Waduh, 25 Persen Warga Jateng Alami Gangguan Jiwa
Semarang, ANTARA JATENG - Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo, Sri Widyayati, mengungkapkan bahwa satu dari empat orang atau kurang lebih 25 persen warga Provinsi Jawa Tengah mengalami gangguan jiwa ringan.
"Untuk kategori gangguan jiwa berat rata-rata 1,7 per mil atau kurang lebih 12 ribu orang dan kondisi tersebut harus mendapatkan penanganan serius dari pemerintah maupun masyarakat karena berpengaruh terhadap penurunan produktivitas masyarakat," katanya di Semarang, Senin.
Menurut dia, penyebab masyarakat terkena ganguan jiwa itu akibat berbagai faktor, sedangkan pencetusnya bisa karena kemiskinan, gejolak lingkungan, atau masalah keluarga.
Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasarkan riset kesehatan, penanganan gangguan jiwa menyedot anggaran hingga triliunan rupiah atau jauh lebih tinggi dari anggaran untuk menangani penderita berbagai penyakit lain, seperti jantung, paru-paru, dan gangguan organ tubuh lain yang hanya mencapai miliaran rupiah.
"Hal itu karena pengidap gangguan jiwa kategori berat tidak bisa kembali produktif," ujarnya.
Kendati demikian, Sri menyebutkan bahwa jumlah pasien yang dirawat di RSJD Amino Gondohutomo tahun ini mengalami penurunan drastis karena saat ini di setiap RSUD sudah ada klinik spesialis jiwa lengkap dengan dokter syaraf yang siap melayani pasien pengidap gangguan jiwa ringan.
"Cakupan pelayanan RSJD terus kami tingkatkan, selain menerima pasien rujukan tersier khusus pengidap gangguan jiwa, juga melayani pasien umum dari berbagai daerah sesuai dengan visi pengembangan pelayanan kepada masyarakat sekaligus upaya antisipasi agar aset pemprov tidak redup," katanya.
Hal tersebut disampaikan Sri Widyayati saat menerima kunjungan kerja Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di RSJD dr. Amino Gondohutomo.
Menanggapi hal itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus memperhatikan dan mengurus beragam masalah yang ada di masyarakat, termasuk persoalan penanganan kesehatan jiwa dan raga warga guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
"Yang dibutuhkan rumah sakit jiwa adalah inovasi, apalagi dari empat orang satu di antaranya alami gangguan jiwa ringan, mungkin dari pihak RSJD mengembangkan konseling, gencarkan pemeriksaan kejiwaan dengan berkeliling ke sekolah-sekolah, jalan, bahkan ke kalangan pegawai mungkin," ujarnya.
"Untuk kategori gangguan jiwa berat rata-rata 1,7 per mil atau kurang lebih 12 ribu orang dan kondisi tersebut harus mendapatkan penanganan serius dari pemerintah maupun masyarakat karena berpengaruh terhadap penurunan produktivitas masyarakat," katanya di Semarang, Senin.
Menurut dia, penyebab masyarakat terkena ganguan jiwa itu akibat berbagai faktor, sedangkan pencetusnya bisa karena kemiskinan, gejolak lingkungan, atau masalah keluarga.
Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasarkan riset kesehatan, penanganan gangguan jiwa menyedot anggaran hingga triliunan rupiah atau jauh lebih tinggi dari anggaran untuk menangani penderita berbagai penyakit lain, seperti jantung, paru-paru, dan gangguan organ tubuh lain yang hanya mencapai miliaran rupiah.
"Hal itu karena pengidap gangguan jiwa kategori berat tidak bisa kembali produktif," ujarnya.
Kendati demikian, Sri menyebutkan bahwa jumlah pasien yang dirawat di RSJD Amino Gondohutomo tahun ini mengalami penurunan drastis karena saat ini di setiap RSUD sudah ada klinik spesialis jiwa lengkap dengan dokter syaraf yang siap melayani pasien pengidap gangguan jiwa ringan.
"Cakupan pelayanan RSJD terus kami tingkatkan, selain menerima pasien rujukan tersier khusus pengidap gangguan jiwa, juga melayani pasien umum dari berbagai daerah sesuai dengan visi pengembangan pelayanan kepada masyarakat sekaligus upaya antisipasi agar aset pemprov tidak redup," katanya.
Hal tersebut disampaikan Sri Widyayati saat menerima kunjungan kerja Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di RSJD dr. Amino Gondohutomo.
Menanggapi hal itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus memperhatikan dan mengurus beragam masalah yang ada di masyarakat, termasuk persoalan penanganan kesehatan jiwa dan raga warga guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
"Yang dibutuhkan rumah sakit jiwa adalah inovasi, apalagi dari empat orang satu di antaranya alami gangguan jiwa ringan, mungkin dari pihak RSJD mengembangkan konseling, gencarkan pemeriksaan kejiwaan dengan berkeliling ke sekolah-sekolah, jalan, bahkan ke kalangan pegawai mungkin," ujarnya.