Solo (ANTARA) - Perusahaan "marketplace" atau pasar berbasis elektronik JD.ID berupaya mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari penyandang disabilitas.
"Saat ini UMKM merupakan salah satu program yang seksi, banyak perusahaan yang fokus di situ termasuk kami. Namun kami utamakan ke UMKM disabilitas," kata Senior Media Relations Manager JD.ID Adhi Pratama di sela pelatihan di Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra (RPSDSN) Bhakti Candrasa Surakarta, Jumat.
Menurut dia, kendala pelaku UMKM disabilitas adalah keterbatasan mereka yang membuat kesulitan mendapatkan akses. Selain itu, mayoritas pelaku UMKM disabilitas kurang percaya diri dalam memasarkan produknya.
Baca juga: Legislator mendorong pemerintah tingkatkan kemudahan akses perbankan UMKM
"Maka edukasi yang perlu dilakukan tidak hanya pada cara pemasaran produk secara teknis tetapi juga mengangkat mental dan psikis mereka. Sebetulnya kemauannya ada tinggal rasa percaya diri mereka yang perlu diangkat," katanya.
Bahkan, dikatakannya, sejak awal pandemi COVID-19 perusahaan tersebut fokus membantu UMKM yang dijalankan oleh penyandang disabilitas yang terdampak oleh pandemi tersebut.
"Kami bantu jualan, memberikan edukasi, termasuk pada bulan Maret 2021 kami bekerja sama dengan komunitas disabilitas untuk pengembangan UKM disabilitas," katanya.
Sementara itu, Chief Financial Officer JD.ID Sandy Permadi mengatakan platform e-commerce tersebut memiliki kewajiban untuk bersinergi dengan pemerintah dalam merangsang pertumbuhan ekonomi nasional. Ia mengatakan salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memotivasi, mempersiapkan atau melatih, dan membantu para pelaku UMKM sebagai salah satu aktor penggerak ekonomi.
"Khususnya UMKM milik komunitas penyandang disabilitas yang selama ini belum mendapatkan porsi atensi dan kesempatan yang cukup dalam usaha pertumbuhan ekonomi bangsa," katanya.
Menurut dia, di tengah situasi pandemi ini salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha UMKM adalah proses alih masyarakat menuju era digital atau digitalisasi.
"Saat ini kegiatan jual beli tidak terbatas pada aktivitas tatap muka antara pedagang dan pembeli, semua bisa dilakukan secara digital. Cukup dengan memiliki keterampilan dalam pemanfaatan perangkat komputer atau telepon genggam yang dilengkapi dengan fasilitas internet, pedagang sudah bisa memasarkan produknya," katanya.
Meski demikian, diakuinya, realitanya keterampilan digital ini tidak dimiliki oleh sebagian besar pedagang, terutama para pengusaha UMKM.
"Meski kondisi pasar sudah makin matang akan digitalisasi, transaksi secara digital ini tidak dapat bertumbuh secara optimal karena terkendala masalah sumber daya manusia dengan literasi digital yang masih rendah. Inilah yang mendorong kami untuk mengadakan kegiatan ini," katanya.
Baca juga: UMKM binaan Dinas Koperasi Kota Surakarta bangkit kembali
Baca juga: Pemkab Batang dorong pelaku UMKM manfaatkan teknologi digital