Magelang (ANTARA) - Kepala Dinas Sosial Kota Magelang Hardi Siswantono mengungkapkan penerima Program Keluarga Harapan di kota itu semakin berkurang jumlahnya karena sudah mampu dan mandiri berkat program bantuan sosial dari pemerintah pusat tersebut.
"Sejak tahun 2016-2019 tercatat ada 22 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang mundur karena mampu dan mandiri. Di Kota Magelang PKH diluncurkan Tahun 2015," kata dia di Magelang, Jawa Tengah, Selasa.
Program Keluarga Harapan merupakan program Kementerian Sosial berupa pemberian bantuan sosial bersyarat kepada KPM. Saat ini, di Kota Magelang tercatat 2.831 KPM dalam PKH itu.
Setiap tahun, kata dia dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang, jumlah KPM yang mundur mengalami peningkatan, yakni pada 2016 tercatat dua KPM, 2017 (4), 2018 (5), dan dan 2019 (11).
Ia mengatakan pada tahun ini tujuh KPM masuk kategori graduasi mandiri, sebagai indikator keberhasilan mereka mengikuti program tersebut.
Mereka, adalah Y. Yuni Wahyuni (43), warga Jambon Wot, Kelurahan Cacaban, Sri Wahyuni (37), warga Malanggaten, Kelurahan Rejowinangun Utara, Siti Nurhidayati, warga Jalan Sunan Ampel, Kelurahan Jurangombo Selatan, Ipung Wiryanti (42), warga Wates Beningan, Keluarahan Wates, Warsinem, warga Jambesari, Kelurahan Wates, Putri Setya Ningsih, warga Bogeman Wetan, Kelurahan Panjang, dan Daryati, warga Gang Puspo, Kelurahan Kemirirejo.
"Mereka ini menjadi contoh, motivasi, bagi KPM lain yang sudah mampu dan mandiri supaya bisa mundur. Memberi kesempatan keluarga miskin lain yang lebih membutuhkan," katanya.
Ia menjelaskan agar KPM bisa graduasi mandiri, yakni mempunyai kemampuan secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan mempunyai kesadaran perubahan sikap untuk mandiri, tidak menerima lagi bantuan PKH.
Pemkot Magelang secara proaktif mendorong terwujudkan graduasi mandiri KPM PKH di daerah dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu.
Seorang KPM graduasi mandiri, Ipung Wiryanti, mengaku bertekad tidak lagi menerima bantuan PKH mulai tahun ini. Sejak 2015, ia tercatat sebagai KPM dan menerima bantuan PKH Rp1.500.000 setiap tiga bulan.
Ibu tiga anak itu mengaku memanfaatkan bantuan PKH, antara lain untuk biaya keperluan dua anaknya, menambah modal usaha berjualan sembako, membeli baju secara dalam jaringan, dan modal menjadi penjual produk minuman fermentasi.
Ia mengaku usahanya dengan bantuan PKH itu untuk membantu suaminya, Susanto (43) yang menjadi tukang servis kamera.
"Saya ingin maju, saya putuskan untuk mundur dari PKH, masak bergantung terus sama bantuan pemerintah. Bersyukur dua anak saya sudah lulus sekolah, dan sudah bekerja," katanya. (hms)