Semarang (ANTARA) - Masuknya Indonesia dalam 10 besar negara dengan kasus positif COVID-19 terbanyak di Asia harus menjadi alarm bagi pemerintah Indonesia sehingga diperlukan evaluasi atas kebijakan penanganan pandemi selama ini.
“Kita harus berani mengevaluasi diri kita sendiri untuk mengetahui apa yang salah dari kebijakan kita selama ini,” ujar Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat dalam siaran persnya, Selasa (14/7).
Di samping itu, lanjut Rerie - sapaan akrab Lestari, perlunya kepedulian nasional yang kuat dari seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama keluar dari krisis di sektor kesehatan yang berdampak pada ekonomi akibat wabah COVID-19.
Melansir Worldometers, Indonesia masuk dalam 10 besar kasus positif terbanyak di Asia. Tercatat, kasus positif yang dilaporkan negara-negara Asia sebanyak 2.973.219 kasus. Kasus kematian di Asia sebanyak 70.555 dan banyaknya kasus sembuh berjumlah 2.064.179 orang.
"Bangsa ini sedang menghadapi masalah besar di sektor kesehatan yang juga memukul sendi ekonomi. Perlu kesadaran kolektif warga negara, bagaimana agar sektor ekonomi tetap bisa bergerak namun wabah tertangani,” kata Rerie.
Rerie mengkritisi bagaimana saat ini pergerakan orang yang bebas, yang terkadang tidak mengikuti protokol kesehatan.
“Pelonggaran yang seyogianya untuk memberikan ruang agar sektor ekonomi bergerak, sayangnya banyak dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak terlalu penting. Bahkan, seolah pandemi telah terlalui, banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan,” sambung Rerie lagi.
Menyikapi itu, perlu evaluasi dan sifatnya tidak membela diri tetapi mencari apa yang salah dari kebijakan yang telah diambil selama ini untuk bersama mencari solusi.
Agar ancaman di sektor kesehatan dan ekonomi dapat diatasi, menurut Legislator Partai NasDem itu, “Libatkan masyarakat karena menghadapi wabah ini pemerintah tidak bisa kerja sendiri. Kita perlu menciptakan kesadaran agar semua elemen secara sukarela mau ikut berperan serta menjaga, peduli, dalam
penanganan wabah.”
Disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun, serta selalu menjaga kebersihan di masa pandemi ini, menurut Rerie, merupakan bagian dari penerapan kepedulian itu.
Tugas pemerintah sekarang, menurut Rerie, bagaimana membangkitkan kepedulian nasional dari anak bangsa untuk membantu pemulihan sektor ekonomi sekaligus percepatan pengendalian penyebaran COVID-19.
"Pola komunikasi humanis yang membangun simpati ini yang jarang tersentuh karena setiap hari kita sibuk dengan update data dan statistik," ujarnya.
Negara saat ini, tegas Rerie, membutuhkan keseimbangan langkah di sektor kesehatan dan ekonomi agar bisa keluar dari krisis.
"Tugas kita semua sebagai anak bangsa untuk ikut menjaga agar negara dan bangsa ini selamat dari berbagai ancaman, termasuk ancaman krisis ekonomi dan wabah COVID-19," pungkasnya.***