Semarang (ANTARA) - Pandemi COVID-19 menjadikan banyak destinasi wisata termasuk di Kota Semarang mengalami penurunan jumlah pengunjung dan hal tersebut menjadi perhatian khusus dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Kemenparekraf bersama dengan The Indonesian Convention & Exhibition Bureau (INACEB) serta melibatkan masukan yang signifikan dari stakeholders MICE telah menyusun rancangan panduan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan atau Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) untuk diterapkan pada era adaptasi kebiasaan baru.
Panduan tersebut menjadi panduan operasional dari Keputusan Menteri Kesehatan tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 yang diturunkan pada pelaksanaan kegiatan MICE di Indonesia.
Baca juga: 51 objek wisata Kabupaten Magelang dibuka
Ketentuan yang termuat dalam panduan tersebut juga mengacu pada protokol dan panduan yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia, World Health Organization (WHO), Travel & Tourism Council (WTTC) serta Asosiasi MICE nasional dan internasional seperti ICCA, UFI, AIPC, serta ASPERAPI.
Setelah melaksanakan rangkaian proses evaluasi dan penyesuaian, Kemenparekraf masif melakukan sosialisasi kepada seluruh stakeholder MICE di sejumlah destinasi MICE dengan tujuan untuk menyamakan pemahaman mengenai isi panduan kepada stakeholders MICE, sehingga panduan dapat dijalankan dan sesuai pada saat pelaksanaan kegiatan MICE.
Tidak sekadar sosialisasi yang dilaksanakan pada Kamis (8/10) kepada para pelaku pariwisata dan stakeholder terkait, Kemenparekraf juga melakukan simulasi serta perjalanan ke sejumlah destinasi wisata yang ada di Ibukota Jawa Tengah pada Jumat (9/10).
Sejumlah destinasi wisata tersebut yakni ke Pagoda Avalokitesvara Budhagaya Watugong, Sam Poo Kong, Masjid Agung Jawa Tengah, Kota Lama Semarang, Lawang Sewu, dan kawasan Simpanglima.
Seluruh peserta diberikan "briefing" dan panduan mengenai destinasi wisata yang dituju begitu sampai dan selama di lokasi termasuk mengenai pentingnya menerapkan panduan CHSE.
Penerapan Panduan CHSE
Seluruh destinasi wisata yang dituju telah menerapkan panduan CHSE, mulai penyediaan tempat cuci tangan dengan sabun, disediakannya handsanitizer, pengukuran suhu tubuh, hingga pengawasan di lokasi agar tetap menjaga jarak.
Saat berkunjung di Sam Poo Kong misalnya, peserta disuguhkan destinasi wisata yang menghadirkan kenyamanan dan keamanan karena lokasi wisata yang terbuka, tempat duduk yang berada di area makanan juga telah diatur/diberi jarak aman.
"Tidak hanya tempat duduk yang diberi tanda agar bisa jaga jarak, tetapi ada juga tempat untuk cuci tangan dengan sabun," kata Laila, salah satu pedagang saat menjawab pertanyaan dari pengunjung yang tanya soal perbedaan sebelum dan setelah pandemi COVID-19.
Laila mengaku selalu "stand by" membuka stan minuman, meskipun jumlah pengunjung mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19, terutama saat weekday.
Dalam kesempatan tersebut, sebagian peserta menyewa kostum kesatria dan kostum permaisuri, masing-masing kostum Rp90ribu untuk kemudian foto bersama dengan peserta yang lainnya dan bisa membawa pulang dua foto yang telah tercetak dengan ukuran 4R.
Perjalanan berlanjut ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) sekaligus bagi peserta yang beragama Islam melakukan Salat Jumat dengan tetap menerapkan panduan CHSE, kemudian dilanjutkan ke kawasan Kota Lama Semarang dan Lawang Sewu Semarang.
Di Kota Lama Semarang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Little Netherland karena kawasan tersebut dikelilingi kanal-kanal sehingga mirip kota di Belanda, peserta disuguhi deretan bangunan tua berlanggam Eropa.
Di titik kumpul Taman Sri Gunting yang berada di depan Gereja Blenduk, peserta kembali diberikan "briefing" mengenai panduan CHSE sekaligus mengenalkan secara keseluruhan Kawasan Kota Lama.
Penerapan panduan CHSE juga diterapkan di Lawang Sewu Semarang mulai dari pintu masuk dengan pemeriksaan suhu tubuh, cuci tangan menggunakan sabun, dan penerapan jaga jarak saat masuk ke area Lawang Sewu.
Perubahan Lawang Sewu saat pandemi dibandingkan dengan sebelum pandemi diakui Benny, salah satu peserta yang mengaku telah berulang kali ke Lawang Sewu.
"Saya sebelum pandemi sering ke sini dan memang ada yang beda jika dibandingkan saat ini terutama untuk tempat cuci tangan ada di banyak tempat," kata Benny.
Peserta yang lain bahkan mengaku sempat bertanya ke bagian security yang menyebutkan setidaknya ada 16 tempat cuci tangan di kawasan Lawang Sewu Semarang.
Untuk memastikan peserta tetap pada panduan protokol kesehatan, petugas Lawang Sewu pun tidak segan-segan mengingatkan melalui pengeras suara agar selalu mengenakan masker dan menjaga jarak aman.
"Penerapan panduan protokol kesehatan menjadikan kami para pengunjung merasa aman dan juga nyaman," kata Widiarto, peserta yang ikut dalam rangkaian perjalanan ke destinasi di Kota Semarang.
Baca juga: Kawasan Baturraden dicanangkan sebagai Wisata Siaga Candi
Baca juga: Bukit Sibedug objek wisata baru di kawasan Wadaslintang Wonosobo