"Bang Buyung itu pribadi yang lengkap. Egaliter, nasionalisme tinggi, terkadang kontroversial dan heroik," kata Refly Harun kepada Antara, usai melayat jenazah Adnan Buyung Nasution, di Jalan Poncol Lestari, Lebak Bulus, Jakarta, Kamis dinihari.
Menurut Refly, Adnan Buyung merupakan tokoh yang selalu merangkul semua kalangan mulai dari para anak muda hingga orang tua.
"Pergaulannya luas dan lintas generasi. Tidak memandang usia. Karena itu semua memanggilnya dengan Abang Buyung," ujarnya.
Refly mengatakan perkenalannya lebih dekat dengan Adnan Buyung pada tahun 1995 ketika dirinya diangkat menjadi asisten pribadi selama dua bulan.
"Meski singkat, tapi banyak pelajaran yang saya peroleh dari Bang Buyung," ujarnya.
Refli pun menceritakan pengalaman paling berkesan baginya ketika menjadi Ketua Tim Investigasi dugaan adanya mafia hukum di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait kasus dugaan pemerasan yang dilakukan Akil Mochtar.
"Saya sebagai orang yang masih muda mengajak Bang Buyung yang sudah senior untuk bergabung dengan tim. Di saat sejumlah pengacara senior menolak, tapi Bang Buyung bersedia masuk tim dan tidak ada masalah," ujarnya.
Menurut Refly, Bang Buyung selalu antusias terhadap semua orang. "Siapapun yang minta pembelaan, dia bela. Bang Buyung tidak pernah ragu," kata Refly.
Bahkan tambahnya, Adnan Buyung terkadang membela orang yang tidak segaris dengan aktivis hukum.
"Sering dianggap kontroversial, tapi itulah sosok Bang Buyung. Intinya sangat egaliter, mau membantu dan tidak ada jarak. Tapi itulah gayanya, semangat dan heroik," ujarnya.
Di mata Refly, Adnan Buyung juga menjadi pelopor penegakan HAM dengan mengedepankan pembelajaran demokrasi dalam bernegara.
Adnan Buyung Nasution, meninggal dunia hari Rabu (23/9) pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, karena menderita gagal ginjal.