Solo (Antaranews Jateng) - Sekelompok pemuda dan mahasiswa tergabung yang tergabung dalam Forum Indonesia Muda (FIM) Solo Raya mengajak anak-anak melakukan berbagai kegiatan untuk menghidupkan kembali dan lebih mencintai pasar-pasar tradisional di Kota Surakarta.
"FIM dalam kegiatan tersebut mengangkat kembali eksistensi pasar tradisional yang mulai ditinggalkan generasi milenial, dengan mengadakan aksi cinta pasar tradisional lewat berbagai macam perlombaan dan ekspedisi yang digelar di Pasar Tanggul Kampung Sewu Solo," kata koordinator FIM Solo Raya, Triana Nur Baity, di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Kegiatan yang berjudul "Ceriakan Pasar dengan Aksimu" tersebut bertujuan untuk memunculkan semangat berkunjung ke pasar tradisional kepada anak-anak dengan maksud mengenalkan pasar tradisional sejak usia dini.
Menurut Triana Nur Baity kegiatan tersebut juga untuk mempopulerkan Pasar Tanggul Solo. Meski sudah selesai direnovasi pada 2015 menjadi pasar yang bersih, dengan penataan pedagang pasar yang tersusun rapi, tetapi masih saja sepi pembeli.
Bahkan, kata dia, banyak pedagang di Pasar Tanggul Solo yang sudah menutup kiosnya meski waktu buka baru setengah hari.
Kegiatan lain, kata dia, dengan acara dongeng untuk anak tentang pasar tradisional dari "Doing Project". Kegiatan ini, diikuti oleh 48 anak, meliputi anak pedagang Pasar Tanggul dan anak-anak tinggal di sekitar dengan usia empat hingga 12 tahun.
Acara dimulai dengan lomba mewarnai gambar tentang aktivitas pedagang pasar dilanjutkan dengan dongeng tentang pasar tradisional dari komunitas Doing Project.
"FIM Solo Raya ingin mengenalkan kembali pasar kepada masyarakat secara luas, dan mengajak masyarakat untuk mencintai pasar tradisional. Dan, kali ini, sasarannya anak-anak, agar menyukai pasar sejak dini," katanya.
Dia mengatakan sebagai salah satu cara mengenalkan pasar tradisional kepada anak, juga mengadakan kegiatan "Ekspedisi Pasar". Anak-anak dibekali uang dalam jumlah tertentu dan ditugaskan untuk berbelanja di warung-warung pedagang secara berkelompok untuk membeli makanan, sekaligus berinteraksi dengan pedagang pasar.
"Uniknya, dalam pelaksanaan kegiatan ini, ikut ditanamkan pula nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan. Sebagai contoh, nilai kejujuran, anak-anak diminta berbelanja dengan mengumpulkan nota dan uang kembalian kepada panitia. Nilai tanggung jawab, selama ekspedisi pasar, anak-anak dalam setiap kelompok dibekali satu butir telur, dan meminta pedagang pasar untuk membubuhkan tanda tangan di telur itu, dan diharuskan mengembalikan kepada panitia tanpa pecah," katanya.