ujarnya.
Ia juga mengajak semua desa untuk melakukan langkah antisipasi agar dampak bencana alam bisa diminimalkan.
Baca juga: 50 warga Cilacap mengungsi akibat banjir
Baca juga: Antisipasi dampak banjir cuaca ekstrem, Ganjar cek rumah pompa di Semarang