"Para atlet kita memang kalah jam terbang dibanding negara lain, tetapi mereka lebih unggul dalam penguasaan medan baik kondisi cuaca maupun angin," kata Yudha Airlangga di sela-sela latihan resmi menyambut WMPC ke-38 pada 19-28 September di Stadion Manahan Solo, Rabu.
Menurut dia, tim Indonesia akan menurunkan 10 atlet putra dan lima putri. Mereka rata-rata baru melakukan terbang sebanyak 500 hingga 1.000 kali. Jika banding personel angkatan bersenjata negara lain minimal sudah melakukan terbang atau terjun payung di atas 3.000 kali.
"Atlet dari negara lain melakukan 1.000 kali terbang sebagai dasar. Mereka setelah di atas 1.000 kali terbang masuk ke profesional. Seperti atlet Korea melakukan pendidikan terjun payung sudah sejak tingkat SMP, sehingga lebih unggul dalam jam terbang," katanya.
Kendati demikian, tim Indonesia tetap optimistis bisa bersaing dengan para atlet negara lain yang sudah memiliki banyak pengalaman jam terbang seperti Korea, Italia, Oman, dan Prancis.
Para atlet terjun payung Indonesia dapat memanfaatkan kondisi medan yang sulit, karena mereka menang melakukan latihan lebih banyak di Solo dibanding peserta negara lain.
Meskipun, penerjun Indonesia rata-rata masih melakukan jam terbang sekitar 500 hingga 1.000 kali, tetapi mereka rata-rata dalam latihan sudah berupaya lebih baik dalam kelas akurasi atai ketepatan mendarat yakni rata-rata sekitar dua hingga tiga centimeter dari titik zero (0).
Salah satu penerjun Indonesia, Serma Petrus Riyadi, warga asli Solo, mengatakan, dirinya terkahir mengikuti kejuaraan yang sama di Brasil, tetapi tidak masuk deretan peringkat terbaik.
Menurut Petrus Riyadi, pada kejuaraan terjun payung di Manahan Solo ini, medannya sangat berat atau paling sulit dari perlombaan-perlombaan sebelumnya. Karena, pada kejuaraan terjun payung biasanya medannya lebih lapang, tetapi di Solo di dalam stadion dan banyak hambatan.
"Kita harus mampu membaca cepat kondisi arah angin dan cuaca agar pendaratan lebh akurat," katanya.
Penerjun putri Indonesia Serda Ni Putu Irma Purnomo Dewi, mengatakan, tetap optimistis bisa merebut peringkat terbaik dalam kejuaraan di Solo nanti, meski lawan lebih berpengalaman atau miliki jam terbang lebih bagus.
"Saya melakukan terjun payung sebanyak 735 kali, tetapi atlet lawan sudah banyak yang di atas 1.000 kali. Namun, saya tetap optimistis bisa bersaing guna meningkatkan peringkat tim lebih baik," kata Ni Putu Irma.
Sementara pada latihan resmi kejuaraan internasional terjun payung militer di Solo, tiga penerjun asal Negara Chili telah melakukan kesalahan pendaratan. Ketiga penerjun itu, seharusnya mendarat di Stadion Manahan, tetapi mereka mendarat menyasar di Stadion Sriwedari Solo.
Menurut Pimpinan Kontingen Tim Chili, Kapten Horacio Munaz, bahwa ketiga penerjunnya yang salah mendarat di Stadion Sriwedari, karena mereka kurang koordinasi dengan pilot saat melakukan lompatan pertama.
"Hal itu, yang menyebabkan salah mendarat. Namun, kami ingin menargetkan timnya dapat menjadi juara," katanya.