Semarang, ANTARA JATENG - Dinas Sosial Kota Semarang terus mengintensifkan pelatihan keterampilan bagi kalangan pekerja seks komersial di Resosialisasi Argorejo atau lebih dikenal Lokalisasi Sunan Kuning Semarang.
"Banyak bentuk pelatihan keterampilan, seperti tata boga membuat roti dan kue, keterampilan salon, dan sebagainya," kata Sekretaris Dinsos Kota Semarang Joko Rakito di sela pelatihan di Lokalisasi SK Semarang, Senin.
Dia menjelaskan pelatihan keterampilan dilakukan secara bertahap dengan jumlah peserta sekitar 30 orang/kelompok dengan paparan materi yang berbeda yang harus diikuti selama lima hari berturut-turut oleh para peserta.
Jadi, kata dia, setiap kelompok akan diberikan pelatihan dan dibimbing sampai benar-benar terampil dengan lama waktu lima hari, setelah itu akan dilanjutkan kepada kelompok berikutnya hingga mencakup seluruh warga SK.
"Pelatihnya dari tenaga profesional. Setelah mereka mahir dan terampil, harapannya mereka bisa `mentas` dari sini (Lokalisasi SK, red.) sehingga mereka bisa hidup lebih baik dan diterima masyarakat secara lebih baik," katanya.
Ia mengatakan pelatihan keterampilan bagi PSK di SK itu merupakan program berkesinambungan dari Pemerintah Kota Semarang untuk mewujudkan Kota Semarang bebas prostitusi sebagaimana target Indonesia Bebas Prostitusi 2019.
"Maka dari itu, kami terus lakukan pelatihan agar para pekerja seks di sini bisa keluar dari lokalisasi dengan bekal kemampuan dan keterampilannya untuk berkehidupan di masyarakat secara lebih baik," kata Joko.
Hanya saja, diakuinya, kendala yang dikhawatirkan para PSK itu adalah pemasaran dari produk-produk kerajinan yang dihasilkannya dari bekal keterampilan yang dimiliki selepas mereka keluar dari lokalisasi tersebut.
"Ya, memang nanti kesulitannya setelah mereka dilatih ini bagaimana. Belum ada yang memfasilitasi produk mereka. Namun, kami terus mencoba mencari formula supaya keahlian yang sudah mereka miliki tidak sia-sia," katanya.
Ketua Lentera Asa sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mendampingi pekerja seks di SK, Ari Kristiyadi, menyebutkan jumlah pekerja seks di Lokalisasi SK saat ini tercatat setidaknya 460 orang.
"Dari jumlah yang sudah ada ini, kami dan juga pihak resosialisasi berusaha untuk tidak bertambah lagi. Kami sangat mendukung program pemerintah dalam upaya mengentaskan para pekerja seks dari lokalisasi," katanya.