Cilacap (Antaranews Jateng) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mengharapkan adanya penanganan terhadap "buoy" atau sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) yang telah rusak karena membahayakan kapal besar maupun kecil.
"Dari pantauan kami, di sekitar Teluk Penyu ke arah timur-selatan sudah banyak `buoy` yang rusak. Kondisi tersebut membahayakan kapal-kapal besar maupun kecil," kata Ketua HNSI Cilacap Sarjono di Cilacap, Kamis.
Dia mengatakan hal itu terkait dengan lepasnya sebuah "buoy" di Pantai Ketapang Indah, Desa Sidaurip, Kecamatan Binangun, Cilacap, yang saat sekarang sedang dievakuasi oleh petugas dari Pertamina Marine.
"Buoy" merupakan penanda yang diletakkan di laut agar kapal tidak merapat karena kedalaman laut yang terlalu dangkal.
"Buoy" yang dievakuasi oleh petugas Pertamina Marine itu diduga sempat tenggelam setelah rantai pengikatnya terputus akibat dihantam gelombang tinggi hingga akhirnya terseret ke pantai.
Karena dikhawatirkan membahayakan aktivitas nelayan, "buoy" tersebut selanjutnya dievakuasi ke daratan.
"Lepasnya `buoy` di Pantai Ketapang Indah tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada `buoy` lainnya yang telah rusak. Kami pernah meminta agar `buoy-buoy` yang telah rusak itu segera diperbaiki karena membahayakan kapal terutama pada malam hari," kata Sarjono.
Dia mengatakan "buoy" yang telah rusak itu sering kali tidak terlihat pada malam hari sehingga bisa tertabrak oleh kapal.
Ia mengatakan nelayan pernah memasang lampu-lampu kecil bertenaga surya di atas "buoy" yang rusak sebagai bentuk protes.
Akan tetapi, kata dia, hal itu tidak mendapat perhatian dari pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan.
"Kami berharap `buoy-buoy` yang telah rusak agar segera diperbaiki demi keamanan dan keselamatan pelayaran," katanya.