Solo (ANTARA) - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) memberikan bantuan stimulan program Tenaga Kerja Mandiri (TKM) ke puluhan pedagang kaki lima (PKL) senilai Rp3,4 juta per orang, di kawasan Manahan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Ahad.
Acara penyerahan bantuan kepada TKM diberikan kepada perwakilan dari empat kelompok PKL, dengan protokol kesehatan ketat, secara simbolis oleh Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Binapenta dan PKK) Kemenaker, Suhartono, di kawasan Selter PKL Manahan, Banjarsari, Solo.
Dirjen Binapenta dan PKK Kemenaker Suhartono dalam kesempatan itu mengatakan bantuan tersebut diberikan sebagai bentuk kehadiran pemerintah untuk membantu perekonomian masyarakat di tengah kondisi pandemi COVID-19.
"Pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat khusus PKL ini, karena mereka sangat membutuhkan," kata Suhartono.
Meskipun, bantuan modal usaha yang diberikan tidak seberapa, tetapi bagi pedagang kecil di masa pendemi menjadi sangat berarti karena, omzet turun drastis, bahkan penurunannya mencapai 75 persen dari kondisi normal.
"Ibu Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah sangat peduli kepada masyarakat bawah. Bantuan ini, tujuannya agar mereka bisa berkembang dan ekonomi di bawah bisa tetap berjalan dengan baik," ujarnya.
Menurut dia, bantuan program TKM selain di Kota Solo, juga diberikan kepada kelompok PKL di Jakarta Barat dan Mojokerto Jawa Timur.
Sedangkan, untuk Masyarakat di Solo sendiri, bantuan tersebut diberikan kepada empat kelompok PKL dengan masing-masing kelompok terdiri dari 16 pelaku usaha.
"Satu orang (pelaku usaha) akan mendapatkan bantuan sebesar Rp3,4 juta," katanya.
Dengan stimulan yang diberikan pemerintah tersebut, diharapkan dapat dilakukan oleh swasta atau perusahaan yang eksis di wilayah masing-masing untuk membantu masyarakat.
Budi Susanto (64) selaku Ketua PKL Paguyuban Bangkit Berkarya Manahan Solo bersyukur mendapatkan bantuan dari Kemenaker. Bantuan uang tunai Rp3,4 juta ini diperuntukkan untuk membeli peralatan usaha karena banyak yang sudah rusak.
"Omzet usahanya anjlok hingga sekitar 75 persen. Kami tidak bisa berbuat banyak. Setidaknya dengan bantuan ini bisa menyambung hidup," kata Budi.