Bogor, Antara Jateng - Tiga mahasiswa Istitut Pertanian Bogor, Jawa Barat, berhasil mengembangkan keset atau alas kaki antibakteri menggunakan bahan dasar bambu yang mampu menyerap kelembaban air serta berfungsi sebagai dekorasi rumah.
"Keset ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri khususnya Escherichia colli dan Staphylococcus aureus," kata Naufal Bayu Prasetyo, salah satu dari tiga mahasiswa IPB itu di Bogor, Senin.
Naufal dan kedua temannya Laila Fitriyani dan Tiana Rafmiwati merupakan mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, melakukan penelitian dengan mengembangkan keset antibakteri.
Menurut Naufal, keset tersebut memiliki keunggulan yang tidak dimiliki keset lainnya yang umum dijual di pasaran. Keset hasil penelitiannya bersifat antibakteri karena mengandung flavonaid, tannin, alkohol, dan pennyquinone. "Keset ini mampu menyerap kelembaban air dan bau," katanya.
Ia mengatakan, pemilihan bambu sebagai bahan dasar keser karena bahan bakunya masih banyak ditemukan di Indonesia dan seringnya hanya dimanfaatkan sebagai alat penopang sementara dalam proses konstruktsi bangunan.
Sementara, lanjutnya, limbah bambu berupa ujung, sisah bilah dan batang bambu tidak digunakan setelah proses konstruksi selesai. Padahal masih dapat dimanfaatkan dengan sentuhan teknologi.
"Dengan beberapa proses, limbah bambu tadi diolah memiliki nilai jual lebih tinggi dari pada kayu bakar," katanya.
Menurutnya, serat limbah bambu ataupun bambu muda dapat digunakan sebagai dasar produk-produk industri kreatif rumah tangga, maupun kerajinan lainnya.
Kedepan, lanjut Naufal, ia dan timnya akan meningkatkan kemampuan antibakteri keset tersebut agar memiliki daya resistensi lebih tinggi terhadap berbagai jenis mikroba lainnya. Tidak terbatas hanya pada dua bakteri yang disebutkan tadi tetapi jenis bakteri lainnya.
"Kami masih terus melakukan pengembangan terutama meningkatkan daya tahan lebih tinggi terhadap jenis mikroba lainnya. Tidak hanya dua jenis bakter saja, tetapi bakteri lainnya bisa dihambat pertumbuhannya," katanya.
Ia mengatakan, upaya untuk meningkatkan daya tahan keset antibakteri tersebut dilakukan dengan cara mencari kandungan zat tertentu lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan mutu keset antibakteri.
Naufal menambahkan, pembuatan keset antibakteri mendapat penghargaan dari Sesion Best Paper pada ajang 5th International Conference on Agriculture, Environment and Biological Sciences (ICAEBS-16) yang diselenggarakan oleh International Academy of Arts, Science and Technology di Pattaya, Thailand bulan April lalu.
Ajang tersebut diikuti ilmuwan terkemuka, akademisi dan peneliti internasional yang menyampaikan gagasannya masing-masing yang dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupan di berbagai bidang mulai dari pertanian, lingkungan hidup, dan ilmu biologi.
"Di ajang tersebut kami mempresentasikan abstrack paper dengan judul Utilization of Bamboo (Gigantochloa apus) for Anti-Baterial Mat as Fiber-Based Prospective Produkcts". Hasilnya kami mendapat penghargaan paper terbaik," katanya.
Berita Terkait
Dewan Penyantun Unnes salurkan beasiswa Rp2,4 miliar untuk 397 mahasiswa
Jumat, 6 Desember 2024 7:28 Wib
DPR ajak mahasiswa berpartisipasi aktif di pesta demokrasi
Rabu, 4 Desember 2024 20:18 Wib
Siapkan 'Hero' bijak bermediadigital, Mahasiswa Ilkom Udinus gelar Kampanye Digital Warriors
Selasa, 3 Desember 2024 11:03 Wib
Pemprov Jateng berangkatkan tiga mahasiswa kuliah ke Korsel
Selasa, 3 Desember 2024 8:20 Wib
Edukasi siswa SD, mahasiswa UIN Walisongo: Hindari jajanan berbahaya
Senin, 2 Desember 2024 13:51 Wib
Mahasiswa UIN Walisongo edukasi kesehatan gigi dengan medium wayang
Minggu, 1 Desember 2024 16:34 Wib
HUT Ke-2, WPRC UIN Walisongo ajak mahasiswa peduli kesehatan
Minggu, 1 Desember 2024 15:50 Wib
Mahasiswa asing UIN Surakarta dalami ragam budaya Nusantara
Jumat, 29 November 2024 17:06 Wib