Dosen Undip ciptakan alat sterilisasi udara pemusnah virus corona
Jakarta (ANTARA) - Dosen epidemiologi di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang membuat alat sterilisasi udara berbasis sinar ultraviolet yang bisa membunuh virus corona penyebab COVID-19.
Alat sterilisasi udara buatan dosen program pascasarjana Undip Budi Laksono tersebut mulai dibuat pada Maret 2020 dan dinamai Air Sterilizator BC19.
"Virus ini tidak perlu kita filtrasi, tapi kita matikan dengan sinar (ultraviolet)," kata Budi pada Selasa dalam acara diskusi virtual yang diikuti dari Jakarta.
Ia menambahkan ultraviolet (UV) merupakan material efektif untuk membunuh virus dan telah digunakan dalam sterilisasi air di seluruh dunia.
Budi menjelaskan alat sterilisasi udara berbasis sinar ultraviolet dibuat menggunakan lampu, kipas angin, filter, kayu, dan paku. Dalam hal ini, tabung ultraviolet dimasukkan ke dalam kotak kayu bersama kipas angin dan filter.
Kipas angin akan mengisap udara dari luar ke dalam kotak. Udara yang masuk akan melewati sinar ultraviolet yang ada di dalam kotak dan keluar dari kotak dalam keadaan sudah bersih dari virus.
"Lewatnya udara ke dalam boks ultraviolet itu otomatis udara akan mengalami sterilisasi sehingga udara yang keluar dari boks itu, virus-virusnya sudah pada mati," kata Budi.
Dengan alat sterilisasi berkapasitas 5 liter per menit, ia menjelaskan, ruangan seluas 54 meter persegi dapat disterilkan dalam waktu sekitar 10 menit.
Menurut dia, alat sterilisasi itu aman digunakan sepanjang hari bahkan ketika ada orang di dalam ruangan.
"Kalau ada orang di dalam ruangan itu alat ini bisa menyala terus karena ini dia ultraviolet tapi dia dalam satu boks jadi tidak keluar itu cahaya," katanya.
"Justru selama orang itu ada di kantor alat ini harus menyala karena ketika salah satu di kantor itu ada orang yang OTG (orang tanpa gejala) otomatis udara langsung disterilkan," ia menambahkan.
Budi menjelaskan alat sterilisasi dengan kapasitas 10 liter per menit memiliki ukuran panjang 120 cm, lebar 35 cm, dan tinggi 35 cm serta membutuhkan daya kurang lebih 90 watt.
"Jadi hemat tetapi manfaat," katanya.
Mengenai biaya pembuatan, Budi menjelaskan, alat sterilisasi udara berbasis sinar ultraviolet tipe 0,5 meter kubik per menit biaya produksinya Rp600 ribu sampai Rp700 ribu.
Jika dibandingkan dengan alat sterilisasi udara HEPA filter yang juga berfungsi sebagai penyaring debu, menurut Budi, alat sterilisasi udara berbasis UV harganya jauh lebih rendah dan perawatannya juga lebih mudah.
"Maintenance (perawatan) lebih ringan karena ini tidak ada kejenuhan filter, kalau filter HEPA setiap debu-debu nempel maka setiap saat dibersihkan dan pada titik tertentu ada kejenuhan," katanya.
Budi mengatakan alat sterilisasi berbasis UV buatannya bisa dibeli melalui Yayasan Wahana Bakti yang dia bentuk. Budi membuka lebar pintu kerja sama dengan pihak lain, termasuk industri, yang ingin memproduksi alat sterilisasi berbasis UV karyanya secara massal.
Alat sterilisasi udara buatan dosen program pascasarjana Undip Budi Laksono tersebut mulai dibuat pada Maret 2020 dan dinamai Air Sterilizator BC19.
"Virus ini tidak perlu kita filtrasi, tapi kita matikan dengan sinar (ultraviolet)," kata Budi pada Selasa dalam acara diskusi virtual yang diikuti dari Jakarta.
Ia menambahkan ultraviolet (UV) merupakan material efektif untuk membunuh virus dan telah digunakan dalam sterilisasi air di seluruh dunia.
Budi menjelaskan alat sterilisasi udara berbasis sinar ultraviolet dibuat menggunakan lampu, kipas angin, filter, kayu, dan paku. Dalam hal ini, tabung ultraviolet dimasukkan ke dalam kotak kayu bersama kipas angin dan filter.
Kipas angin akan mengisap udara dari luar ke dalam kotak. Udara yang masuk akan melewati sinar ultraviolet yang ada di dalam kotak dan keluar dari kotak dalam keadaan sudah bersih dari virus.
"Lewatnya udara ke dalam boks ultraviolet itu otomatis udara akan mengalami sterilisasi sehingga udara yang keluar dari boks itu, virus-virusnya sudah pada mati," kata Budi.
Dengan alat sterilisasi berkapasitas 5 liter per menit, ia menjelaskan, ruangan seluas 54 meter persegi dapat disterilkan dalam waktu sekitar 10 menit.
Menurut dia, alat sterilisasi itu aman digunakan sepanjang hari bahkan ketika ada orang di dalam ruangan.
"Kalau ada orang di dalam ruangan itu alat ini bisa menyala terus karena ini dia ultraviolet tapi dia dalam satu boks jadi tidak keluar itu cahaya," katanya.
"Justru selama orang itu ada di kantor alat ini harus menyala karena ketika salah satu di kantor itu ada orang yang OTG (orang tanpa gejala) otomatis udara langsung disterilkan," ia menambahkan.
Budi menjelaskan alat sterilisasi dengan kapasitas 10 liter per menit memiliki ukuran panjang 120 cm, lebar 35 cm, dan tinggi 35 cm serta membutuhkan daya kurang lebih 90 watt.
"Jadi hemat tetapi manfaat," katanya.
Mengenai biaya pembuatan, Budi menjelaskan, alat sterilisasi udara berbasis sinar ultraviolet tipe 0,5 meter kubik per menit biaya produksinya Rp600 ribu sampai Rp700 ribu.
Jika dibandingkan dengan alat sterilisasi udara HEPA filter yang juga berfungsi sebagai penyaring debu, menurut Budi, alat sterilisasi udara berbasis UV harganya jauh lebih rendah dan perawatannya juga lebih mudah.
"Maintenance (perawatan) lebih ringan karena ini tidak ada kejenuhan filter, kalau filter HEPA setiap debu-debu nempel maka setiap saat dibersihkan dan pada titik tertentu ada kejenuhan," katanya.
Budi mengatakan alat sterilisasi berbasis UV buatannya bisa dibeli melalui Yayasan Wahana Bakti yang dia bentuk. Budi membuka lebar pintu kerja sama dengan pihak lain, termasuk industri, yang ingin memproduksi alat sterilisasi berbasis UV karyanya secara massal.